Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sepi (2)

25 Juli 2021   18:04 Diperbarui: 25 Juli 2021   18:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

             I Love Ibu. Ibu segalanya bagiku. Tetapi apalah dayaku saat ini. Maafkan anakmu ini, tidak bisa menemani hari -- harimu. Sejak kepergian bapak. Hidupmu kini, sendirian. Tidak ada teman curhat, seperti ketika bapak masih disampingmu. Tidak ada teman tidur, seperti ketika bapak masih disampingmu.

             Kemarin, kita bertiga sebagai anak -- anakmu sudah berembug. Tentang siapa saja yang akan menemani di malam sepimu, seperti yang engkau minta pada kita -- kita. Sementara aku, tidak bisa menemani selama 40 hari 40 malam, sejak kepergian bapak ke alam barzah.

            Sore kemarin. Baru saja, aku menerima video call dari handphone milik Salwa. Ternyata, setelah aku angkat ada gambarmu, ibu. Aku tanya kabar dan keadaan ibuku. Alhamdulillah, jawab ibuku. Setelah beberapa menit kemudian, mulailah ibu curhat tentang kesepiannya lagi.

             Bukan diwaktu malam, karena sekarang sudah ada adikku sekeluarga yang dengan ikhlas menemaninya. Tapi ini beda lagi. Curhatan ketika siang hari. Padahal ketika siang sudah ada asisten rumah tangga yang selalu menemaninya. Iya, okelah aku berusaha menjadi teman bicara yang baik via video call.

             Aku dengarkan semua keluh kesah ibu. Ingin ngobrol dengan istriku (baca- menantu), aku panggilkan istriku. Ingin ngobrol dengan anak perempuanku (baca- cucu), aku panggilkan anakku. Intinya demi menghibur hati ibu yang sedang dilanda kesepian. Maklum sudah dua kali idul fitri dan dua kali idul adha, belum ketemu sama menantu dan cucu perempuannya.

           Sejak adanya pandemi Covid -- 19, keluarga kecilku belum aku ajak pulang kampung untuk berkunjung menemui ibu dan bapak. Malah bapak telang berpulang ke rahmatullah lebih dulu. Kemarin ketika bapak meninggal dunia, hanya aku saja yang dapat menyempatkan pulang, sementara istri dan anakku tidak bisa pulang karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan dan mengingat situasi dan kondisinya tidak memungkinkan di sangat lonjakan angka pandemi Covid -- 19 begitu membandang.

           Setelah  berbicara panjang lebar dengan menantu dan cucunya, raut muka terlihat sumringah. Apalagi setelah melihat dan bicara langsung dengan cucu perempuannya, ada perasaan gembira yang tidak terucap. Tetapi saya bisa merasakan kedekatan antara nenek dan cucunya. Ada rindu yang terlalu. Ada kangen yang mendalam. Paling tidak sore itu, bisa terobati walau Cuma via vidoe call.

           Semoga pandemi Covid -- 19 segera hilang, segera diangkat oleh Allah dari bumi Indonesia. Sehingga situasi dan kondisi normal seperti biasa, dan aku dapat mengajak istri dan anakku, pulang kampung untuk segera bertemu dengan ibu. Dalam sepimu, aku memohon kepada-Mu, Yaa Allah. Sehatkanlah ibuku. Hiburlah ibuku. Agar tidak merasa sedih dan sepi lagi. Yaa Allah, Yaa Rahmaan Yaa Rohiim. Kasihanilah ibuku. Sebagaimana ibu mengasihi aku selama masih kecil dulu. Yaa Allah, Yaa Ghafurur Rahiim. Ampunilah semua dosa -- dosa ibuku.

( Gedangan, Ahad, 25 Juli 2021- JUNAEDI, S.E.)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun