Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Angkot Bertahan atau Punah?

7 Agustus 2017   21:57 Diperbarui: 8 Agustus 2017   13:55 3279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila diamati maka supir angkot yang paling gigih melawan berada di kota-kota kecil. Penumpang di kota-kota ini memang tidak banyak. Tanpa ojek online pun dengan keberadaan sepeda motor, penumpang sudah jauh berkurang.

Triawan, (28 tahun), seorang supir angkot 61 Jurusan Country (Cinere) -Pasarminggu mengaku sebelum adanya ojek online dia bisa mendapatkan Rp200 ribu untuk di bawah pulang narik setengah hari. Sesudah adanya ojek online jumlah itu bisa didapatkan narik hingga sore hari bahkan hingga mahgrib.

Di luar setoran Rp 100 ribu-an per hari dia juga harus membayar berbagai pungutan resmi dan tidak resmi yang totalnya berjumlah Rp 20.000 

Bagaimana Angkot Bersiasat?

Sejumlah pemilik angkutan umum menyiasati dengan mencari terobosan lain. Di antaranya pemilik angkot 61 mengandalkan pengangkutan sayur yang sulit dilakukan ojek online. Biasanya dilakukan malam hari hingga dini hari.

Sopir yang saya tanyakan yakin bahwa mengangkut dagangan sayur butuh ilmu sendiri. Misalnya saja menyusun sayuran mana yang ada di posisi bawah dan mana yang di tengah dan mana yang di atas tidak sembarangan orang bisa.


Sebagian lagi seperti seorang supir angkutan KWK 12-C, Ragunan-Cimpedak mengaku setorannya dikurangi. Yang tadinya Rp140 ribu menjadi Rp110 ribu. Tentu resiko bagi pemilik angkot yang kini sedang menghadapi aturan peremajaan dengan DP Rp23 juta dan angsuran di atas Rp 3 juta per bulan. Tetapi begitulah kalau ingin bertahan hidup.

Integrasi dengan Transjakarta Mulus?

Cara lain lagi berintegrasi dengan Trans Jakarta. Sejumlah rute KWK sudah melakukan hal itu. Pemprov DKI Jakarta menyebut setiap KWK yang diasumsikan mendapatkan keuntungan Rp 180 ribu sebelum integrasi per hari mendapat Rp206 ribu per-hari. 

Ketua Umum KWK La Ode Djeni Hasmar membenarkan bahwa 6.350 angkutan KWK yang akan terintegrasi dengan bus Transjakarta. Program integrasi ini memberikan keuntungan bagi KWK. Bagi penumpang Trans Jakarta mereka tinggal menunjukkan kartu khusus hingga tidak perlu bayar lagi untuk sampai ke pemukiman. Tapi bila tidak naik Transjakarta akan dikenakan tarif biasa, [3].

Namun masih ada tanda tanya bagaimana konsep ini nantinya berjalan. Apakah ke depannya smeua KWK akan diintegrasikan atau nanti semua angkot masuk Jakarta juga diperlakukan hal yang sama? Apakah cukup dengan satu kartu untuk memenuhi end to end atau firs mile to last mile?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun