Mohon tunggu...
Jumarni
Jumarni Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya Manusia Dhaif

Selesaikan Urusan Allah, Allah akan selesaikan segala urusanmu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Notulensi Diskusi Online Hari Kartini

12 Mei 2020   18:56 Diperbarui: 12 Mei 2020   18:56 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cut Nyak Dien ini merupakan salah satu tokoh perempuan yang sangat sentral dalam sejarah Indonesia karena Cut Nyak Dien ini, perjuangannya itu perjuangan vertikal, aktivisme banget. Kalau Kartini lebih intelektual, dia nggak mengangkat senjata untuk melawan penjajahn tapi bagaimana membuat perempuan itu secara basis pemikiran matang. Kalau Cut Nyak Dien berani terjun ke medan perang.

Kartini banyak diperdebatkan juga status pahlawannya karena katanya Kartini nggak mengangkat senjata untuk melawan Belanda, banyak perempuan perempuan lain yang lebih berani. Tapi hal ini dibantah lagi bahwa basis pemikiran Kartini ini udah cukup untuk dikatakan sebagai pahlawan nasional. Karena berkat pemikiran Kartini itu, pengaruh kepada kebangkitan perempuan Jawa pada saat itu sangat besar.

Cut Nyak Dien adalah keturunan Aceh. Untuk melawan penjajah itu benar-benar mengangkat senjata bersama suaminya. Sampai akhir hayatnya itu ia sangat ditakuti Belanda sampai dibuang ke Sumedang. Ini juga salah satu icon dalam pergerakan perempuan. Salah satu yang lain yaitu Rahmah El Yunisia, mungkin ada yang belum tahu siapa Rahmah El Yunisia karena jarang yang mendengar. 

Ini sangat jarang dibahas oleh sejarah karena Rahmah El Yunisia ini salah satu pejuang perempuan yang ditakuti sama orang-orang Barat atau Belanda. Dalam penulisan buku sejarah, orang-orang Belanda itu kerap kali menutupi islamis islamis. Karena penjajah itu takut bangsa atau generasi setelah mereka itu mengenal tokoh-tokoh Islam, karena itu bisa jadi akan melawan, generasi ke depan akan memiliki semangat perlawanan kepada penjajah. Makanya sejarah yang ditulis oleh orang Belanda itu jarang sekali membumingkan tokoh-tokoh perempuan atau tokoh-tokoh yang lain yang lain yang memiliki semangat beragama. Karena Islam itu corak perjuangannya adalah memusuhi kezhaliman.

Rahmah El Yunisiah ini berbeda dengan Kartini dan Cut Nyak Dien. Rahmah El Yunisia gerakannya itu selain vertikal dia juga horizontal. Jadi turun di medan perang tapi juga turun ke dunia pendidikan. Rahmah El Yunisia salah satu perempuan yang pertama kali mendirikan sekolah Islam untuk perempuan di Padang Panjang. 

Rahma ini Putri seorang ulama besar dan salah satu muridnya Haji Rasul atau ayahnya Buya Hamka. Kontribusi gerakan vertikal itu dia membangun sekolah. Dia membangun sekolah ini terinspirasi dari kakaknya yang waktu itu juga berada di sekolah yang ada di Padang Panjang juga. Kakaknya ini mendirikan sekolah kemudian dicampur ada laki-laki ada perempuan, tapi waktu itu Rahma seperti ada pergulatan batin, Kenapa nggak ada khusus perempuan aja? 


Dimana sekolah perempuan itu perempuannya dengan leluasa menanyakan segala macam persoalan dengan bebas terbuka. Karena dia berpikir kalau misalkan dicampur itu ada batasan-batasan yang harus dijaga. Jadi dia mendirikan sekolah diniyah putri dan ini menjadi salah satu gagasan yang kemudian didirikan juga di Al Azhar, Mesir yang dinamakan kuliatul lil banat. Itu adalah fakultas yang dikhususkan untuk perempuan. 

Perjuangan ini juga sangat Sentral karena memang Rahma ini memiliki kekuatan atau keinginan yang sangat besar supaya perempuan perempuan Indonesia tidak mengalami buta huruf, sebisa mungkin memiliki kecerdasan dan sebagainya. Kurikulum yang dibangun Rahma bukan hanya tentang keagamaan tapi dia juga mempelajari tentang kebidanan kemudian peran-peran domestik perempuan. 

Disini kita bisa lihat nih perjuangan-perjuangan perempuan pada masa dulu baik Kartini, Cut Nyak Dien, Rahma dan lain-lain, itu dibangun karena adanya kedzoliman di suku bangsanya, awal mula pergerakannya itu. Tapi tujuannya apa? Apakah tujuan pergerakan itu untuk mengedepankan atau mengangkat eksistensi perempuan bahwa "perempuan juga bisa melawan kedzoliman seperti laki-laki". Kalau niatnya seperti itu berarti sudah salah. 

Jika niatnya seperti itu artinya perjuangan mereka untuk mengeksistensikan perempuan. Namun untuk perjuangan perjuangan dari tokoh tokoh yang disebutkan saat ini, itu murni untuk melawan penjajah, untuk melawan kedzoliman, bukan untuk mengeksiskan dirinya sebagai perempuan. Adapun hak-hak yang mereka inginkan, kemudian bisa belajar dan sebagainya, yang katanya itu mendobrak adat Jawa agar tidak mengalami buta huruf. 

Apa tujuannya Kenapa kita nggak boleh buta huruf atau bodoh sehigga dibangun sebuah sekolah, karena jika perempuan perempuannya bodoh maka generasi yang akan lahir nggk biaa melawan penjajah. Jadi nilai-nilai yang mereka tanamkan dalam perjuangannya itu murni untuk kemaslahatan umat. Adapun kalau Kartini, seorang perjuangan itu karena dia inklusif, nggak menampakkan sisi keagamaannya, maka banyak yang memperebutkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun