Transportasi umum adalah urat nadi sebuah kota. Setiap hari, jutaan orang dari berbagai latar belakang dan usia bertemu, berinteraksi, dan berbagi ruang di dalam bus, kereta, atau KRL. Di antara keramaian ini, ada kelompok yang secara fisik membutuhkan perhatian lebih, yaitu para lansia atau lanjut usia.Â
Generasi milenial, sebagai pengguna terbesar dan paling dinamis, memiliki peran penting dalam memastikan bahwa etika di transportasi umum benar-benar diterapkan, khususnya dalam memuliakan para lansia. Ini bukan sekadar aturan, tapi cerminan dari budaya dan kepedulian kita sebagai bangsa.
Kenyamanan dan keselamatan lansia di transportasi umum sering kali terabaikan. Mereka menghadapi tantangan mobilitas, keseimbangan, dan stamina yang jauh berbeda dengan anak muda. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menggeser fokus dari sekadar mengejar tempat duduk nyaman menjadi memberikan tempat duduk yang memang dibutuhkan.Â
Artikel ini akan membahas tiga bahasan utama: memahami tantangan lansia di moda raya, panduan praktis etika prioritas untuk milenial, dan pentingnya membangun budaya empati kolektif. Tujuannya sederhana: agar perjalanan para lansia menjadi lebih aman, nyaman, dan bermartabat.
Memahami Tantangan Lansia di Moda Raya
Bagi sebagian besar lansia, menggunakan transportasi umum bisa menjadi sebuah perjuangan. Kondisi fisik yang menurun membuat mereka rentan terhadap berbagai risiko. Mari kita telaah beberapa tantangan nyata yang mereka hadapi.
Pertama, masalah fisik dan keseimbangan. Lansia sering kali memiliki kepadatan tulang yang berkurang dan kekuatan otot yang melemah. Berdiri saat kendaraan bergerak, apalagi dalam kondisi mendadak rem, sangat berisiko. Goncangan kecil bisa membuat mereka kehilangan keseimbangan dan jatuh.
Kedua, keterbatasan gerak dan waktu. Proses naik dan turun dari bus atau kereta membutuhkan waktu lebih lama. Langkah mereka tidak secepat kita, dan sering kali mereka kesulitan mengangkat kaki tinggi-tinggi ke tangga kendaraan. Ketergesaan penumpang lain sering kali membuat mereka merasa tertekan dan terburu-buru.
Ketiga, sensitivitas lingkungan. Keramaian, kebisingan, dan suhu yang ekstrem bisa menjadi pemicu stres bagi lansia. Mereka mungkin juga kesulitan melihat atau mendengar pengumuman, yang membuat mereka cemas akan melewatkan stasiun tujuan.
Keempat, isu kursi prioritas yang diabaikan. Hampir semua transportasi umum menyediakan kursi khusus, namun sayangnya, kursi ini sering diduduki oleh penumpang yang tidak memprioritaskan diri mereka sendiri. Melihat kursi prioritas penuh oleh anak muda yang berpura-pura tidur adalah pemandangan yang menyedihkan dan melukai perasaan.
Kelima, beban bawaan. Lansia mungkin membawa tas belanjaan atau barang pribadi yang berat. Mengurus barang-barang ini sambil berpegangan agar tidak jatuh adalah tugas ganda yang sulit dilakukan dalam kondisi transportasi yang penuh.
Memahami tantangan-tantangan ini adalah langkah awal. Kita tidak bisa bersikap empati jika tidak tahu persis kesulitan apa yang dihadapi oleh kelompok usia ini. Mereka bukan hanya butuh kursi; mereka butuh rasa aman dan dihargai. Kesadaran ini harus menjadi pondasi utama dalam penerapan etika di transportasi umum.
Panduan Praktis Etika Prioritas untuk Generasi Milenial
Setelah memahami kesulitan yang ada, generasi milenial perlu menerapkan panduan praktis yang sederhana namun berdampak besar. Ini adalah aksi nyata "Sopan Santun Beroda."
1. Jangan Menunggu Diminta, Langsung Tawarkan Tempat Duduk.
Saat masuk ke dalam kendaraan dan melihat lansia berdiri, segera berdiri dan tawarkan tempat duduk Anda. Jangan ragu atau menunggu lansia tersebut terlihat kelelahan parah. Aksi cepat dan inisiatif adalah kunci.
2. Fokus pada Keadaan Fisik, Bukan Lokasi Kursi.
Walaupun Anda tidak duduk di kursi prioritas, jika Anda melihat lansia kesulitan, tetap berikan tempat duduk Anda. Etika di transportasi umum berlaku di semua area, bukan hanya di kursi yang diberi label merah atau kuning.
