Mohon tunggu...
Junjung Widagdo
Junjung Widagdo Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 1 METRO, LAMPUNG

Untuk saat ini menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Beras Mahal: Perspektif dan Solusi Berkelanjutan

24 Februari 2024   22:35 Diperbarui: 25 Februari 2024   20:41 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: KOMPAS.id 

Bukankah kita seharusnya tidak hanya berfokus pada solusi sementara seperti mencari alternatif karbohidrat pengganti beras? Perlu dipahami bahwa akar masalah ini lebih kompleks dari yang terlihat.

Kelangkaan beras bukan lagi sekadar masalah lokal; ia telah merambat menjadi perhatian global yang mendesak. Saya menemukan bahwa di balik lonjakan harga dan kelangkaan ini, perubahan iklim dan penggerusan lahan memainkan peran kunci. 

Pemanasan global telah secara signifikan memengaruhi produksi beras, menyebabkan tantangan baru dalam menyediakan pangan bagi populasi dunia.

Fenomena tergerusnya lahan pertanian oleh perluasan pemukiman kota merupakan bentuk konkret lain selain pemanasan global yang berdampak terhadap produksi pangan.

Oleh karena itu, tulisan ini menekankan pentingnya pendekatan holistik dan berkelanjutan dalam menghadapi kelangkaan pangan. 

Solusi yang kami usulkan tidak hanya berfokus pada mencari alternatif pengganti beras, tetapi juga menekankan perlunya mengarahkan perhatian kita pada penyelamatan kehidupan di masa depan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor lain yang terlibat.


Meskipun saat ini sudah ada beberapa alternatif pengganti beras yang dapat diimplementasikan, namun kita harus menghadapi kenyataan bahwa pemanasan global dan penggerusan lahan pertanian yang semakin meluas menjadi masalah yang tak terelakkan.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah alternatif pengganti karbohidrat lainnya selain beras dapat menjadi solusi yang cukup efektif mengingat keadaan lingkungan yang semakin memburuk?

Kita perlu menyadari bahwa tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sehat dan stabil untuk dapat tumbuh dengan baik, namun dengan adanya pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim drastis dan penurunan luasan lahan akibat pembangunan pemukiman, produksi bahan pangan semakin terbatas.

Oleh karena itu, penyelesaian masalah mahalnya harga beras tidak hanya terbatas pada mencari alternatif pengganti beras, tetapi juga melibatkan upaya yang lebih luas dalam mengatasi masalah pemanasan global dan degradasi luasan lahan agar kita dapat memastikan ketersediaan pangan yang memadai untuk masa depan.

Hanya dengan pendekatan yang komprehensif seperti ini kita dapat mempersiapkan generasi mendatang untuk mengatasi tantangan pangan yang semakin kompleks di masa depan.

Mengurangi Emisi

Kebijakan transportasi ramah lingkungan di sekolah menjadi langkah konkret dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memberikan kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan bagi generasi mendatang.

Setiap pagi, saat saya mengantar anak-anak ke sekolah, saya selalu terkesan dengan barisan siswa-siswi salah satu sekolah di kota kami yang dengan disiplinnya bergerak menuju sekolah. Mereka berjalan kaki, menggunakan sepeda, atau naik angkot secara berkelompok. 

Hal yang membuat saya terkagum adalah kesadaran mereka akan pentingnya menjaga lingkungan, yang mendorong mereka untuk memilih cara transportasi yang ramah lingkungan.

Sekolah tempat anak-anak belajar berpotensi menjadi agen perubahan yang luar biasa dalam menyelamatkan lingkungan. Dengan mengeluarkan kebijakan yang melarang penggunaan kendaraan bermotor, mereka telah mengambil langkah konkret untuk mengurangi emisi gas buang yang menjadi penyebab utama pemanasan global.

Kebijakan ini tidak diambil secara sembarangan. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen dari gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global berasal dari gas buang kendaraan bermotor. 

Dengan demikian, larangan penggunaan kendaraan bermotor oleh siswa-siswi merupakan langkah yang sangat tepat.

Bayangkan berapa banyaknya gas CO2 yang dapat kita tekan saat para siswa-siswi berangkat sekolah tanpa menggunakan kendaraan bermotor.

Dengan jumlah siswa-siswi mencapai 53,14 juta di Indonesia, dan sekitar 58,02% dari mereka biasanya menggunakan kendaraan bermotor, kita dapat menghitung dampaknya.

Kita mengalikan jumlah tersebut dengan rata-rata emisi CO2e per siswa-siswi selama seminggu perjalanan sekolah. Bayangkan, itu bisa mencapai 623 juta ton CO2e setiap tahunnya!

Ini lebih dari sekadar angka. Ini tentang mengubah kebiasaan kecil menjadi perubahan besar. Dengan mengurangi emisi ini, kita membantu mengubah iklim global. Dari total emisi CO2 sebesar 930 juta ton setiap tahun, kita bisa memangkasnya menjadi 307 juta ton CO2.

Ini adalah langkah besar bagi kita semua, mengurangi emisi global dari 19,9% menjadi 6,57% per tahun. 

Meskipun data yang saya sampaikan mungkin belum sepenuhnya akurat, pesan yang ingin saya sampaikan jelas: pendidikan memiliki peran besar dalam mengurangi emisi CO2 yang menjadi penyebab utama pemanasan global. 

Mahalnya harga beras, salah satunya, merupakan dampak dari gagal panen yang disebabkan oleh perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca.

Inilah sebabnya mengapa langkah-langkah seperti kebijakan transportasi sekolah harus diapresiasi dan diadopsi oleh lebih banyak institusi pendidikan di seluruh Indonesia. 

Mengapa harus di dunia pendidikan? Pemilihan alternatif solusi dalam dunia pendidikan ini menjadi sangat penting, karena sektor ini seharusnya menjadi pusat perhatian utama dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. 

Solusi dari dunia pendidikan dipilih karena dunia pendidikan merupakan entitas yang diharapkan mampu mengubah peradaban dengan menanamkan etika terhadap lingkungan sejak usia dini. 

Pendidikan memiliki peran sentral karena memiliki potensi yang besar dalam mengubah paradigma dan membentuk karakter individu. 

Setiap orang di bumi ini, dalam sebagian besar kasusnya, akan mengenyam pendidikan, dan dari proses pendidikan ini lah lahir individu-individu dengan berbagai macam profesi. 

Dengan demikian, ketika etika terhadap lingkungan ditanamkan sejak dini melalui pendidikan, perilaku dan kebijakan yang akan diambil oleh individu ketika dewasa nanti akan cenderung beretika terhadap lingkungan. 

Ini mengimplikasikan bahwa melalui pendidikan, nilai-nilai keberlanjutan dan kesadaran lingkungan dapat ditanamkan secara efektif, membentuk generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan di masa depan.

Dengan demikian, pendidikan menjadi pondasi yang kuat dalam mendorong perubahan menuju pembangunan berkelanjutan yang lebih baik.

Langkah konkret ini tidak hanya menjadi contoh baik, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam menjaga masa depan bumi bagi generasi mendatang.

Penyelamatan Lahan 

Perkembangan perkotaan yang menggerus lahan pertanian mengancam ketersediaan pangan di masa depan. 

Setiap hari, saat saya melintas melewati perjalanan ke sekolah atau mengantar jemput anak-anak, pemandangan hijau sawah yang melingkupi jalan selalu menarik perhatian saya. 

Namun, saya tidak bisa menahan perasaan sedih karena menyadari bahwa dalam beberapa dekade ke depan, mungkin pemandangan indah itu akan sirna.

Dari tahun 2011 hingga 2023, saya melihat luas sawah hijau semakin menyusut. Bagi yang pernah tinggal di Kota Metro, Provinsi Lampung, terutama pada era 1990-an hingga awal 2000-an, pasti mengenal jalan Tawes yang dulu dikelilingi oleh sawah hijau. 

Namun, saat ini, bangunan-bangunan tinggi telah menggantikan kehijauan itu. Bahkan, tempat-tempat yang dulu merupakan sawah kini telah menjadi kantor-kantor dan perumahan.

Saat mengantar anak-anak, pertanyaan sederhana dari anak perempuan saya membuat saya terdiam. 

"Yah, kalau semuanya jadi rumah, kita nanti makan apa?" kekhawatiran anak saya itu sungguh menggugah. 

Ini bukanlah khayalan semata. Dalam penelusuran, saya menemukan sebuah jurnal yang memperkirakan Kota Metro akan mengalami defisit beras pada tahun 2031. Hal ini disebabkan oleh menyusutnya lahan pertanian yang bertolak belakang dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.

Pertumbuhan pemukiman adalah suatu keharusan dengan meningkatnya jumlah penduduk. Namun, tidak boleh terjadi pergeseran lahan pertanian yang menjadi sumber utama pangan. 

Saya sangat mengkhawatirkan dampaknya jika masalah ini tidak segera ditangani. Lahan pertanian akan semakin tergerus, dan tidak akan ada solusi yang cukup jika kita kehilangan lahan untuk menanam apapun jenis bahan pangan, baik itu beras maupun alternatifnya.

Maka dari itu, langkah-langkah konkret dan kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan harus segera diambil. Pemerintah perlu menjaga keseimbangan antara perkembangan perkotaan dan keberlanjutan lingkungan. 

Mengapa penting untuk memperhatikan masalah tergerusnya lahan pertanian? Jawabannya mungkin bisa ditemukan dalam pertanyaan sederhana berikut: Jika lahan pertanian menjadi semakin langka, di mana kita akan menanam padi? Di mana akan ditanam porang? Jagung akan ditanam di mana? Dan bagaimana dengan tanaman singkong? Apakah masih realistis berharap pada alternatif karbohidrat pengganti beras jika lahan untuk bertani semakin terbatas?

Pertanyaan-pertanyaan ini tidak sekadar retorika. Mereka menggambarkan tantangan nyata yang dihadapi dalam menjaga ketersediaan pangan di masa depan. 

Lahan pertanian adalah pondasi dari sistem pangan kita, tempat di mana tanaman pokok ditanam untuk memenuhi kebutuhan makanan kita sehari-hari.

Namun, saat ini, lahan pertanian semakin terdesak oleh perluasan pemukiman kota. Setiap bidang tanah yang beralih fungsi dari pertanian ke pembangunan adalah potongan dari sumber pangan yang hilang.

Tanpa lahan yang cukup untuk menanam, tidak ada cara untuk memproduksi pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi. Itulah mengapa penting untuk memahami dan mengatasi masalah tergerusnya lahan pertanian.

Ini tidak hanya tentang ketahanan pangan saat ini, tetapi juga tentang masa depan. Alternatif karbohidrat yang diusulkan sebagai pengganti beras bisa menjadi solusi, tetapi hanya jika ada lahan yang cukup untuk menanam tanaman pengganti tersebut.

Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan masalah tergerusnya lahan pertanian dan mencari solusi yang berkelanjutan untuk menjaga ketersediaan pangan bagi generasi mendatang.

Hanya dengan demikian, kita bisa menghindari ancaman kelangkaan pangan dan memastikan keberlangsungan hidup generasi mendatang.

Peran Kunci Pemerintah

Dari sudut pandang yang beragam, fokus kita saat ini adalah menjaga kelestarian bumi dan Indonesia agar tetap layak dihuni oleh berbagai sistem kehidupan. 

Alternatif bahan karbohidrat sebagai pengganti beras adalah langkah penting dalam situasi darurat untuk menjaga keberlanjutan pangan saat ini.

Namun, lebih penting lagi adalah memastikan bahwa generasi mendatang tidak menghadapi masalah yang lebih serius akibat pemanasan global dan penggerusan lahan pertanian yang semakin memburuk. 

Kita perlu memikirkan konsekuensinya dari sekarang, dengan harapan langkah-langkah pencegahan yang diambil sejak dini dapat mengatasi kesulitan dalam persediaan pangan di masa depan.

Dua aspek yang perlu diperhatikan adalah peran dunia pendidikan dalam pencegahan pemanasan global dan perlunya pelestarian lahan pertanian yang semakin menyusut. 

Pemerintah memiliki peran kunci dalam menggerakkan langkah-langkah ini, baik melalui kebijakan di sektor pendidikan maupun agraria.

Implementasi PPDB zonasi bisa menjadi langkah awal untuk mendorong partisipasi aktif siswa-siswi dalam upaya pencegahan pemanasan global, dengan mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan seperti berjalan kaki atau menggunakan transportasi massal. 

Pentingnya regulasi yang ketat terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman merupakan suatu keharusan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan akan lahan pertanian dan pembangunan perkotaan. Tanpa regulasi yang tepat, risiko tergerusnya lahan pertanian oleh perluasan pemukiman kota akan semakin meningkat.

Meskipun solusi ini tidak mudah, kesadaran akan pentingnya menjaga bumi untuk keberlanjutan masa depan harus menjadi dorongan untuk memulai langkah-langkah menuju perubahan yang diperlukan. 

Mahalnya harga beras dan kelangkaannya menjadi alarm bagi kita untuk bersatu dalam upaya menyelamatkan planet ini bagi generasi mendatang.

Mari kita sadari akan pentingnya tindakan kita sekarang untuk masa depan yang lebih baik.

Sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun