Labuan Bajo itu ibarat surganya Flores, bos! Mau gunung ada, pantai ada, sampe bawah lautnya juga bikin mata melotot kagum. Pokoknya, lengkap kali! Nah, tapi kali ini kita bukan cerita tentang kapal pesiar atau sunset kece di Pulau Padar. Kita balik ke masa lalu, ke sebuah desa yang sekarang namanya Desa Lendong, di Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.
Di situ ada satu mata air namanya Wae Telang. Konon, asal-usulnya ada kaitannya sama seorang anak malang bernama Telang. Mari kita mulai ceritanya!
Telang yang Kehausan, Tapi Bapaknya Lebih Sibuk Sama Pagar
Jadi, zaman dolo-dolo, hiduplah seorang bocah bernama Telang. Dia anak tunggal, tinggal sama bapak-ibunya yang kerja sebagai petani. Setiap hari, mereka sibuk di kebun---biasa, garap tanah, tanam ubi, jagung, dan lain-lain.
Suatu hari, panas terik sekali, kayak mau panggang orang hidup-hidup. Telang yang sudah berkeringat deras pun merasa haus bukan main. Dia langsung cari mamaknya dan bilang, "Mama, aku kehausan, kasi aku air dong!"
Tapi mamaknya lagi fokus mencangkul tanah, nggak peduli. Sambil tetap kerja, dia jawab, "Pergi minta sama bapakmu saja!"
Telang nurut. Dia pun jalan ke arah bapaknya yang lagi sibuk bikin pagar buat kebun. Dengan muka memelas, dia minta air. Tapi eh, bapaknya malah lebih sibuk sama kayu-kayu pagar daripada anaknya sendiri. Sambil tetap bekerja, dia cuma bilang, "Pergi tanya mamakmu!"
Telang balik lagi ke mamaknya. "Mama, bapak suruh aku minta air ke mama."
Tapi mamaknya tetep aja nggak peduli. Dia nyuruh Telang balik ke bapaknya. Dan bapaknya pun masih keras kepala, tetap nyuruh Telang balik ke mamaknya. Begitu terus, bolak-balik kayak bola pingpong!
Sampai akhirnya, Telang udah capek, frustrasi, dan merasa diabaikan. "Ah, sudahlah! Mending jadi hewan sekalian!" pikirnya.
Dari Bocah Haus Jadi Kera Malang