Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bukan Lagi Reuni Cari Sensasi, tetapi Cari Ketenangan Hati: Reuni Senja, Prioritas Bergeser

26 Juli 2025   16:23 Diperbarui: 26 Juli 2025   16:23 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mulyono teman seangkatan Joko Widodo saat kuliah di Fakultas Kehutanan UGM. | KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA

Esensi Reuni di Usia Senja: Mencari Damai, Bukan Pamor

Waktu terus berputar, tak terasa kita sudah memasuki fase usia senja. Rambut mulai memutih, kerutan di wajah semakin jelas, dan langkah kaki tak lagi secepat dulu. Di fase ini, prioritas hidup ikut bergeser. Jika dulu saat muda reuni sering dijadikan ajang pamer kesuksesan atau mencari sensasi, kini di usia senja, tujuan reuni sungguh berbeda. Reuni di masa tua menjadi momen untuk mencari ketenangan hati, bukan lagi mengejar pamor atau perhatian.

Kita ambil contoh Pak Joko Widodo. Ia, yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, memilih untuk hadir di reuni angkatan 1980 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta pada Sabtu (26/7/2025). Ia datang bersama istrinya, Bu Iriana, bertemu kembali dengan sahabat-sahabat lamanya semasa kuliah. Ini menunjukkan bahwa pangkat atau jabatan setinggi apa pun tak akan menghalangi keinginan untuk kembali ke akar, mencari kedamaian bersama teman-teman seperjuangan.

Di usia senja, hiruk pikuk pekerjaan dan tuntutan sosial biasanya sudah berkurang. Kita punya lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan untuk merenung. Reuni menjadi kesempatan emas untuk menurunkan ego dan melihat kembali masa lalu dengan pandangan yang lebih lapang. Tidak ada lagi kebutuhan untuk membuktikan diri, yang ada hanyalah keinginan untuk menikmati kebersamaan dan merajut kembali tali persaudaraan yang mungkin sempat kendur.

Manfaat pertama dari pergeseran prioritas ini adalah meringankan beban pikiran. Saat muda, kita sering terbebani dengan ekspektasi, baik dari diri sendiri maupun orang lain. Reuni bisa menjadi ajang untuk melepas semua beban itu. Kita bisa bercerita apa adanya, tanpa perlu memoles kisah hidup agar terlihat sempurna. Teman lama biasanya adalah pendengar yang baik, karena mereka sudah mengenal kita sejak dulu.

Kedua, reuni di usia senja mendorong penerimaan diri. Melihat teman-teman yang juga sudah menua, dengan segala kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki saat ini, membantu kita menerima diri sendiri apa adanya. Kita menyadari bahwa proses penuaan adalah hal alami yang dialami semua orang. Tidak perlu lagi cemas soal penampilan atau pencapaian, yang penting adalah kesehatan dan kebahagiaan.

Ketiga, pertemuan seperti ini memperkaya jiwa. Kisah hidup setiap teman adalah sebuah buku yang menarik. Ada yang sudah keliling dunia, ada yang fokus pada keluarga, ada pula yang berjuang melawan penyakit. Mendengarkan cerita mereka bisa membuka wawasan kita, memberi kita pelajaran hidup yang berharga. Ini bukan kompetisi, tapi sharing pengalaman yang tulus.

Jadi, reuni di usia senja bukanlah panggung untuk unjuk gigi. Ini adalah ruang aman untuk berbagi hati, menemukan kembali akar, dan menikmati kedamaian yang hanya bisa ditemukan di tengah orang-orang yang telah menjadi bagian dari sejarah hidup kita. Prioritas memang bergeser, dan itu adalah perubahan yang sangat indah.

Memori yang Menghangatkan dan Mengurai Kekakuan

Reuni di usia senja punya kekuatan unik untuk menghangatkan memori. Saat bertemu teman lama, percakapan seringkali dimulai dengan pertanyaan sederhana seperti, "Masih ingat tidak, dulu kita pernah...?" Dari satu pancingan itu, benang-benang memori yang tersimpan di sudut terdalam pikiran mulai terurai. Cerita-cerita lama muncul kembali, lengkap dengan tawa dan kadang sedikit air mata haru.

Pengalaman yang diceritakan kembali ini bukan hanya sekadar kilas balik. Ini adalah proses rekreasi emosi. Kita bisa kembali merasakan kegembiraan saat merayakan kelulusan, ketegangan saat ujian, atau keseruan saat bolos pelajaran. Setiap teman menjadi saksi dan bagian dari cerita itu, melengkapi detail yang mungkin kita lupakan. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk melatih dan menjaga ketajaman ingatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun