Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Paria Lokal Cicalengka: Panen Perdana 6 Kg dari Kebun Belakang, Siap Menyapa Dapur MBG!

7 Oktober 2025   17:09 Diperbarui: 7 Oktober 2025   17:09 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panen paria (pare) lokal Cicalengka dari kebun belakang rumah. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Pagi ini di kampung saya, Cicalengka, udaranya segar sekali. Bau tanah basah dan dedaunan begitu menenangkan. Ada rasa syukur yang besar menyelimuti hati, sebab hari ini adalah hari yang saya tunggu-tunggu: panen paria (pare) perdana dari kebun belakang rumah. Ini bukan kebun yang luas, hanya sebidang tanah kecil di belakang dapur, tapi hasilnya sungguh memuaskan.

Dua bulan lalu, sekitar 60 hari yang lalu, saya mulai menanam paria ini. Awalnya, tanah itu hanya ditumbuhi rumput liar. Saya berpikir, daripada dibiarkan kosong, lebih baik dimanfaatkan untuk menanam sesuatu yang bisa dimakan sendiri. Keputusan pun jatuh pada paria lokal atau yang biasa kami sebut paria kampung.

Proses menanamnya sangat sederhana, jauh dari kata modern. Saya hanya menggunakan alat-alat seadanya yang ada di rumah. Tanah dicangkul, dirapikan, dan kemudian dibuat bedengan kecil. Tidak ada perencanaan yang rumit, hanya niat tulus untuk menghasilkan sayuran segar.

Hal yang paling penting dalam proses penanaman ini adalah keputusan untuk menolak pupuk kimia. Saya ingin paria yang benar-benar alami dan sehat. Pilihan saya jatuh pada pupuk kandang. Kotoran hewan ternak dari tetangga yang sudah terfermentasi inilah yang menjadi nutrisi utama bagi tanaman saya.

Memakai pupuk kandang memang butuh kesabaran ekstra. Prosesnya lebih lambat dibanding pupuk kimia, tapi saya percaya kualitasnya jauh lebih baik. Selain menyehatkan tanaman, pupuk kandang juga menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang. Prinsipnya, kembali ke cara bertani alami warisan leluhur.

Untuk menopang pertumbuhan tanaman yang merambat, saya hanya memanfaatkan alam sekitar. Saya membuat ajir-ajir dari bambu yang dipotong dan dirangkai seadanya. Ajir bambu ini tidak hanya berfungsi sebagai tiang rambatan, tapi juga memberikan sentuhan tradisional pada kebun belakang rumah.

Perawatan harian cukup rutin menyiram dan membersihkan gulma. Saya menghabiskan waktu sore hari di kebun, memperhatikan setiap helai daun dan bakal buah yang muncul. Ada kepuasan tersendiri melihat tanaman yang dirawat sendiri bisa tumbuh subur.

Setelah penantian 60 hari, hasilnya di luar dugaan. Buah-buah paria mulai bergelantungan, besar, hijau, dan terlihat sangat segar. Momen panen ini adalah puncak dari segala kesabaran dan kerja keras selama dua bulan terakhir.

Panen dan Kualitas: Paria Fres-Fres Organik Cicalengka

Panen hari ini dimulai sejak matahari belum terlalu tinggi. Saya membawa keranjang bambu dan gunting kecil. Setiap buah paria yang matang sempurna dipotong dengan hati-hati. Rasanya seperti memetik harta karun hijau dari kebun sendiri.

Alhamdulillah, untuk ukuran kebun rumahan, hasilnya sungguh melimpah. Setelah ditimbang, total paria yang berhasil saya panen hari ini mencapai 6 kilogram. Angka 6 kg ini melebihi perkiraan awal saya, sungguh berkah dari tanah Cicalengka.

Paria yang saya panen ini memiliki karakteristik unik. Karena ditanam tanpa pupuk kimia, teksturnya terasa lebih padat dan warnanya hijau pekat alami. Kami menyebutnya Paria Fres-Fres, menggambarkan betapa segarnya buah ini langsung dari tangkainya.

Kualitas organik adalah nilai jual utamanya. Saya bisa menjamin bahwa paria ini bebas dari residu zat kimia berbahaya. Ini adalah makanan yang benar-benar bersih dan sehat, diproduksi dengan cinta kasih di halaman rumah sendiri.

Paria lokal ini punya bentuk yang khas, tidak terlalu besar seperti paria hibrida, tapi rasanya lebih otentik. Soal rasa, tantangannya adalah bagaimana mengolahnya agar tidak terlalu pahit. Semua orang tahu paria memang pahit, tapi kepahitan inilah yang menyimpan banyak manfaat.

Kandungan gizi dalam paria sangat baik, terutama untuk meningkatkan imun tubuh. Pangan lokal seperti ini adalah sumber nutrisi yang murah dan mudah didapat, asalkan kita mau meluangkan waktu untuk menanamnya.

Sebagian dari hasil panen ini tentu akan kami konsumsi sendiri. Rencananya akan dibuat oseng paria atau lodeh. Sisanya, saya punya rencana yang lebih besar, yaitu mengembangkan budidaya ini di lahan yang lebih luas di belakang rumah.

Mimpi saya adalah tidak hanya berhenti di panen rumahan. Saya ingin hasil kebun ini bisa bermanfaat bagi orang banyak, terutama untuk generasi muda di luar sana. Dari sinilah ide besar itu muncul.

Langkah Besar: Menghubungkan Paria Lokal dengan Dapur MBG

Setelah melihat hasil panen yang memuaskan dan kualitas organik yang terjamin, saya berpikir bahwa paria ini memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari program makanan bergizi. Saya melirik program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini menjadi sorotan.

Paria lokal, dengan kandungan nutrisi yang tinggi, sangat ideal untuk mendukung asupan gizi anak-anak. Masalahnya hanya satu: rasa pahit. Namun, jika diolah dengan teknik yang tepat, kepahitan itu bisa diminimalisir tanpa menghilangkan manfaatnya.

Saya bertekad, pangan lokal MBG yang berkualitas harus datang dari sumber yang terpercaya dan berkelanjutan. Kebun belakang rumah di Cicalengka ini bisa menjadi model percontohan, membuktikan bahwa makanan sehat bisa diproduksi secara mandiri di tingkat komunitas.

Rencana ke depan adalah memperluas area tanam paria di lahan belakang rumah yang masih kosong. Saya akan tetap menggunakan metode organik 100% dengan pupuk kandang. Saya ingin menciptakan suplai paria organik yang stabil dan berkelanjutan.

Langkah selanjutnya yang akan saya lakukan adalah menawarkan hasil panen dan rencana pengembangan ini kepada tim yang mengelola Dapur MBG. Saya ingin menunjukkan bahwa Cicalengka siap menyumbang paria organik berkualitas.

Kolaborasi dengan Dapur MBG ini bukan hanya soal menjual hasil panen. Ini adalah tentang menggerakkan semangat bertani organik di kampung, memanfaatkan lahan tidur, dan memastikan anak-anak mendapatkan asupan gizi terbaik dari hasil bumi lokal.

Jika paria ini bisa diterima dan diolah dengan baik oleh Dapur MBG (sehingga anak-anak tidak takut karena pahit), maka budidaya ini akan menjadi mata pencaharian tambahan yang bernilai tinggi, sekaligus kontribusi nyata pada ketahanan pangan.

Intinya, kebun paria 60 hari ini adalah bukti bahwa bertani tidak harus memiliki lahan hektaran. Dengan semangat, pupuk kandang, dan ajir bambu, kita bisa menghasilkan pangan lokal MBG yang sehat, segar, dan melimpah, dimulai dari pekarangan rumah sendiri di Cicalengka.

Kesimpulan

Panen perdana 6 kilogram paria organik dari kebun belakang rumah di Cicalengka ini adalah sebuah permulaan yang manis. Dengan metode tanam alami, hasil yang didapat tidak hanya segar dan sehat, tetapi juga membuka peluang besar untuk mendukung program nasional seperti Dapur MBG. 

Cerita paria lokal Cicalengka ini adalah inspirasi nyata tentang kemandirian pangan, kualitas organik, dan tekad untuk menyumbangkan hasil bumi terbaik bagi anak-anak bangsa, membuktikan bahwa kontribusi besar bisa dimulai dari lahan sekecil apa pun.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun