Mohon tunggu...
Ardan
Ardan Mohon Tunggu... Freelancer - Cakep

Hari kerja nulis buat brand di agensi, akhir pekan ngeblog di menjadicontentwriter.id

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Membaca "Orang-Orang Oetimu", Menakar Indonesia

16 Agustus 2019   16:48 Diperbarui: 25 Oktober 2019   14:44 1477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Seperti apakah rupa tentara Indonesia itu? Apakah putih seperti Belanda atau kuning seperti Nippon? Apakah mereka suka mengadu orang atau ketagihan memerkosa kuda?

Tentu saja tidak, tapi sekarang kita kita mempunyai bahasa yang baru, Bahasa Indonesia namanya.

Saya bertemu dengan Am Siki di Orang-Orang Oetimu milik Felix K. Nesi. Felix; penulis asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini berhasil membuat saya menakar-nakar banyak hal tentang Indonesia melalui bukunya ini.

Jauh sebelum Indonesia merdeka; NTT merupakan daerah Timor Barat, sedangkan Timor Timur adalah Timor Leste. Keduanya berada di satu daratan tapi diperebutkan oleh dua bangsa asing yang jauh-jauh datang dari daratan Eropa.

Belanda di Timor Barat dan Portugis di Timor Timur. Keduanya terlibat pertikaian cukup panjang hingga akhirnya diputuskan untuk membagi kedua daerah tersebut.

Apa sebab mereka ingin menguasai daerah ini? Kayu cendana.

Seperti Am Siki yang sesak dadanya saat mendengar orang-orang Timor dipaksa untuk mempelajari Bahasa Indonesia, seperti itulah yang saya rasakan saat tiba di halaman 39 buku yang memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018 ini.

"Dahulu, ini adalah kerajaan Timu Un, sekarang sudah menjadi Kecamatan Makmur Sentosa."

Am Siki baru saja bebas dari tahanan Jepang ketika Indonesia telah merdeka. Dia membunuh sepuluh orang tentara Nippon, membakar habis satu kamp kerja paksa, dan masih hidup setelahnya. Kejadian inilah yang membuatnya tersohor se-antero Timor Barat.

Oleh pejabat pemerintahan dia dianggap pahlawan dan diundang untuk menghadiri perayaan HUT Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus.

"Sudah saya bilang, saya bukan pahlawan. Saya tidak menyelamatkan bangsa, dan apa itu medali?" tegas Am Siki.

Sesudah Indonesia merdeka hidupnya banyak berubah. Dia menghabiskan waktu dengan menyuling sopi, menghasilkan tuak manis, dan membuat gula dari pohon lontar. Daun-daun lontar juga  disulapnya menjadi kertas tembakau, tikar, bakul, hingga mainan untuk anak-anak.

Ketika Oetimu hujan, dia akan didatangi di lopo kampung oleh anak-anak dan setiap anak akan mendengarkannya mendongeng. Sementara orang tua mereka membuatkan mereka adik di tengah dinginnya hujan.

"Tidak boleh dibunuh, sekalipun itu orang jahat. Tidak boleh diperkosa, sekalipun itu kuda," begitu ulangnya setiap kali bercerita.

Di salah satu bagian, Am Siki bertemu dengan Laura yang kelak melahirkan salah seorang tokoh penting di buku setebal 220 halaman ini: Siprianus Portakes Oetimu atau Sersan Ipi.

Oiya, dahulu orang-orang Timor menyebut Portugis sebagai Portakes. Sementara Oetimu di nama Sersan Ipi merupakan desa yang terletak di ujung selatan kecamatan Makmur Sentosa. Letaknya mengubungkan kota kecamatan dengan kampung-kampung lama yang menyebar di lembah dan gunung-gunung; permukiman yang tersisa saat dihancurkan oleh Belanda.

Selain letak permukiman orang-orang di NTT yang berubah sesudah Indonesia merdeka, mereka juga harus mengubah makanan pokok mereka yang sebelumnya berupa jagung dan singkong menjadi nasi.

"Jagung dan singkong adalah makanan nenek moyang kita. Nenek moyang kita bodoh dan punya gizi yang buruk, sebab mereka hanya makan jagung dan singkong. Jangan biarkan kita mewarisi kebiasaan yang salah dan keliru itu. Mari, mari kita mulai makan nasi."

Begitu kira-kira pengumuman yang selalu disiarkan oleh pemerintah melalui mobil penerangan dengan pelantang kencang selama bertahun-tahun.

Saya merasa bahwa Felix, selain menulis tentang sejarah dan budaya masyarakat di Timor Barat dan Timur, juga menyindir dengan sangat keras. Di satu sisi dia membuat tertawa geli, di lain sisi dia menampar-nampar pembacanya.

Buku ini dituliskan dengan sangat padat. Setiap tokoh punya konfilknya masing-masing dan Felix mengupas itu satu per satu dengan cepat sehingga menurut saya tak ada tokoh yang menonjol. Beberapa berkutat dengan negara, tentara, dan gereja.

Oh, satu lagi! Tak jarang cerita seksnya membuat saya panas.

Namun bagaimana pun, cerita-cerita yang berhubungan dengan negara dan tentara kerap kali membuat saya lemas. Salah satu potongan ceritanya yakni suami dan anak Maria yang harus berurusan dengan unimog. Pada 1995, kendaraan perang ini sering melintas dan melindas mati penduduk sipil.

Dengan alasan negara sedang dalam keadaan perang melawan Timor Timur, para korban unimog ini dimakamkan dengan pidato-pidato yang membangkitkan nasionalisme oleh para perwira tentara.

Selain kisah pertikaian dengan Timor Timur, buku ini juga sempat menyinggung orang-orang Tionghoa di Oetimu yang kelabakan mencari tempat persembunyian. Mereka ketakutan karena mendengar berita bahwa para Tionghoa di Jakarta dikejar untuk dibunuh.

"Kalian orang bodoh, selalu terpengaruh dengan masalah orang-orang Jakarta. Orang Jakarta yang kencing dan berak, kalian yang menutup hidung dan menyiram toilet."

Meski di halaman depan Orang-Orang Oetimu terdapat daftar istilah dan singkatan, membaca buku ini tidak membuat saya harus mengintip daftar tersebut. Felix menulis novel tanpa berusaha menjual lokalitas. Dia bertutur apa adanya selayaknya orang-orang tua yang mendongeng di lapo kala hujan.

Indonesia merdeka 74 tahun lalu, tapi rasa-rasanya selalu ada yang tidak beres dan perlu dibereskan sebelum angka tersebut bertambah. Begitulah yang saya pikirkan setelah menghabiskan halaman terakhir buku ini, meski Orang-Orang Oetimu adalah fiksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun