Mohon tunggu...
jumaro alhamami
jumaro alhamami Mohon Tunggu... Guru - Pendidik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang waktu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Kecil Sangat Menyukai Pujian

25 Mei 2019   04:34 Diperbarui: 25 Mei 2019   04:38 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teman, ada cerita yang cukup mengagumkan berkaitan dengan pendidikan Agama.

Malam itu ada seorang anak kecil sekitar umur 3 Tahun, ia sholat tarawih berjamaah di samping saya, dengan berpakaian
baju gamis/ jubah, saya tidak tahu namanya ,lucu dan menggemaskan, ia tak pernah berhenti melakukan sholat tarawih,sementara teman yang lain berlarian di dalam dan di luar masjid, sambil berteriak-teriak sambil bermain kejar-kejaran , kulihat Bapaknya jauh darinya di shof depan, sementara saya dan anak tersebut berada di shof ke dua, setiap selesai salam , saya acungkan jempol untuknya, sebagai penghargaan kepadanya karena telah melakukan sholat tarawih, dua rekaat, lalu anak tersebut berdiri lagi setelah Imam berdiri untuk sholat tarawih, dan saya acungkan jempol setiap selesai dua rekaat saya benar-benar kagum karena tak pernah berhenti walau sesaat hingga tarawih 20 Rekaat dan di tambah witir 3 Rekaat.

Saya tanyakan pada jamaah sebelah, sebenarnya ini anak siapa, ia menunjuk pada orang yang memakai jubah warna coklat muda yang berada di shof depan dekat dengan imam, umurnya sekitar 45 Tahun, ia merupakan warga baru yang menempati rumah teman saya yang tepat di belakang pesantran kakak saya, yaitu Pesantren Al-Ijtihad Wattafwid di dusun Sinargalih Desa Langensari Kota Banjar, ia ngontrak baru beberapa bulan, ternyata penduduk baru itu Jamaah Khuruj/Jamaah Tabligh, dan saya tidak sempat menanyakan asalnya dari daerah mana, yang jelas ia telah berhasil dalam mendidik anaknya hingga sekecil itu sudah memiliki karakter pada pengamalan Agama yang taat, namun hanya beberapa hari mereka kelihatan berjamaah sholat Tarawih, dan tidak sampai satu minggu, setelah itu mereka tidak kelihatan lagi, entah pergi kemana, dan sayapun tak sempat menanyakannya keberadaannya, karena sudah menjadi kebiasaan para Jamaah Khuruj/jamaah Tablig datang dan pergi dari dan ke pesantren.

Mengambil Ibroh dari sikap anak kecil pada pelaksanaan ketaatan pada Agama, ini patut di contoh oleh para orang Tua, bahwa pendidikan Karakter Agama 70 % dari pendidikan keluarga, dan sisanya 30 % dari pendidikan sekolah, karena mengingat anak lebih banyak memiliki waktu bersama keluarga, coba bisa di hitung, dari 24 Jam anak belajar di sekolah hanya 7 Jam dan sisanya 17 Jam anak bersama keluarga, orang tua yang bijak menggunakan waktu 17 jam untuk pendidikan anaknya tentu akan memberikan nilai lebih, pada khususnya Pendidikan Karakter Agama, taruhlan 17 Jam di kurangi waktu tidur anak selama 9 jam, tinggal 8 Jam, ini waktu yang sangat cukup untuk membentuk karakter Agama anak, membentuk karakter Agama anak dapat melalui cerita-cerita para Nabi,wali dan orang soleh, melalui keteladanan Orang Tua, pembiasaan pelaksanaan Agama pada keluarga, melalui sholat berjamaah, pembelajaran baca Tulis Al-Qur`an pada setiap selesai sholat Mahrib, pembelajaran disiplin pada pembiasaan pelaksanan Agama merupakan pondasi pembelajaran Agama pada keluarga.

Bagaimana mungkin orang Tua yang menginginkan memiliki putra-putri yang sholih dan sholihah sementara pendidikan keluarga di abaikan, tidak adanya contoh prilaku yang baik pada pelaksanaan Agama , pada lingkungan keluarga, karena kerusakan pendidikan moral/karakter Agama lebih dipengaruhi oleh lingkungan yang bertentangan dengan pendidikan, walaupun sekolah telah membina anak-anak memiliki Karakter Agama dengan Nilai A, kalau lingkungan tidak mendukungnya, maka karakter itu akan rusak dan kembali pada Nol besar, karena lingkungan yang kurang mendukung tentang pendidikan itu menjadi penyumbang terbesar dari dari kerusakan Moral anak-anak, apalagi hari ini kita banyak menemukan Game-game yang kurang mendukung terhadap pendidikan yang dapat di akses dengan mudah oleh anak Balita kita, hari ini kerisauan pendidik/guru di dunia manapun saya kira sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun