Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Petualangan Manuk Dadali: Prahara di Nusantara (Prolog)

2 Mei 2022   10:32 Diperbarui: 6 Mei 2022   22:11 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Irvan Sjafari

Manuk Dadali dijalankan dengan energi baterai matahari level tinggi yang sudah ratusan tahun mengalami regenerasi. Namun Raya juga menambahkan dengan energi lain yang didapatnya dari planet asalnya. Entah apa namanya. 

Energi ini bisa tahan puluhan tahun. Ke tempat asal Teteh Raya ini tujuan kami pertama: Kuantum XX. Selain memberi kabar, tentunya juga soal energi dan membantu teteh menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut tunangannya. 

Planet Kuantum XX yang sebentar lagi kami singgahi planet yang hampir 90% adalah lautan dengan ratusan ribu pulau-pulau, dengan beberapa pulau yang paling besar seukuran seukuran pulau Kalimantan yang aku lihat di peta Bumi. Pulau-pulau itu tersebar di seluruh planet seperti bercak-bercak coklat-kuning-oranye-hijau di hamparan biru dari atas. 

Semua pulau layak ditinggali manusia, namun koloni manusia di situ sebagian besar tinggal di lima pulau besar dan puluhan kecil, yang dinamakan Koloni Nusantara. 

Hanya Teteh  Raya yang tahu seperti apa kehidupan di sana. Luar biasa keras, karena badai kerap terjadi di lautan walau tidak banyak menganggu daratan.

Para pionir bukan saja berhasil membuat  kota di tepi pantai dan sebagian di pedalaman pulau, tetapi bisa membuat kota terapung di tengah laut dan kota di dalam laut. Teteh Raya dan Beli Made dan Kang Bagus berdiskusi tentang predator manusia di planet masing-masing. 

Orang Titanium punya musuh utama mahluk buas bernama Bolo. Mahluk pemakan daging yang bisa menggelinding seperti bola raksasa dengan kecepatan tinggi dan hanya bisa dimatikan dengan senjata kami bahwa pelontar listrik high voltase hingga sinar api.

Menurut cerita Teteh Raya, koloni manusia di Quantum XX menghadapi mahluk alien, namun umumnya mahluk laut buas yang  yang mematikan, tetapi bisa dimatikan. 

Yang berbahaya  dan punya kecerdasan disebut sebagai sirens atau kaum peri. Dinamakan siren karena mirip mahluk dalam mitologi manusia di tengah Bumi, mahluk mirip perempuan dengan kepala burung yang pandai menyanyi membuat pelaut menabrakan kapalnya ke karang atau menenggelamkan diri ke laut.

Bedanya, Sirens di sini diduga mampu mengubah dirinya menjadi perempuan yang menggoda dan penyihir pelaut laki-laki, kemudian memperdayanya untuk dijadikan korbannya. Untuk apa? Tidak diketahui karena tidak ada yang bisa kembali kalau ditawan siren. Yang ada saksi mata yang beruntung bisa melarikan diri ketika jaraknya jauh.

Mungkikah ada alien membawa sirens dari planet ini ke Bumi? Karena cerita siren yang kubaca di perpustakaan digital sangat mirip dengan cerita Teteh Raya? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun