Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Di Balik Evolusi Budaya Kerja Milenial

5 Desember 2017   11:42 Diperbarui: 5 Desember 2017   11:52 2856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Playground yang merupakan bagian dari ruang kerja, kantor Gogle di Dublin (sumber : archdaily.com)

Ada berita menarik yang diturunkan oleh koran cetak Bisnis Indonesia pada Senin (4/12) kemarin. Bahwa terjadi penumpukan pasokan ruang perkantoran hingga angka 40 persen yang tidak terserap oleh pasar. Data itu dikutip dari Colliers International Indonesia, jaringan konsultan properti global.

Menelisik penyebab mengapa suplai ruang perkantoran yang tak terserap pasar tersebut, tiba-tiba menggiring pikiran saya ke generasi milenial yang menurut berbagai studi punya kebiasaan bekerja di luar kantor. Seketika, pikiran saya menggali kembali informasi silang tentang budaya kerja milenial yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.

Menurut Deloitte Millennial Surveyseperti dilansir oleh The Telegraph, generasi milenial percaya bahwa pengaturan kerja yang fleksibel mendukung produktivitas dan keterlibatan staf yang lebih baik. Hal itu sekaligus meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan kebahagiaan pekerja milenial.

Meja kerja yang memberikan ruang interaksi sosial, dimana milenial dapat menyelesaikan pekerjaan dalam suasana yang lebih informal, merupakan imajinasi menarik ketimbang bekerja di deretan meja yang ditata secara kaku dengan telpon dan komputer yang tak pernah berubah posisinya di atas meja.

Perubahan budaya kerja yang berpengaruh pada produktivitas ini yang kemudian menginspirasi perusahaan-perusahaan besar macam Facebook, Google, Twitter hingga Bukalapak membuat format kantor yang informal. Datanglah ke kantor perusahaan-perusahaan tersebut, kita akan menjumpai suasana yang lebih mirip caf daripada kantor yang lazim dikenal. Suasana kantor yang fun menjadi elemen penting untuk menciptakan iklim kerja kreatif dan inovatif.

Perubahan budaya kerja milenial yang akan mendominasi dunia kerja di masa depan, tentu saja menjadi tantangan bagi para developer untuk mengubah konsep fisik ruang-ruang perkantoran. Dikreasikan dengan sentuhan milenial, bukan cuma dalam aspek desain interior atau layout ruangan saja. Tapi dalam profil ruang kantor secara general.

Bukan cuma pengembang yang bermain di pasar perkantoran, developer hunian (residential) bahkan mulai melirik celah pekerja milenial ini. Terutama pekerja independen (freelancer), yang tak terikat oleh tempat dan waktu kerja.

Ketika jalan-jalan ke Green Pramuka Square belum lama ini, saya menyaksikan betapa riuhnya cafe hingga restoran di mal baru yang berada di kawasan Green Pramuka City ini. Di salah satu gerai kopi ternama berlogo perilaut latar hijau misalnya, pemandangan yang saya saksikan bukan orang yang sedang nongkrong membakar waktu.

Pekerja milenial, kantor baru mereka adalah cafe dan tempat-tempan informal dimana interaksi sosial serta eksistensi diri dapat diekspose (dokumentasi pribadi)
Pekerja milenial, kantor baru mereka adalah cafe dan tempat-tempan informal dimana interaksi sosial serta eksistensi diri dapat diekspose (dokumentasi pribadi)
Yang tampak adalah pekerja milenial dengan laptop di ujung jemari sembari sesekali menyeruput kopi. Saya menyaksikan tengah terjadi evolusi budaya kerja seperti yang ditangkap dalam Deloitte Millennial Survey yang telah disebutkan di atas.

Sejalan dengan konsep Green Pramuka  City yang bermain di sektor residential dengan segmen anak muda, pengembang ini menjadikan mal Green Pramuka Square yang merupakan salah satu fasilitas one stop living di kawasan superblok itu sebagai kantor informal. Hunian dan perkantoran informal dipadukan untuk mendukung gaya hidup urban milenial.

Pelaku industri yang rabun dan tidak melihat evolusi yang tengah berlangsung ini tentu saja bakal terkaget-kaget menjumpai ruang-ruang kantor yang mereka tawarakan tak laku lagi. Meskipun ekonomi tumbuh positif yang normalnya, juga diikuti oleh daya serap pasar perkantoran.

Evolusi milenial yang tengah mengubah lanskap berbagai industri menarik untuk terus kita simak, sembari memasang kuda-kuda agar tidak tersungkur dan terperosok di antara erupsi perubahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun