Kekeringan adalah bencana yang kerap dihadapi masyarakat Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.  Pada Mei hingga Agustus  2024 lalu misalnya  sebanyak 15 desa harus mendapatkan suplai air bersih. Radar Bojonegoro menyebutkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat menyalurkan 555 ribu liter air bersih ke warga desa terdampak di 9 kecamatan.
Baca: Radar Bojonegoro
Sebagian dari 1,3 juta populasi di Kabupaten Bojonegoro sudah menyadari mereka tidak bisa lagi mengandalkan air tanah, yang kualitasnya sudah mulai berkurang, keruh, berbau hingg air payau.
Sebagian masyarakat Bojonegoro mencoba mengatasi masalahnya dengan melakukan panen air hujan yaitu dengan menampungnya di drum, gentong dan bak semen permanen.
Namun air hujan yang ditampung tidak layang untuk konsumsi karena tercemar berbagai unsur, namun bisa untuk menyiram tanaman hingga membilas kakus.
Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejaterahan Sosial (Ademos) pada awal Januari 2025 Â bersama beberapa pihak lain menginisaisi gerakan memanen air hujan dengan menggunakan Instalasi Panen Air Hujan (IPAH).
Ademos bekerjasama dengan Yayasan  Mannah dan Sekolah Vokasi Universitas Gajah Mada memulai gerakan ini dengan mendirikan sejumlah titik IPAH dan kampanye pada masyarakat.
Baca: Radar Bojonegoro
Menurut Ketua Ademos Ahmad Shodiqurrosyad pihaknya bukan hanya menampung air hujan dengan tandon berkapasitas 1.000 bahkan lebih besar sampai 5.000 liter air, tetapi menyambungkan IPAH ke sumur resapan.