Dengan dukungan penuh dari Ayah Sapto dan Ibu Pujiyati, Icha bertarung dengan gigih. Ia menunjukkan ketenangan yang jarang dimiliki atlet seusianya.
Detik-detik akhir pertandingan terasa lambat. Ketika wasit mengangkat tangannya, mengumumkan pemenang, Icha langsung tahu bahwa semua kerja kerasnya telah terbayar.
Icha berhasil meraih Juara I di kategori Kyorugi 28kg-30kg Female! Medali emas Internasional kini menjadi miliknya.
Bagi Icha, medali ini adalah bukti bahwa cita-citanya menjadi atlet sedang terwujud. Bagi sang ayah Sapto Suprapto, ini adalah hadiah terindah dari peran ganda yang ia jalani.
Ia bukan hanya pelatih yang mengantarkan atletnya meraih emas, tetapi seorang ayah yang melihat putrinya berhasil. Ia bangga karena fondasi disiplin yang ia tanamkan telah kokoh.
Kisah Icha adalah inspirasi bagi atlet cilik lainnya. Kisah ini mengajarkan bahwa bakat harus ditempa dengan konsistensi dan dukungan keluarga.
Icha membuktikan bahwa dengan Dojang Taekwondo di rumah, didikan Ayah yang tegas dan penuh kasih, serta cita-cita yang kuat, seorang siswi kelas 3 dari SD Plus Al Ghifari Bandung bisa menjadi juara di kancah dunia.
Kesimpulan
Kisah Khalisa Rabbani Azalia Suprapto ("Icha") yang meraih Juara I Kyorugi Internasional di Yogyakarta adalah puncak dari sinergi peran ganda Bapak Sapto Suprapto.Â
Sebagai Pelatih Pertama Icha, ia mendirikan "Dojang Taekwondo" yang penuh disiplin, dengan jadwal latihan rutin setiap Selasa, Rabu, Kamis, dan Ahad.Â
Kemenangan ini bukan sekadar medali, tetapi penegasan bahwa dedikasi seorang ayah adalah fondasi terkuat bagi putrinya untuk mewujudkan cita-cita atlet di panggung dunia.