Evan Sektian dan sepuluhan anak buahnya bermunculan dari jalan dengan semut. Mereka berhamburan dan menyebar, baku tembak terjadi.
“Perempuan-perempuan pemberan, Dani!” seru Sersan Candra kirana memegang erat pinggangnya terluka.
“Saya ingat Inong balee!!”
Alif melihat para serdadu semut laki-laki dan perempuan tangkas memanjat bangunan dan pohon mencari tempat menembak. Dua serdadu semut terkapar di jalan dan sebuah kendaraan semut terbakar terkena roket.
Tetapi pihak serdadu lawan juga kehilangan dua serdadu menjadi debu dan dua lagi terjatuh.
Hanya lima menit kemudian Ristia dan pasukan tawonnya datang. Jumlahnya selusin menembak peluru besi panas yang begitu menembus tubuh kembali menjadi. Tubuh seperti mentega terkena besi panas. Alif menyadari itu maksud pertunjukkan Harum.
Hasilnya tiga serdadu lawan terkapar dalam sapuan pertama. Sebuah tembakan berhasil menjatukan pengendara tawon. Tetapi serdadu itu terkena tembakan semut hingga jadi debu, seorang lagi yang terluka mencoba menembak tapi dia jadi debu.
Hanya dalam lima belas menit justru tentara bayaran Dhimas Harris terkepung. Tentara Irwan Priyatna yang lain datang.
Dengan tertengun, dua serdadu bule dan dua serdadu berwajah Indonesia melempar senjata menyerah. Hanya mereka yang tersisa dan tak terluka. Mereka menyadari hanya tinggal tunggu waktu untuk tumpas.
Irwan Prayitna kemudian meninjau lokasi. Alif masih shock. Ia memangku tubuh Andro yang sudah beku. Ahmady duduk di sampingnya.
“Mereka mempertahankan tempat mereka Dy,!” Alif menangis.