Sejarah teh di Indonesia adalah kisah panjang yang bermula dari abad ke-17. Tanaman teh, yang dibawa oleh seorang Jerman, Andreas Cleyer, pada tahun 1684, awalnya hanya tumbuh sebagai tanaman hias di Batavia.
Titik baliknya terjadi pada tahun 1828. Pemerintah kolonial Belanda menerapkan Tanam Paksa, memaksa rakyat menanam teh dalam skala besar. Sejak saat itulah, perkebunan teh berkembang pesat, terutama di dataran tinggi Jawa Barat, dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat.
Kini, meskipun pasar dibanjiri oleh produk-produk modern dan impor, minuman teh tetap menjadi favorit utama. Popularitas yang stabil ini membuat industri pengolahan teh menjadi bisnis yang sangat menjanjikan, menarik banyak pemain besar dan kecil.
Di tengah persaingan ketat, muncul sebuah kisah menarik dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kisah ini adalah tentang sebuah pabrik teh yang memilih jalur berbeda, jauh dari hiruk pikuk promosi dan iklan.
Inilah PD Kurnia, pabrik pengolahan teh yang sudah berdiri tegak sejak tahun 1989. Perusahaan ini berlokasi di Sayang Cikeruh dan terkenal sebagai produsen merek teh lokal dengan produk andalan mereka: Teh Hijau Cap Termos.
PD Kurnia telah beroperasi selama 24 tahun. Mereka membuktikan bahwa ketahanan bisnis yang sejati tidak selalu diukur dari besarnya anggaran iklan.
Manajemen Sederhana dan Strategi Bisnis Tradisional
Rahasia pertama yang bisa diintip dari PD Kurnia adalah cara mereka menjalankan perusahaan. Pabrik ini dikelola oleh Haji Ujang Darmita, sang pemilik tunggal.
Sistem manajemen di PD Kurnia sangat sederhana dan terpusat. Di sana, tidak ada posisi struktural yang rumit seperti manajer keuangan, manajer operasional, atau manajer pemasaran. Semua tugas dan tanggung jawab strategis bermuara langsung pada Haji Ujang.
Struktur yang sangat lean ini memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan efisien. Haji Ujang dapat memastikan bahwa standar kualitas dan operasional pabrik terjaga sesuai visinya tanpa melalui birokrasi yang panjang.
Aspek paling unik dari PD Kurnia adalah strategi pemasarannya. Mereka secara konsisten memilih untuk tidak berpartisipasi dalam program promosi atau iklan yang mahal. Mereka adalah contoh nyata bisnis yang beroperasi tanpa gemerlap.