Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Tengah Malam Jahanam (4) Tamat

17 Agustus 2021   00:04 Diperbarui: 17 Agustus 2021   00:08 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tahura Juanda-Foto: Irvan Sjafari

"Benda-benda terbang itu adalah para penjemput yang sudah memilih manusia yang akan diangkut. Sayangnya ada benda lain yang bukan dari kelompok mereka."

Sundari menggunakan speaker sehingga yang lain bisa mendengar.

"Pesan suara itu 100 tahun yang lalu. Selama perjalanan  kesini kalian tidur di pesawat kami dalam tabung yang bisa membuat kalian tetap pada usia kalian. Perjalanan ke planet ini sangat jauh. Ini planet asal kami dan kami menyiapkan areal ini khusus untuk kalian. Ada koloni yang kami tiru dari Bandung, ada yang Paris dan kota lain di planit kami. Untuk sementara  antar koloni tidak boleh berhubungan. "

"Seperti ikan di kolam atau akuarium?" sahut Sundari. "Bandung yang kalian ciptakan itu kolam atau kawasan konservasi."

Mahluk itu tak menjawab.

"Koloni pertama di Titanium didesain mirip Bandung. Kami mengcopypaste desain itu, sekalipun hanya sebagian. Tentunya sesuai selera kebanyakan orang Bandung, yang rindu Bandung zaman dulu."

"Lalu siapa yang selalu mengikuti kami?"

Dua mahluk ini maju dan mereka menjelma menjadi dua burung berbulu biru yang kami tolong dari jerat gerombolan remaja itu waktu perjalanan di Patahan Lembang.  Lalu mereka kembali menjadi mahluk itu.

"Ini alasan lain, mengapa kami memilih kalian dan kami berdua akan menjaga kalian berdua di tempat ini. Khusus kalian!"

"Balas budi? Kalian tidak berdaya ketika menyamar jadi mahluk kecil, sebetulnya para remaja itu bisa saja diberi pelajaran?"

Mahluk--mahluk itu  tak menjawab dan kemudian menghilang.  Berkamuflase tepatnya. Kami tidak punya punya pilihan lain untuk segera turun, sepasang-sepasang.  Dudi dengan Puti di belakang aku dan Sundari yang masih dalam kegugupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun