Namun, sifat masalah ini adalah sistemik. Perlu ada upaya terpadu yang melibatkan normalisasi sungai-sungai kecil, pelebaran atau perbaikan total saluran drainase primer dan sekunder, serta penegakan hukum terhadap bangunan yang berdiri di atas saluran air.Â
Jika masalah drainase ini tidak ditangani secara serius dan berkelanjutan, Bandung akan terus terperosok dalam siklus banjir musiman yang merugikan.
Milangkala ke-215 menjadi alarm keras bagi para inohong kota. Warga Bandung berhak mendapatkan kota yang aman dari bencana, termasuk cileuncang.Â
Pembangunan infrastruktur anti banjir harus menjadi mega-proyek prioritas yang didukung penuh oleh anggaran dan komitmen jangka panjang.Â
Janji untuk Bandung Bebas Cileuncang harus segera direalisasikan, karena ini menyangkut keselamatan dan kualitas hidup seluruh warga.
Kesimpulan
Milangkala ke-215 Kota Bandung adalah saat merayakan kebanggaan, namun juga saat menyadari tantangan yang besar. Nostalgia Paris van Java memang indah, tetapi realitas menuntut kita untuk menjadi kota yang lebih tangguh dan modern.Â
Pekerjaan rumah seperti menyelesaikan masalah sampah, menambah ruang hijau (mengaktualisasikan Bandung Berhiber), dan mengatasi banjir cileuncang melalui perbaikan drainase, adalah harga mati.Â
Kota ini hanya bisa melangkah maju jika Wali Kota, para Inohong, dan seluruh Warga (Bandung Ngahiji) bergerak bersama.Â
Semoga di usia yang semakin matang ini, Bandung benar-benar menemukan keindahan sejati, keindahan yang hadir dari kota yang bersih, sejuk, dan aman bagi seluruh penghuninya.Â
Selamat Hari Jadi Kota Bandung!