Pernah ada kejadian konyol sekaligus memalukan di lingkungan kami. Seorang maling nekat menggondol TV dari rumah tetangga yang… ternyata anggota kepolisian! Apesnya, dia tidak tahu rumah siapa yang dimasuki. Untungnya tertangkap juga.
Tapi buat kami, bapak-bapak satu lingkungan, kejadian itu jadi tamparan. Rasanya aneh, rumah di kompleks yang ramai masih bisa kecolongan.
Karena itu, ronda bagi kami bukan hanya rutinitas, tapi komitmen kecil. Minimal, keberadaan bapak-bapak di pos bisa meredam niat orang-orang yang sedang mencari celah. Dan itu sudah cukup jadi alasan untuk tetap semangat jaga malam.
Gak Ronda, Gak Asyik
Kalau hari-hari terasa buntu, lelah, letih, coba deh ikut ronda sekali-kali. Bawa kopi atau gorengan, dijamin penat langsung hilang.
Tapi lebih dari sekadar hiburan, ronda itu kewajiban. Apalagi kalau di lingkungan sudah marak kehilangan motor atau pencurian. Ronda jadi semacam epic comeback bapak-bapak, dulu nongkrong di warung kopi, sekarang nongkrongnya di pos siskamling, sambil jaga kampung.
Jangan sampai absen, Pak. Kalau tidak ronda, bukan cuma dianggap “ansos”, tapi juga mengurangi rasa aman bersama. Kami tidak menuntut traktiran kopi atau gorengan dari bapak-bapak yang malas ronda, yang kami butuhkan sederhana saja, kehadiranmu. Karena dari situ rasa kebersamaan dan aman itu tumbuh.
Di tengah banyaknya kerusuhan di negeri ini, pos ronda adalah unit terkecil pertahanan negara. Meski tanpa pistol atau pentungan, cukup dengan tabuhan kentongan tong, tong, tong, kami, bapak-bapak di lingkungan, merasa ayem. Dan seluruh warga pun tahu, siskamling diaktifkan di kampung ini sedang on!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI