Isu pendidikan di Indonesia kembali disorot dengan kabar yang mengkhawatirkan dari Garut. Data terbaru dari Dinas Pendidikan setempat menunjukkan, ada lebih dari 25.000 anak yang melepaskan seragam sekolah (putus sekolah).Â
Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan potret nyata ribuan mimpi yang terpaksa ditunda atau bahkan diakhiri. Di balik setiap angka, ada kisah pilu anak-anak yang terpaksa memilih antara pendidikan atau bertahan hidup, antara buku pelajaran atau tuntutan ekonomi keluarga.Â
Situasi ini menjadi alarm bahaya yang nyaring berbunyi, mengancam masa depan pendidikan di Garut, dan pada akhirnya, masa depan bangsa Indonesia.
Angka yang disampaikan oleh Disdik Garut kepada anggota DPRD Garut diambil dari Kompas.com sungguh mencengangkan. Totalnya lebih dari 25.000 anak, dengan rincian yang memilukan. Ada yang melepaskan seragam karena tidak melanjutkan sekolah, ada juga yang harus putus sekolah di tengah jalan atau drop out (DO).Â
Anggota Komisi IV DPRD Garut, Putri Tantia, bahkan merinci bahwa jumlah anak yang tidak melanjutkan sekolah di jenjang SMP saja mencapai 7.755 siswa. Sementara di jenjang SD, angkanya mencapai 4.458 siswa. Ini menunjukkan bahwa masalah putus sekolah tidak hanya terjadi di jenjang yang lebih tinggi, melainkan sudah dimulai sejak usia dini.
Masalah drop out juga tidak kalah memprihatinkan. Di jenjang SD, ada 2.396 siswa yang putus sekolah. Angka ini meningkat drastis di jenjang SMP dengan 4.820 siswa, dan puncaknya di SMA dengan 5.988 siswa. Totalnya lebih dari 13.000 anak harus melepaskan seragam di tengah perjalanan pendidikan mereka.Â
Data ini bukan hanya sekadar angka, melainkan cerminan dari beragam persoalan yang begitu kompleks. Masalah ini bukan semata-mata soal ketidakmauan anak untuk belajar, tetapi sering kali merupakan akibat dari kondisi yang memaksa mereka untuk keluar dari bangku sekolah.
Situasi ini menuntut kita untuk tidak hanya terpaku pada angka, tetapi juga menggali lebih dalam penyebab-penyebabnya. Apa yang membuat ribuan anak di Garut harus melepaskan seragam mereka? Apakah ini disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, atau kurangnya dukungan dari lingkungan?Â
Jawaban atas pertanyaan ini menjadi kunci untuk menemukan solusi yang tepat dan mencegah bertambahnya jumlah anak putus sekolah di masa depan.
Menganalisis Akar Masalah: Mengapa Seragam Dilepaskan?
Angka 25.000 anak putus sekolah di Garut adalah sebuah anomali yang harus segera dipecahkan. Penyebabnya tentu tidak tunggal, melainkan sebuah jalinan kompleks dari berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang seringkali menjadi pemicu adalah kondisi ekonomi keluarga.Â