Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki yang Gagal Menjadi Babi

23 Agustus 2021   18:37 Diperbarui: 23 Agustus 2021   18:48 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.pinterest.com/bind1207/

Ketika sepasang jarum jam mengiris angka dua belas tepat, di hadapan Siti dan lampu minyak tanah, berdiri seekor babi. Sekilas, babi itu tidak berbeda dengan babi hutan. Namun, bila dicermati, terdapat sebuah cincin di taringnya.

"Bila cincin itu lepas," bisik Siti dalam hati, "Mas Harta akan kehilangan kekuatannya. Tapi siapa yang mampu?"

Dulu, sekawanan pemuda mencoba mengeroyok Suharta. Alih-alih merenggut cincin itu, semua pemuda tersebut mati terbunuh. Suharta membantai dan memutilasi. Ketika ditemukan, jasad mereka tidak utuh lagi. Siti turut membantu memungut kepala, ruas-ruas jemari, daun telinga, hingga potongan alat kelamin yang terpisah dari tubuh.

"Bagaimana aksiku?" tanya Suharta ketika Siti pulang dari pemakaman.  

"Dasar binatang!"kutuk Siti.

"Aku memang binatang!" sahut Suharta sambil tertawa terbahak-bahak.    

Kegelapan malam semakin pekat. Kesunyian mencakar-cakar semesta. Sesekali, terdengar lolongan anjing-anjing gelisah dari arah pemakaman. Sambil menguik angkuh, Suharta yang telah menjelma babi, melompat dan menembus dinding, meninggalkan aroma bangkai yang tak kunjung memudar. Di luar, bulan dan bintang tertutup kabut sihir. Dari celah-celah daun jendela yang terkuak, terlihat kegelapan sepekat tinta cumi-cumi menutupi alam semesta.

Malam semakin terlelap. Seluruh permukaan langit diselimuti awan. Lampu listrik yang menerangi jalan, telah mati sejak sore. Perlahan-lahan, satu per satu lampu minyak tanah di rumah penduduk, dipadamkan angin beraroma kembang setaman. Satu-satunya cahaya berasal dari lampu minyak tanah di hadapan Siti. Ia harus menjaga kerlip cahaya di sumbu lampu itu, hingga Suharta menghambur dengan karung berisi harta. Bila nyala lampu minyak tanah itu padam, maka tamatlah riwayat Siti. Suharta akan kembali menjadi manusia dan menghabisi nyawanya.

Siti menatap kerlip api di sumbu lampu dengan pilu. Di dalam kepalanya berlari bayangan orang-orang miskin, janda-janda, pelacur-pelacur, anak-anak mengais sampah, pemuda-pemuda yang menjual ginjal, hingga TKW dan TKI yang dibunuh majikan. Semilir angin sedingin es seolah meniupkan jeritan mereka.

Jeritan-jeritan orang miskin tersebut, terus memenuhi tengkorak kepala Siti. Membuat otak istri siluman babi itu seolah meledak. Siti mencabut-cabut rambut dan membentur-benturkan kepalanya ke punggung dinding. Tanpa sadar, kakinya menghantam lampu minyak tanah yang diurapi mantra. Rantai sihir pun patah seketika. Nyala lampu minyak itu berganti kobaran api yang merayapi permadani Turki. Di kejauhan, Suharta terkesiap. Ia kembali ke wujud asli. Tubuhnya gemetar menatap jelaga serupa cendawan raksasa yang membumbung dari rumahnya.

"Dancuk! umpat Suharta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun