Mohon tunggu...
Julkhaidar Romadhon
Julkhaidar Romadhon Mohon Tunggu... Administrasi - Kandidat Doktor Pertanian UNSRI

Pengamat Pertanian Kandidat Doktor Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya. Http//:fokuspangan.wordpress.com Melihat sisi lain kebijakan pangan pemerintah secara objektif. Mengkritisi sekaligus menawarkan solusi demi kejayaan negeri.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menanti Kiprah Duo Jenderal di Lembaga Pangan

20 Juli 2018   08:54 Diperbarui: 20 Juli 2018   09:09 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah kedua adalah, masih terkait pada masalah pertama yaitu penyaluran untuk beras pengadaan. Selama ini beras pengadaan BULOG disalurkan untuk beras sejahtera (rastra). Namun, memasuki tahun 2017, rastra sudah dihapuskan oleh pemerintah dan diganti menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Akibat perubahan kebijakan ini, BULOG selalu kesulitan untuk menyalurkan beras hasil pengadaan. 

Rastra merupakan outlet penyaluran pengadaan beras terbesar dari pemerintah selama ini. Jika di dalam rastra, BULOG merupakan satu-satunya lembaga penyedia beras, namun dalam sistem BPNT penyedia beras diserahkan kepada mekanisme pasar dimana pemasoknya boleh siapa saja alias bebas.

Artinya disini BULOG harus bersaing dengan penggilingan swasta modern yang dilengkapi peralatan canggih. Itulah mengapa baru-baru ini, Dirut BULOG, Budi Waseso menemukan sekitar 200 ribu ton beras yang tidak layak konsumsi yang ada di gudang. Salah satu faktor utamanya karena beras tersebut tidak dapat disalurkan akibat menumpuknya beras pengadaan. Andaikan beras tersebut dimusnahkan, berarti sudah jelas kerugian yang akan ditanggung oleh BULOG.

Untuk mengatasi hal ini, seharusnya Duo Jenderal meminta kepastian dari pemerintah terhadap penyaluran beras yang sudah diserap. Jika kepastian outlet penyaluran sudah jelas maka cita-cita agar beras BULOG tetap fresh dengan masa simpan maksimal empat bulan bisa tercapai. 

Namun, jika pasar penyaluran beras BULOG tidak pasti maka bukan tidak mungkin beras yang tidak layak konsumsi bisa lebih besar lagi diketemukan. Imbasnya adalah neraca keuangan perusahaan yang merugi dan citra negatif akan melekat ke duo Jenderal karena dianggap tidak berhasil memimpin lembaga pangan terbesar di tanah air.

Selain itu, dengan jejaring yang luas duo Jenderal seharusnya mampu membuka pasar baru bagi penyerapan beras yang telah ada. Dengan kombinasi captive market dari pemerintah ditambah dengan pasar baru, bukan tidak mungkin laba atau keuntungan yang diraih BULOG bertambah besar. Bahkan mampu masuk dalam jajaran teratas top BUMN dengan sumbangsih laba terbesar yang melampaui BRI dan Pertamina. Jika sudah seperti itu, maka kiprah duo Jenderal di BULOG dianggap sangat sukses dan Menteri BUMN dinilai publik sangat tepat dalam menempatkan sosok berlatar militer.

c. Penugasan stabilisasi bersifat ad hoc 

Tugas BULOG lainnya yaitu menstabilkan harga sebelas bahan pokok dengan fokus utama adalah komoditas padi, jagung dan kedele (pajale). Namun permasalahan sekarang yang terjadi diluar penugasan komoditas pajale adalah penugasan tersebut terkesan mendadak, sementara atau ad hoc. Terkadang juga biaya yang dikeluarkan oleh BULOG lamban dilakukan penggantian oleh pemerintah bahkan tanpa kompensasi sama sekali. Hal inilah yang pada akhirnya membuat neraca perusahaan menjadi defisit.

Ini juga menjadi tantangan bagi duo Jenderal agar mampu menyelaraskan tujuan pemerintah dan tujuan BULOG sebagai perusahaan. Jangan sampai tugas publik dari pemerintah yang diemban BULOG, membuat neraca perusahaan mengalami kerugian. Duo Jenderal harus segera meluruskan persepsi serta menjadi jembatan penghubung agar dua kepentingan bisa berjalan selaras dan beriringan. 

Setiap penugasan komoditas lain hendaknya ada perencanaan yang matang dan jangka panjang dari pemerintah. Serta yang paling utama adalah payung hukum yang jelas, agar tercipta suasana kondusif dan timbul kenyamanan dalam bekerja.

**************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun