Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Museum Layang-layang, Melayang ke Masa Silam

20 April 2017   10:16 Diperbarui: 22 April 2017   18:00 1651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum layang-layang. Dokumentasi pribadi

“Dahulu layangan bagus-bagus buatannya.  Anak-anak membeli di toko kelontong milik orang Tionghoa.  Anak-anak semua kalangan menggemari layang-layang, tidak mengenal kasta sosial. Bermain layang-layang menyatukan anak Ambon yang waktu itu diidentikan dengan anak KNIL, anak Indo, anak Tionghoa hingga anak pribumi berbagai etnik lainnya,” papar ibu saya.

Sayang seiring dengan berkurang lahan, permainan layang-layang juga berkurang.  Adanya festival layang-layang hanya untuk orang yang hobi, mungkin meneylamatkan permainan ini dari kepunahan.   Kalau dulu anak-anak menjadi terbiasa antara lain, karena adanya layang-layang.  Anak-anak sekarang lebih suka ke mal, main play station dan kurang permainan di  ruang terbuka.

Museum layang-layang membuat ingatan saya melayang ke masa silam yang tidak akan kembali.

Irvan Sjafari

Bangunan utama museum tampak asri dengan arsitektur etnik Jawa / Foto-foto Dokumen Pribadi
Bangunan utama museum tampak asri dengan arsitektur etnik Jawa / Foto-foto Dokumen Pribadi


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun