Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"Gerakan Nasi" ala Prabowo: Mengurai Ekonomi Politik Swasembada, Janji atau Realita?

14 Oktober 2025   06:49 Diperbarui: 14 Oktober 2025   06:49 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran ganda Bulog sebagai penyangga harga dan distributor pangan bersubsidi memerlukan manajemen logistik dan keuangan yang sangat presisi.

Aspek politik dari "Gerakan Nasi" ini adalah pemanfaatan isu kedaulatan pangan sebagai alat legitimasi kekuasaan. Keberhasilan dalam mencapai swasembada akan dianggap sebagai pencapaian politik monumental. 

Sebaliknya, kegagalan dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan dapat menjadi sumber ketidakpuasan publik yang serius dan destabilisasi.

Tantangan terbesar dalam ekonomi politik ini adalah konflik kepentingan antara berbagai stakeholder. Petani ingin harga jual tinggi dan subsidi melimpah. Konsumen ingin harga eceran rendah. Pengusaha penggilingan dan distributor ingin margin keuntungan yang besar. 

Dan Pemerintah harus menyeimbangkan semua kepentingan ini, sering kali dengan mengorbankan salah satu pihak atau mengeluarkan biaya subsidi yang sangat besar.

Selain itu, ada pertarungan ideologi. Kelompok pro-pasar bebas mengkritik intervensi negara yang terlalu besar karena dianggap tidak efisien dan rentan terhadap korupsi. Mereka berargumen bahwa impor, jika lebih murah, harus diizinkan untuk menjaga efisiensi ekonomi. 

Sementara itu, kelompok nasionalis berpegang teguh pada prinsip kedaulatan pangan, menganggap impor sebagai pengkhianatan terhadap petani domestik.

Keputusan terkait impor pun selalu menjadi isu politik yang panas. Meskipun visi swasembada dicanangkan, realitasnya, impor tetap diperlukan sebagai buffer atau penyangga cadangan strategis. 

Kapan dan berapa banyak impor dilakukan adalah keputusan politik yang sangat sensitif, yang melibatkan negosiasi antara kementerian dan sering kali menimbulkan kontroversi.

Tantangan Realitas Lapangan dan Dampak Sosial

Meskipun visi "Gerakan Nasi" sangat ambisius, realitas lapangan menunjukkan berbagai tantangan yang tidak sederhana. Salah satu masalah klasik adalah konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian, seperti perumahan atau industri. Lahan subur terus menyusut, membuat upaya ekstensifikasi menjadi sebuah perlombaan melawan waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun