Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Paradoks Kelangkaan BBM di SPBU Swasta: Saat Ketersediaan Berlimpah, Rakyat Korban Pertarungan Pasar?

19 September 2025   18:25 Diperbarui: 19 September 2025   18:25 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - SPBU Swasta. | Image by Unsplash/Krish Parmar

Sejumlah hari terakhir, masyarakat di berbagai daerah dihebohkan dengan pemandangan langka: antrean panjang di SPBU Pertamina, sementara SPBU swasta seperti Shell, Vivo, BP, dan Exxon Mobil tampak sepi, bahkan beberapa di antaranya menutup operasionalnya. 

Fenomena ini memicu kebingungan dan kegelisahan. Bagaimana mungkin bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi tiba-tiba menjadi langka di tengah ketersediaan pasokan nasional yang diklaim aman? Ini adalah sebuah paradoks yang nyata. 

Ketika konsumen seharusnya punya pilihan lebih banyak, mereka justru dihadapkan pada kelangkaan yang memaksa mereka kembali ke satu sumber utama, Pertamina. Masalah ini bukan sekadar soal BBM, melainkan cerminan dari dinamika pasar yang kompleks dan dampaknya yang langsung terasa oleh rakyat kecil.

Rakyat yang sehari-hari bergantung pada kendaraan, baik untuk bekerja maupun beraktivitas, merasakan dampak langsung dari kelangkaan ini. Para pengemudi ojek online, taksi, hingga pemilik kendaraan pribadi, tiba-tiba harus meluangkan waktu lebih lama hanya untuk mengisi bensin. 

Mereka terjebak dalam dilema. Sebagian memilih untuk tetap mengantre di SPBU Pertamina, berharap mendapatkan BBM bersubsidi atau non-subsidi dengan harga terjangkau. Sebagian lagi terpaksa mencari alternatif lain yang seringkali tidak tersedia. 

Kelangkaan di SPBU swasta ini secara tidak langsung mendorong semua orang untuk berbondong-bondong ke SPBU Pertamina, menciptakan penumpukan yang tidak efisien dan merugikan waktu serta produktivitas masyarakat.

Ironisnya, di tengah kelangkaan yang nyata ini, pemerintah melalui Menteri ESDM dan pihak-pihak terkait terus meyakinkan publik bahwa stok BBM nasional dalam kondisi aman. Pertanyaan besar pun muncul: jika pasokan aman, mengapa SPBU swasta tidak memiliki pasokan? Mengapa mereka harus menutup sementara operasionalnya? 

Jawabannya tidak sederhana. Ini bukan hanya masalah teknis pasokan, tetapi lebih pada persoalan bisnis dan regulasi. Ada dugaan kuat bahwa kelangkaan ini adalah hasil dari strategi pasar atau bahkan pertarungan antar-pemain besar di industri ini. Jika demikian, rakyat lah yang menjadi korban paling utama.

Dinamika di Balik Kelangkaan: Tinjauan dari Sudut Pandang Bisnis

Kelangkaan BBM di SPBU swasta bukan terjadi begitu saja. Ada faktor-faktor bisnis yang menjadi pemicunya. Salah satu dugaan kuat yang beredar adalah masalah harga dan margin keuntungan. SPBU swasta, yang sebagian besar menjual BBM non-subsidi, memiliki skema penetapan harga yang berbeda dengan Pertamina. 

Mereka harus bersaing ketat dengan harga Pertamina, yang seringkali dibantu dengan kebijakan pemerintah. Ketika harga minyak mentah dunia berfluktuasi, margin keuntungan mereka bisa tertekan. Jika harga BBM di Pertamina tidak naik, sementara biaya operasional dan harga pasokan mereka terus melonjak, menjual BBM bisa menjadi tidak menguntungkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun