Mematahkan Stigma Finansial dengan Kekuatan Dampak
Salah satu penghalang terbesar bagi profesi guru di masa lalu adalah isu finansial. Walau kini pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraan guru, stigma gaji rendah masih membayangi.Â
Namun, generasi muda hari ini cenderung mengukur kesuksesan bukan hanya dari saldo di rekening, tetapi juga dari kekuatan dampak yang mereka ciptakan.
Tentu saja, gaji yang layak tetap penting, tetapi bagi calon guru milenial seperti mahasiswa UIN ini, nilai dari melihat seorang siswa yang awalnya kesulitan membaca menjadi lancar, atau siswa yang pemalu menjadi pemimpin, jauh lebih berharga.Â
Mereka melihat investasi waktu tiga bulan praktik lapangan di SD Plus Al Ghifari sebagai kesempatan nyata untuk mengaplikasikan ilmu, bukan sekadar menggugurkan kewajiban kuliah.Â
Mereka akan menghadapi tantangan nyata: siswa dengan latar belakang berbeda, dinamika kelas yang sulit diatur, dan tuntutan kurikulum yang terus berubah.
Di sinilah misi utama mereka diuji. Apakah mereka akan bertahan ketika idealisme bertemu dengan realitas? Para calon guru ini perlu dibekali mental baja dan kreativitas tinggi.Â
Mereka harus mampu merangkul teknologi untuk membuat pembelajaran lebih menarik, bahkan dengan sumber daya yang terbatas.
Mereka harus mampu menjadi entrepreneur di dalam kelas, menciptakan solusi inovatif tanpa harus menunggu instruksi.Â
Tugas guru hari ini adalah mendidik anak-anak yang akan hidup dan bekerja di tahun 2040 ke atas, di mana sebagian besar pekerjaan yang ada saat ini mungkin sudah tidak relevan lagi.Â
Ini menuntut cara mengajar yang fokus pada adaptabilitas, kolaborasi, dan kecerdasan emosional.