3. Bantu Proses Naik dan Turun.
Jika Anda berada di dekat pintu, tawarkan bantuan saat lansia hendak naik atau turun. Ulurkan tangan, tahan pintu sebentar, atau berikan ruang agar mereka bisa bergerak perlahan tanpa didorong-dorong.
4. Jangan Menggunakan Ponsel Sebagai Tameng Ketidakpedulian.
Mengalihkan pandangan ke layar ponsel saat ada lansia yang berdiri adalah bentuk penghindaran tanggung jawab sosial. Simpan ponsel sebentar, lakukan kontak mata, dan tawarkan bantuan.
5. Atur Barang Bawaan dengan Baik.
Jika Anda membawa tas ransel besar, letakkan di antara kaki atau pangku. Jangan biarkan ransel Anda memakan ruang dan tanpa sengaja mengenai wajah atau tubuh lansia yang berdiri di dekat Anda.
6. Jaga Volume Suara.
Lansia mungkin memiliki sensitivitas pendengaran yang berbeda. Hindari berbicara dengan volume tinggi, tertawa terbahak-bahak, atau mendengarkan musik keras-keras dari earphone yang bocor.
7. Tawarkan Bantuan Membawa Barang.
Jika lansia membawa barang bawaan, tanyakan dengan sopan apakah Anda bisa membantu memegangnya selama perjalanan. Ini mengurangi beban fisik dan risiko kehilangan keseimbangan mereka.
8. Berikan Ruang Personal.
Hindari berdiri terlalu dekat atau bersentuhan yang tidak perlu. Meskipun kondisi penuh, usahakan untuk memberikan ruang gerak seminimal mungkin untuk kenyamanan mereka.
Mempraktikkan hal-hal di atas tidak memerlukan biaya, hanya perlu kesadaran dan kemauan. Ini adalah cara termudah dan paling nyata bagi milenial untuk menunjukkan bahwa mereka adalah generasi yang peduli.
Membangun Budaya Empati Kolektif
Etika di transportasi umum bukanlah tugas individu, melainkan tanggung jawab bersama untuk menciptakan atmosfer yang ramah dan suportif bagi semua penumpang, termasuk lansia.
Budaya empati kolektif dimulai dari teladan. Ketika satu milenial berdiri dan memberikan tempat duduk, aksi itu sering kali menginspirasi penumpang lain di sekitarnya. Tindakan baik itu menular dan menciptakan standar perilaku baru.
Pentingnya edukasi non-formal. Milenial bisa menjadi duta etika. Ketika Anda melihat rekan sebaya Anda mengabaikan lansia, tegur dengan sopan. Ingatkan bahwa kursi prioritas itu penting. Menegur dengan ramah justru dapat menyebarkan kesadaran lebih luas.
Pelibatan operator transportasi. Operator juga harus mendukung budaya ini. Mereka bisa memperbanyak pengumuman audio yang mengingatkan pentingnya memberikan tempat duduk, atau menempatkan petugas yang aktif memantau area kursi prioritas.
Melihat ke masa depan. Hari ini kita melihat lansia sebagai orang lain, tapi suatu saat kita, generasi milenial, juga akan menjadi lansia. Memberikan etika di transportasi umum yang baik hari ini adalah investasi untuk kenyamanan dan penghormatan kita di masa depan. Kita sedang membangun masyarakat yang menghargai setiap tahap kehidupan.
Budaya empati kolektif memastikan bahwa tidak ada lagi lansia yang harus berjuang sendiri di tengah keramaian. Setiap penumpang merasa bertanggung jawab, dan kebaikan menjadi norma, bukan pengecualian. Hal ini memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dalam sistem yang sering kali terasa mekanis dan dingin.
Ketika kita semua terlibat, transportasi umum tidak lagi hanya sekadar alat untuk berpindah tempat. Ia menjadi ruang publik yang hangat, mencerminkan kepedulian masyarakatnya terhadap yang lemah, yang tua, dan yang membutuhkan. Inilah esensi sejati dari "Sopan Santun Beroda."
Kesimpulan
Etika di transportasi umum terkait lansia adalah barometer kematangan moral suatu masyarakat. Generasi milenial, dengan energi dan idealisme yang dimiliki, memegang kunci untuk mengubah ruang publik bergerak ini menjadi lebih ramah dan inklusif.Â
Dengan memahami kerentanan fisik lansia, menerapkan panduan praktis etika prioritas seperti sigap menawarkan tempat duduk tanpa diminta, dan secara aktif membangun budaya empati kolektif, kita tidak hanya memuliakan para lanjut usia.Â
Lebih dari itu, kita sedang mengukir citra diri sebagai generasi yang santun, peduli, dan bertanggung jawab, menjamin bahwa setiap perjalanan, sependek apa pun, terasa aman, nyaman, dan bermartabat bagi mereka yang telah lebih dulu menapaki jalan kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI