Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Semua Akan Fintech Pada Waktunya, Perbankan Panas Dingin

9 Oktober 2018   14:05 Diperbarui: 9 Oktober 2018   22:45 3595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi adu strategi (sumber pexels.com)

Di jagat industri digital ada pameo "semua akan fintech pada waktunya". Pameo ini tentu saja untuk menyindir para pemain di industri digital yang pada akhirnya tak mampu menahan diri untuk terjun menjajal bisnis financial technology (fintech)

Fintech kini memang jadi primadona. Startup-startup baru lahir untuk menggarap segmen ini. Tak ketinggalan, startup yang telah eksis juga ikut mengepakkan sayap bisnisnya ke fintech.

Di tingkat startup lokal, kita amat familiar dengan Gopay-nya GoJek, lalu Traveloka dengan Traveloka Pay, ada pula TokoCash dari Tokopedia dan terbaru Bukalapak meluncurkan Buka Dana.

Bukan cuma startup yang melabuhkan sauh bisnis ke sektor fintech. Tak mau ketinggalan, para incumbent dari industri keuangan juga terjun ke bisnis ini. Nama-nama besar dari perbankan seperti bank Mandiri, BCA, BRI dan BNI juga menyisihkan belanja modal untuk mengembangkan fintech. Bukan lagi sekadar digitalisasi korporasi sebagai bentuk transofrmasi perusahaan menyambut era disrupsi. 

Bank-bank papan atas ini memasuki fintech baik dengan cara investasi langsung mendirikan fintech, maupun menyiapkan pendanaan kepada startup. Strategi tersebut juga untuk menunjang sustainibilitas industri perbankan yang pada modal. Setelah tersentuh dengan digitalisasi dan adopsi teknologi, perbankan menikmati angka efisiensi. 

Sebagai ilutrasi saja, nasabah bank saat ini lebih memilih melakukan aktivitas banking menggunakan kanal-kanal digital. BCA mengklaim 97% nasabahnya melakukan transaksi secara digital.

Demikian pula bank Mandiri yang mengaku sebanyak 95% nasabahnya telah terkoneksi dengan layanan transaksi digital. Meski belum ada data pasti, namun kita dapat memperkirakan perbankan menghemat puluhan hingga ratusan miliar berkat digitalisasi. 

Potensi fintech untuk berkembang amat besar yang dilihat oleh para pelaku bisnis digital di tanah air. Semua mengarahkan bidikan mengincar peruntungan di fintech. Memang, bisnis teknologi keuangan menjadi satu pilar sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepan. Apalagi di Indonesia yang tingkat literasi keuangannya masih rendah. Itu berarti bahwa fintech punya market size amat besar yang belum terjamah.

Sejauh amatan saya, GoJek merupakan startup unicorn paling ambisius bermain di fintech. Saat saya menghadiri SCG Investment Forum pada hari Rabu (3/10) yang lalu, Head of Corporate Development GoJek, Justin Choi dengan gamblang mengungkapkan misi besar startup kebanggaan Indonesia itu di sektor fintech. 

Para pembicara dalam acara SCG Investment Forum 2018 pose bersama Country Director SCG Indonesia Nantapong Chantrakul (tengah). Sumber, dokumentasi pribadi
Para pembicara dalam acara SCG Investment Forum 2018 pose bersama Country Director SCG Indonesia Nantapong Chantrakul (tengah). Sumber, dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun