Kisah Khalisa Rabbani Azalia Suprapto, yang akrab dipanggil Icha, adalah cerita tentang keluarga yang hidup dalam semangat Taekwondo. Lahir di Bandung pada 13 April 2016, Icha sudah mengenal dunia bela diri sejak ia masih sangat kecil.
Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakak Icha sudah lebih dulu menjadi atlet Taekwondo. Inilah yang membuat suasana rumah mereka tidak pernah sepi dari suara tendangan dan teriakan kihap (teriakan semangat khas Taekwondo).
Sosok paling penting dalam perjalanan ini adalah ayahnya, Sapto Suprapto. Di mata Icha, Ayah adalah figur sentral yang memberikan kasih sayang sekaligus disiplin.
Sapto Suprapto memiliki peran ganda: sebagai ayah dan sebagai pelatih. Ia adalah Sabeum (instruktur) pertama yang mengarahkan Icha di matras.
Cita-cita Icha sudah jelas, yaitu menjadi atlet Taekwondo profesional. Hobi Taekwondo yang ia geluti bukan sekadar kegiatan mengisi waktu luang, tetapi jalan yang ia pilih untuk menggapai mimpinya.
Saat ini, Icha adalah siswi kelas 3E di SD Plus Al Ghifari Kota Bandung. Meskipun jadwal sekolahnya padat, semangatnya untuk berlatih tidak pernah surut. Ia tahu betul, untuk menjadi atlet, ia harus disiplin.
Tempat Icha berlatih sangat terstruktur. Ia mengikuti ekstrakurikuler di sekolahnya, SD Plus Al Ghifari. Di luar itu, ia juga berlatih intensif di klubnya, TBI Team Bandung.
Yang membuat latihannya istimewa adalah Ayahnya sendiri yang menjadi pelatihnya. Latihan keras di bawah bimbingan ayah Sapto Suprapto berlangsung empat kali sepekan: setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Ahad.
Rutinitas latihan yang konsisten ini membentuk fisik dan mental Icha. Ayahnya menciptakan "Dojang Taekwondo" kecil di rumah dan di lapangan latihan, tempat di mana Icha dibentuk menjadi seorang petarung.
Disiplin Harian Menuju Gelanggang Internasional
Sapto Suprapto, dengan pengalaman sebagai pelatih, sangat fokus mengasah kemampuan Icha di kategori Kyorugi atau pertarungan bebas. Kategori ini menuntut keberanian dan kemampuan mengambil keputusan cepat di atas matras.