Mohon tunggu...
Juwaybo
Juwaybo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kriminal Bersenjata di Papua dan Upayanya Mengadu Domba Aparat dengan Masyarakat

16 September 2018   09:40 Diperbarui: 16 September 2018   10:20 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga saat ini, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) masih sering beraksi di Papua, baik terhadap masyarakat maupun aparat keamanan. Kejadian adanya seorang tukang ojek ditembak oleh KKB di Jl. Baru Kampung Karobate Distrik Mulia Kab. Puncak Jaya saat melintas Kampung Karobate yang mengakibatkan korban sdr. Haris Kapitan meninggal dunia di tempat pada Juni 2010.

Angkutan umum jenis L 300 yang mengangkut masyarakat juga di berondong tembakan oleh KKB di tanjakan Kampung Nafri Distrik Abepura Kota Jayapura.

Aksi penghadangan dan penembakan terhadap kendaraan angkutan umum yang melintas di jalan raya Kampung Nafri terjadi tahun 2011 oleh KKB yang mengakibatkan 4 (empat) orang meninggal dunia dan 9 (sembilan) orang luka-luka, kejadian tersebut menyebabkan 4 (empat) orang meninggal dunia (1 orang anggota TNI Yonif 756/WMS) dan 9 (sembilan) orang masyarakat luka parah.

KKB tidak hanya menyerang masyarakat sipil mereka juga menyerang Kantor Polsek Pirime, tiga orang tewas dalam insiden ini, yakni Kapolsek Pirime Iptu Rofli Takubesi serta dua anak buahnya, Briptu Daniel Makuker dan Briptu Jefri Rumkorem. Diperkirakan, jumlah pelaku sebanyak 10 orang. Selain membunuh dengan keji tiga aparat kepolisian, mereka juga mencuri dua senjata api laras panjang dan 1 pistol (revolver) milik Kapolsek.

Distrik Pirime adalah distrik yang bisa ditempuh dengan mobil, namun bila akan menuju Polsek (yang diserang) harus jalan kaki lagi berkilo-kilo meter. Kejadian kelam ini terjadi pada November 2012. Serangan itu diduga dilakukan oleh kelompok yang selama ini diburu Polri/TNI dan berpusat di sekitar Wamena dan Nabire.

Tim gabungan dan aparat Polres Puncak Jaya terus berupaya mengejar para pelaku lainnya menurut informasi dari Polres Jayawijaya tiga pelaku penyerangan telah diamankan pihak kepolisian.


Selain membunuh dengan keji ke tiga aparat, Polisi juga mendapati penyerang mengambil senjata dan lari ke wilayah lembah-lembah yang sulit dijangkau dengan kendaraan. Modusnya kelompok kriminal bersenjata (KKB) selama ini yaitu menyerang dengan senjata api, panah dan parang serta mengambil senjata aparat untuk digunakan berbuat kejahatan.

Penembakan dan penyerangan terhadap masayarakat dan aparat Polri/TNI yang kerap terjadi di Papua tidak hanya terjadi di lokasi terpencil, kawasan gunung atau lembah yang sulit dijangkau kendaraan tetapi terjadi juga di wilayah kampung dan perkotaan.

Korban penembakan juga terjadi kepada wisatawan berkebangsaan Jerman a.n. Mr. Dietmar Pieter Helmut di Pantai Base G Kota Jayapura pada Mei 2012, Kejadian tersebut menyebabkan Mr. Dietmar Pieter Helmut luka tembak.

Masyarakat sipil pengendara Sepeda motor pun menjadi korban penembakan KKB pada bulan Juni 2012 ketika melintas di daerah Skyland a.n. Gilbert, yang menyebabkan korban menderita luka tembak yang cukup serius untunglah masih dapat tertolong setelah masyarakat membantu dan pelaku melarikan diri.

Kejadian penyerangan kepada aparat juga terjadi yang menewaskan Brigadir Yohan Kisiwaitouw seorang anggota Polres Paniai pada bulan Agustus, sementara anggota Polres Tolikara Bripda Jefrry L Runtoboy tewas ditembak orang tak dikenal di Distrik Wenan, Wamena pada September 2012.

Pada Bulan November 2013 di Kampung Kaminggime Distrik Illu Kabupaten Puncak Jaya telah terjadi penembakan dan pembakaran mobil Strada yang dikemudikan oleh saudara Davit saat mengantar bahan makanan ke Mulia Kab. Puncak Jaya, yang dilakukan KKB. Korban meninggal dunia dengan kondisi jasad hangus terbakar.

Januari 2014 di kompleks SMA Wuyuneri Distrik Mulia Kabupaten Puncak juga telah terjadi penembakan terhadap tukang ojek a.n. Sdr Abdul, yang dilakukan oleh KKB, ketika yang bersangkutan sedang mengantar penumpang. Akibat kejadian tersebut menyebabkan korban meninggal dunia dengan luka tembak di bagian kepala belakang tembus mata bagian kanan dan rusuk.

Tanggal 26 Mei 2015 pukul 23.00 WIT, di Kampung Usir Distrik Mulia Kab. Puncak Jaya tepatnya di rumah Sdr. Jufri Tandi Payung yang didalamnya terdapat 9 orang masyarakat yang sedang bermain kartu telah terjadi penembakan yang dilakukan oleh KKB kedalam rumah yang mengakibatkan 5 (lima) orang luka tembak dan 1 (satu) orang meninggal dunia.

Kisah pilu juga terjadi di Kampung Koteka, Buah Tengah Distrik Kenyam KKB pada tanggal 25 Juni 2018. Kejadian berawal dari penembakan Pesawat Trigana Air Twin Otter yang dilakukan oleh KKB. Pesawat tersebut berangkat dari Wamena menuju Kenyam yang membawa Anggota BKO Brimob sebanyak 15 orang untuk Pengamanan Pilkada. Akibat dari penembakan tersebut sang Pilot Pesawat Abdillah Kamil terkena serpihan Peluru dibagian bahu sebelah kanan dan kepala bagian belakang.

Setelah itu, tidak jauh dari ujung landasan tepatnya di Kampung Koteka, Buah Tengah Distrik Kenyam KKB sekitar 16 orang bersenjata laras panjang jenis AK-47 6 pucuk, FNC 2 pucuk dan Pistol 2 pucuk yang lainnya bersenjata panah, tombak dan golok menganiaya masyarakat sipil. Mereka memaksa Masyarakat keluar rumah, setidaknya sebanyak 8 orang warga pendatang dikumpulkan dan diperintahkan duduk di depan teras.

Tidak lama berselang dari kejadian tersebut, Margaretha Pali, 28 tahun ibu dari Arjuna, dalam kondisi ketakutan sedang memeluk Arjuna tiba-tiba ditembak di bagian kepala, dan terluka akibat sabetan parang di lengan kiri. Hampir bersamaan, sang ayah Hendrik Sattu Kola, 38 tahun ditembak di bagian perut dan terkena parang di kaki kanan bagian betis. Arjuna melihat sendiri kedua orang tuanya langsung meninggal ditempat. Sedangkan Arjuna sendiri juga tidak luput dari pembantaian dan mengalami luka menganga di kepala bagian pelipis kiri nyaris sampai ke hidung. akibat kena parang KKB.

Mendengar suara tembakan tersebut, lima orang lainnya secara spontan melarikan diri, namun nahas bagi Zainal Abidin 20 tahun, warga lainnya, saat hendak melarikan diri tertembak di bagian rusuk. Kisah tersebut dituturkan A. Ahmad pria, 22 tahun asal Bugis dan Dani pria 19 thn asal Toraja, warga yang berhasil selamat melarikan diri dari kekejaman KKB.

Peristiwa suram tersebut membuat Arjuna kehilangan kedua orang tua yang disayanginya sehingga menyandang yatim piatu, sekaligus mengalami penderitaan cacat di wajah akibat kampak yang di sayatkan di wajahnya hingga membekas seumur hidupnya. Arjuna adalah sebagian kecil dari korban kebiadaban KKB. Masih banyak korban-korban lain yang menjadi sasaran kebengisan KKB seperti yang dialami keluarga Arjuna. KKB terus meneror warga sipil yang tidak berdosa, selain melakukan kekerasan dan pembunuhan brutal, KKB juga merampas harta warga hingga memperkosa para perempuan.

Kelompok Kriminal bersenjata (KKB) Papua memanfaatkan momen tertentu untuk mengganggu dan menunjukkan eksistensi mereka. Seperti kejadian yang baru saja terjadi, dua prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Daerah Rawan (Satgas Pamrahwan) yang akan memberikan bantuan bahan makanan kepada anak-anak usia sekolah di Kampung Tingginambut ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Minggu (19/8/2018) yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari Pos.

Kejadian terakhir yang baru-baru saja terjadi ini dilakukan pada hari Minggu yang merupakan hari besar bagi umat Kristiani melaksanakan ibadah. Ini menunjukan bahwa aksi-aksi brutal kelompok KKB tidak mengenal waktu dan tempat.

Kejadian demi kejadian berlangsung pada tahun 2010 hingga sekarang, hal ini menjadi kesulitan bagi aparat ketika melakukan tindakan tegas disampaikan melanggar HAM, mengganggu Hak OAP, atau disampaikan kekerasan aparat.

Di saat keprihatinan ini, sangat disayangkan masih ada pihak yang mengeluarkan pernyataan, terkesan mengadu domba dan berusaha membuat suasana di Papua seolah memanas. Kita semua tahu faktanya bahwa sejak lama KKB secara nyata dan kontinyu membuat rusuh serta menjadi penyebab Papua jauh dari kata damai.

Berapa banyak sudah aparat keamanan kita yang menjadi korban penyerangan Kelompok Kriminal Bersenjata ini ? TNI-Polri bahkan warga sipil dirampok,diperkosa dikepung secara mendadak, kemudian dibantai tanpa ampun.

Tugas aparat Polri/TNI adalah menjaga kedaulatan NKRI. Dengan kondisi wilayah Papua yang begitu luasnya, jumlah aparat Polri/TNI yang menjaga kedaulatan negara di sana belum memadai. Kaitannya dengan penembakan warga sipil, kita tahu semakin lama ikatan, hubungan, kemanunggalan antara Polri/TNI dan rakyat Papua semakin kokoh. 

Mungkin hal ini yang menyebabkan KKB ketakutan dan berusaha memecah belah ikatan antara Polri/TNI dan masyarakat Papua tersebut dengan cara melempar opini menyesatkan dan keji melalui situs-situs web host di luar negeri, dengan memberi informasi HOAX, menyudutkan aparat Polri/TNI kepada masyarakat melalui media sosial, selebaran dan ucapan dari mulut kemulut.

Dengan beredarnya informasi yang tidak jelas di media sosial diharapkan masyarakat untuk tidak mudah percaya dan terprovokasi dengan adanya berita HOAX yang disebarkan oleh kelompok ataupun organisasi tertentu atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab melalui media sosial ataupun media online.

Sepantasnya masyarakat semua cerdas dalam melihat apa maksud terselubung KKB dalam melempar pernyataan adu domba tersebut. Kelompok-kelompok atau perorangan asli Papua yang berada di luar negeri yang sampai saat ini masih terus menyuarakan Papua Merdeka di luar negeri, dari pada terus bersuara dan memicu konflik, akan jauh lebih baik apabila mereka datang dan pulang ke Papua ikut bersama-sama masyarakat dan pemerintah daerah membangun Papua, karena Papua jelas masih membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk melakukan pendampingan dan pengawasan pembangunan di Papua.

Kepada para elite politik di Papua serta tokoh-tokoh agama untuk tidak menghalangi dan melarang pihak aparat Polri/TNI untuk melakukan penyisiran dalam rangka menangkap para pelaku kelompok sipil bersenjata, Papua adalah wilayah Negara kesatuan republik Indonesia, sebab itu kita semua harus tunduk kepada hukum yang berlaku.

KKB berkedok agama sudah sering terjadi di papua, masih ada oknum tokoh agama atau oknum pendeta sering berlindung dibalik isu agama serta isu Ham, kemiskinan orang Papua dan memakai istilah rakyat kecil untuk memuluskan rencana besar yaitu visi dan misi mereka untuk memerdekakan papua keluar dari NKRI .

Biasanya kelompok tersebut menggunakan senjata HAM dan tindakan represif aparat untuk melindungi kelompok tertertentu yang bersebarangan dengan pemerintah. Mereka terpengaruh dengan doktrin-doktrin gereja abad pertengahan yaitu melibatkan politik dalam ajaran agama dan gereja.

Demi terjaganya kedaulatan negeri ini, kita berharap pemerintah benar-benar serius menyikapi kasus di Papua ini. Jangan tunggu korban jatuh lebih banyak lagi. Jika benar KKB tak ada niat baik untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, maka pemerintah jangan ragu-ragu lagi. Mereka sudah memposisikan diri sebagai "musuh" bagi WNI, dan tega melukai wanita dan anak kecil. Untuk itu, keselamatan WNI di Papua harus benar-benar diutamakan. Jika perlu, perintahkan saja aparat Polri dan TNI untuk berantas habis KKB sampai ke akar-akarnya. Jangan takut dengan ancaman-ancaman HAM dari negara asing, ingat.. yang punya HAM bukan hanya anggota KKB saja, tapi seluruh Warga Negara Indonesia baik rakyat sipil, maupun aparat Polri/TNI, juga berhak dilindungi HAM.

Dalam waktu dekat ini selain mengantisipasi peringatan 1 Desember, aparat Polri/TNI juga menghadapi ancaman keamanan terkait pengamanan pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) yang akan diselenggarakan serentak pada 17 April 2019 yang menurut Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut kerawanan pileg di Papua lebih tinggi dibandingkan pilpres.

Sebagai Masyarakat kami sangat mendukung upaya-upaya strategis yang dilakukan oleh aparat Polri/TNI untuk melakukan penyisiran keamanan di wilayah tersebut untuk menangkap kelompok sipil bersenjata sehingga terciptanya lingkungan yang aman tentram. Kami juga meminta kepada tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan dan tokoh-tokoh lainnya untuk membantu pihak Polri/TNI dalam melakukan penyisiran atau operasi khsusus oleh Polri/TNI untuk menangkap kelompok sipil bersenjata di wilayah pegunugan tengah Papua.#MaribangunPapua,#KitorangsemuaBersaudara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun