Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Beyond Cangkul: Generasi Z, Pelopor Inovasi Digital Menuju Kedaulatan Pangan Hijau

11 Oktober 2025   21:58 Diperbarui: 11 Oktober 2025   21:58 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Z menggunakan inovasi digital untuk mengelola budidaya anggur presisi, mengubah kebun menjadi smart vineyard. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Sektor pertanian di Indonesia menghadapi masalah besar: kekurangan regenerasi. Mayoritas petani kita berusia lanjut, sementara generasi muda, atau yang dikenal sebagai Generasi Z (Gen Z), cenderung menjauhi sawah. 

Mereka melihat pertanian sebagai pekerjaan yang kotor, melelahkan, dan tidak menjanjikan secara finansial. Anggapan ini adalah tantangan pertama yang harus kita ubah untuk menjamin masa depan pangan negara.

Gen Z adalah generasi yang tumbuh bersama internet, fasih menggunakan gawai, dan sangat peduli isu lingkungan. Karakteristik inilah yang menjadi kunci untuk merevolusi pertanian. 

Untuk menarik minat mereka, kita tidak bisa lagi menawarkan cara bertani yang sama seperti 50 tahun lalu. Pertanian harus bertransformasi menjadi sesuatu yang modern, berbasis data, dan terintegrasi dengan teknologi digital.

Pendekatan "Beyond Cangkul" adalah jawabannya. Ini berarti mengganti pekerjaan fisik yang berat dengan pekerjaan yang membutuhkan otak dan teknologi. 

Penggunaan drone untuk pemantauan lahan, aplikasi mobile untuk analisis tanah, dan sistem irigasi otomatis jauh lebih menarik bagi Gen Z dibandingkan mencangkul di bawah terik matahari.

Pendidikan formal juga harus menyesuaikan diri. Kurikulum di sekolah kejuruan dan perguruan tinggi pertanian perlu dirombak total. 

Mereka harus mengajarkan Agri-tech, analisis Big Data pertanian, hingga Agri-Fintech (keuangan pertanian digital). Ini akan mencetak lulusan yang siap menjadi agri-preneur atau pengusaha pertanian berbasis teknologi, bukan sekadar petani tradisional.

Selain pendidikan, peran media sosial sangat besar. Gen Z belajar dan terinspirasi dari konten digital. Kampanye yang menampilkan kisah sukses petani muda, yang mengelola smart farming dari kamar ber-AC, dengan omzet menjanjikan, akan jauh lebih efektif. 

Kisah-kisah ini mengubah pandangan bahwa petani adalah profesi kelas dua, menjadi profesi yang cerdas dan menjanjikan.

Pemerintah dan lembaga swasta juga harus menyediakan wadah. Program inkubasi bisnis pertanian, akses modal ventura untuk startup agri-tech muda, dan penyediaan infrastruktur internet di pedesaan adalah langkah nyata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun