Mohon tunggu...
June
June Mohon Tunggu... Freelancer - nggak banyak yang tahu, tapi ya nulis aja

Pengamat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Salam untuk Ibu

12 April 2019   06:21 Diperbarui: 12 April 2019   06:25 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: RearFront

Ibu, janganlah tiada aku di doamu
Aku keras hidup di rantau
Banyak tangan siap menyerangku
Tak ingin mencekik diri dengan tanganku

Ibu, telponlah aku
Aku resah tak mendengar suaramu
Suara ibu adalah obatku
Pujian mereka tak sebanding dengan omelanmu

Ibu, janganlah hanya memikirkanku
Pikirkanlah apa makananmu
Nikmatilah tayangan televisi favoritmu
Senyum bahagiamu adalah bintang malamku

Ibu, waktumu terbatas
Aku sadar semakin berkurang angkamu
Kapan pun kau dapat lepas dari bebanmu
Entah dirimu dulu, ataupun aku yang mendahului

Ibu, kita berdua sama-sama egois
Sama-sama ingin habis lebih dulu
Kita sadar pahitnya ditinggalkan di perjalanan ini
Aku sedih bila habis masamu, kau sedih bila aku mendahuluimu

Ibu, kusebut ibu di doaku, meski buruk diriku, semoga senantiasa ada penghiburmu
Mungkin kelak bukan aku, tapi siapapun, kuharap kau dapatkan itu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun