Aku Arya, siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 2 Tunggal Benteng, sebuah sekolah kecil di pinggiran kabupaten. Sekolah kami sederhana, tetapi penuh cerita.
Setiap pagi kami semua datang dengan seragam putih abu-abu yang sama. Tapi dibalik seragam itu ada banyak warna yang berbeda. Seperti, Yogi yang beragama Islam merupakan anak yang taat dalam beribadah, ada juga Kris yang beragama Kristen dan mendapatkan pelajaran terpisah dimana Kris biasanya belajar di perpustakaan bersama guru agama Kristen.
Suatu hari sekolah mengadakan acara pekan keberagaman. Semua kelas diminta membuat pertunjukan yang menggambarkan tentang keberagaman budaya dan agama yang ada di sekitar kita. Aku dan teman-teman sekelas pun mulai berdiskusi.
Tapi tak semua berjalan mulus. Beberapa teman mengeluh, ada yang takut tampil, bahkan takut dianggap aneh. Aku melihat Yogi yang diam saja dan tampak cemas lalu mengajaknya berbicara.
"Yogi! Ini kesempatan kita untuk berani mengambil langkah supaya kita bisa lebih berkembang seperti yang pernah kita bicarakan" ucapku panjang lebar.
"Ya Arya, aku juga ingin semua teman-teman kita mengetahui lebih dalam tentang Islam. Terutama tentang puasa ramadhan" Yogi menjawab sembari mengangguk kecil.
Kami akhirnya sepakat membuat pertunjukan sederhana, dengan Yogi yang akan bercerita tentang agama Islam lebih tepatnya tentang puasa ramadhan. Kris yang akan menyanyikan lagu-lagu yang bernuansa agamanya yaitu agama Kristen. Dan aku sendiri akan menampilkan pantun yang merupakan ciri khas kebudayaanku, aku ditemani oleh Jai, kebetulan Jai juga keturunan dari suku Melayu. Kami semua berlatih bersama, saling berbagi tawa, dan saling membantu ketika ada kesalahan.
Setelah sekian banyak latihan yang kami lakukan, akhirnya hari pertunjukan pun tiba. Kami melakukan pertunjukan di sebuah ruangan yang ada di sekolahku, hari ini ruangan itu menjadi sangat penuh dan sesak. Semua menonton dengan antusias. Dimulai dari Yogi yang menjelaskan tentang puasa, dan banyak teman yang seolah-olah sedang memahami perkataan Yogi. Dan Kris yang menyanyikan lagunya dengan suara yang cukup merdu sehingga teman-teman terkagum-kagum saat mendengarnya. Begitu juga dengan aku dan Jai yang berpantun dengan sepenuh hati tak lupa dengan senda gurauannya.
Ketika kami selesai tepuk tangan bergemuruh. Aku melihat kebahagian dan kehangatan yang mendalam ada di mata teman-temanku.
Di saat itulah aku sadar meski seragam kami sama, keberagaman di dalamnya justru yang membuat kami hidup kuat dengan penuh toleransi. Bukan hanya sekedar ras dan agama, tetapi bagaimana rasa saling menghargai dan menghormati indahnya kebersamaan.
Karya: Ariyo Pramana