Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebaran, Ritual, Kultural, dan Kenangan

11 Mei 2021   05:33 Diperbarui: 11 Mei 2021   21:34 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sewaktu hunting artis Poppy Sovia pada 7 September 2010 (1431 H) untuk cover sebuah tabloid telekomunikasi.-Foto: Dokumentasi Pribadi.

Kartu lebaran saya perkirakan populer sekitar 1970-an. Hal ini dibenarkan oleh pemilik Toko Jaya Usaha yang terletak di Jalan Dalam Kaum No. 20 Bandung bernama Apo Damidi dalam wawancaranya dengan Bisnis Indonesia pada 2011 (1).

Pemilik toko yang sudah berdiri sejak 1965 ini mengakui kartu lebaran pernah menjadi primadona di tokonya. "Ada masanya para remaja era '70an rebutan kartu pos, terutama yang bikinan Amri Yahya, pelukis terkenal dari Yogyakarta," kisah Apo.

Lebaran dalam Kenangan

Sebetulnya juga era 1950-an awal sekolah-sekolah mendapat pembagian baju dari Unicef, baju second tetapi masih bagus-bagus. Namun apakah pembagian baju untuk anak setara sekolah dasar itu (dulu sekolah rakyat) dekat lebaran atau tidak, barangkali tidak.  Hanya kalau membeli baju baru dilakukan di pasar tradisional seperti Pasar Santa di Jakarta Selatan atau Pasar Baru di Kota Bandung.

Kalau saya sendiri masih kanak-kanak ikut berburu baju baru biasanya di Pasar Blok M, Jakarta Selatan, yang era 1970-an atau kalau di Bandung di Nusantara, alun-alun.Waktu itu hang out di kawasan itu sudah bergengsi.  Seingat saya mal yang mentereng masa saya anak-anak, baru muncul ketika saya remaja awal, yaitu  Aldiron Plaza, Jakarta Selatan  sekitar akhir 1970-an atau 1980-an.

Beberapa kartu lebaran era 1990-an untuk saya yang mash tersimpan-Foto: Dokumentasi Pribadi.
Beberapa kartu lebaran era 1990-an untuk saya yang mash tersimpan-Foto: Dokumentasi Pribadi.
Saya sendiri mulai mengenal kartu lebaran sejak masih SMA 1980-an hingga akhirnya berhenti sekitar tahun 2000-an setelah SMS mereduksi kartu lebaran lebih efesien secara ekonomis dan kemunculan BlackBerry hingga ponsel cerdas menghentikan sama sekali tradisi mengirim kartu lebaran. Setiap lebaran saya biasanya mengirim belasan dan dua puluhan kartu lebaran dan mendapat jumlah yang sama.   

Catatan lain, terkait lebaran di sudut kebudayaan populer, umumnya  majalah atau tabloid media cetak, menjadikan hari raya sebagai cantolan berita dan biasanya cover disesuaikan. Hal ini saya kira sudah terjadi pada era 1950-an, hingga era senjakala majalah cetak pada 2020-an ini. Fenomena ini menjadikan lebaran sebagian bagian dari kebudayaan populer.  Hal ini juga terjadi pada momen menyambut Natal bahkan imlek.   

Termasuk saya sebagai jurnalis. Yang paling berkesan waktu bekerja di sebuah tabloid telekomunikasi  berburu artis dengan busana sesuai untuk menyambut hari raya Idul Fitri untuk jadi sampul depan.

Kalau artis itu memang berhijab seperti Zaskia Mecca, tidak masalah. Terkadang artis yang diburu sedang berada dan sebgaian besar janjiannya di lokasi syuting, ya di studio televisi dan belum tentu membawa busana muslim, jadi kami mau tidak yang membawakan kerudung untuk dikenakan sang artis agar pas dengan momentumnya.

Lebaran juga erat silaturahmi-sayangnya sulit terjadi di era pandemi, biasanya kami berkunjung ke sanak saudara ibu atau ayah yang lebih tua, setelah salat Id. Untuk salat Id, tempat favorit biasanya Masjid al Azhar, karena dekat dengan rumah kakak ibu saya di Kebayoran Baru.

Salah satu khatib yang paling kerkesan ialah almarhum Buya Hamka seingat saya pada 1980-an dengan kutbah yang kritis, hingga benar-benar didengarkan dari awal sampai akhir. Kadang khatib berkutbah tidak menarik orang mendengarkannya, hingga seperti masuk kuping kanan keluar dari kuping kiri. Tidak demikian dengan Hamka.  Masjid al Azhar biasanya penuh hingga lapangannya bahkan sampai ke jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun