Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Anak Indonesia: Peduli Lingkungan Sejak Hari Pertama Sekolah, Satu Wadah Bekal Sejuta Harapan

16 Juli 2025   07:47 Diperbarui: 16 Juli 2025   07:47 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen siswa kelas 1 SMP Plus Al Ghifari makan bekal dengan wadah sendiri saat hari pertama MPLS, Selasa (15/7/2025). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Masalah kerusakan lingkungan di sekitar kita adalah tanggung jawab bersama. Bumi yang kita tinggali ini sering terluka karena ulah manusia yang membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan dampaknya. 

Namun, ada secercah harapan yang muncul dari anak-anak sekolah di negeri ini. Mereka belajar dan bergerak bersama untuk peduli pada alam. Mereka melakukan perubahan nyata, mulai dari rumah hingga sekolah.

Mereka adalah siswa-siswi baru kelas 1 di SMP Plus Al Ghifari Kota Bandung. Mereka telah mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang dimulai sejak Senin, 14 Juli 2025. Di antara hal-hal baru yang mereka pelajari, ada satu kebiasaan sederhana yang menyimpan makna besar.

Hari Pertama Masuk Sekolah menjadi momen penting. Sejak hari itu, para siswa baru ini membawa bekal makanan sendiri dari rumah. Bukan sembarang bekal, tapi bekal yang dikemas dalam wadah pakai ulang. Mereka membawa "bisting" untuk nasi dan lauk pauk, serta "kempis" untuk air minum, tanpa menggunakan sedotan plastik.

Nandang Sutiana, S.Pd.I, Kepala Sekolah SMP Plus Al Ghifari, pada Selasa, 15 Juli 2025, menjelaskan tentang kepedulian anak didiknya ini. Saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Inspeksi Pengairan No. 23, Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung, ia menyampaikan bagaimana kesadaran lingkungan ini dimulai sejak hari pertama sekolah. 

Saat jam istirahat, anak-anak dengan tenang menyantap bekal mereka masing-masing. Ini adalah bentuk nyata kepedulian mereka terhadap lingkungan.

Gerakan Kecil dengan Dampak Besar

Inisiatif membawa wadah bekal sendiri ini mungkin terlihat sederhana, namun dampaknya sangat besar. Setiap hari, jutaan kemasan makanan dan minuman sekali pakai dibuang dan menjadi sampah. 

Sampah-sampah ini membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk terurai. Dengan membawa wadah bekal sendiri, para siswa SMP Plus Al Ghifari ini mengurangi tumpukan sampah plastik yang mencemari lingkungan.

Ini adalah langkah nyata yang dimulai dari hal kecil, dari kebiasaan sehari-hari. Mereka menunjukkan bahwa perubahan positif tidak selalu harus dimulai dari aksi besar. 

Tindakan-tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten oleh banyak orang bisa menciptakan gelombang perubahan yang signifikan. Para siswa ini membuktikan bahwa peduli lingkungan bisa dimulai dari meja makan mereka sendiri.

Bayangkan jika kebiasaan ini diikuti oleh seluruh siswa di Indonesia, atau bahkan seluruh masyarakat. Jumlah sampah yang bisa dikurangi akan sangat luar biasa. 

Sungai-sungai akan lebih bersih, tanah tidak lagi tertutup sampah plastik, dan udara pun bisa menjadi lebih segar karena tidak ada pembakaran sampah yang menghasilkan polusi.

Gerakan ini juga mengajarkan kemandirian. Anak-anak belajar untuk mempersiapkan bekal mereka sendiri, atau setidaknya berpartisipasi dalam prosesnya.

Mereka belajar bertanggung jawab atas makanan dan wadah yang mereka bawa, serta dampak dari pilihan-pilihan kecil tersebut. Ini adalah pelajaran hidup yang tidak kalah penting dari pelajaran di dalam kelas.

Selain mengurangi sampah, membawa bekal sendiri juga mendorong pola makan sehat. Orang tua dapat memastikan bahwa makanan yang dibawa anak-anak adalah makanan bergizi dan bersih. 

Ini merupakan nilai tambah yang tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak.

Inisiatif ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan. Para siswa saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain untuk terus membawa bekal sendiri. 

Mereka melihat teman-teman mereka melakukan hal yang sama, sehingga semangat untuk peduli lingkungan semakin kuat dan menular. Mereka adalah bagian dari komunitas yang peduli.

Para guru di SMP Plus Al Ghifari juga berperan penting dalam mendukung gerakan ini. Mereka tidak hanya memberikan contoh, tetapi juga menjelaskan mengapa penting untuk menjaga lingkungan. 

Mereka menciptakan suasana sekolah yang mendukung kesadaran lingkungan, sehingga setiap siswa merasa termotivasi untuk berkontribusi.

Ini bukan sekadar aturan baru di sekolah, melainkan sebuah filosofi. Filosofi bahwa setiap individu, bahkan anak-anak, memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan. 

Mereka menunjukkan bahwa masa depan bumi ada di tangan mereka, dan mereka siap memikul tanggung jawab itu.

Dari Rumah ke Sekolah: Membangun Kebiasaan Baik

Proses pembentukan kebiasaan ini tentu tidak instan. Dimulai dari rumah, orang tua memiliki peran krusial dalam mempersiapkan wadah bekal dan menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan pada anak-anak. 

Orang tua mengajarkan bahwa membuang sampah sembarangan itu salah dan bahwa menggunakan kembali wadah itu penting.

Di rumah, anak-anak melihat contoh langsung dari orang tua mereka. Ketika orang tua menggunakan wadah makan pakai ulang, anak-anak akan meniru. 

Ketika orang tua memilah sampah, anak-anak akan belajar. Lingkungan rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak, tempat nilai-nilai dasar ditanamkan.

Saat Hari Pertama Masuk Sekolah dimulai, kebiasaan yang sudah ditanamkan di rumah dibawa serta. Sekolah menjadi tempat di mana kebiasaan itu diperkuat dan diperluas. 

Para siswa melihat teman-teman mereka juga membawa bekal sendiri, sehingga mereka merasa tidak sendirian. Ini menciptakan norma baru di lingkungan sekolah.

Sekolah menyediakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kebiasaan ini. Mungkin ada tempat cuci tangan yang memadai, atau tempat khusus untuk menyimpan wadah bekal. 

Pihak sekolah juga bisa memberikan apresiasi bagi siswa yang konsisten membawa bekal sendiri, untuk semakin memotivasi mereka.

Pentingnya komunikasi antara sekolah dan orang tua juga tidak bisa diremehkan. Sekolah dapat memberikan panduan kepada orang tua tentang jenis wadah bekal yang baik dan bagaimana cara membersihkannya. 

Orang tua dan sekolah bekerja sama membentuk kebiasaan yang berkelanjutan.

Ketika siswa sudah terbiasa membawa wadah bekal sendiri di sekolah, kebiasaan ini kemungkinan besar akan terbawa ke kehidupan mereka di luar sekolah. 

Mereka akan lebih sadar tentang sampah plastik saat berbelanja atau saat makan di luar. Mereka akan menjadi duta-duta lingkungan di mana pun mereka berada.

Ini adalah bentuk pendidikan karakter yang konkret. Anak-anak tidak hanya diajarkan teori tentang lingkungan, tetapi mereka juga diajak untuk langsung mempraktikkannya. 

Mereka belajar tentang dampak positif dari tindakan mereka dan merasakan langsung manfaatnya.

Membawa wadah bekal sendiri juga mengurangi ketergantungan pada produk-produk sekali pakai yang seringkali tidak sehat dan mahal. 

Ini mengajarkan siswa untuk lebih bijak dalam memilih apa yang mereka konsumsi dan bagaimana mereka mengemasnya. Ini adalah pelajaran tentang konsumsi yang bertanggung jawab.

Setiap wadah bekal yang dibawa adalah bukti nyata bahwa anak-anak ini bukan hanya sekadar belajar di sekolah, tetapi juga menjadi agen perubahan. 

Mereka menunjukkan bahwa usia muda bukanlah halangan untuk berkontribusi pada lingkungan yang lebih baik.

Secercah Harapan untuk Masa Depan Bumi

Inisiatif di SMP Plus Al Ghifari ini adalah secercah harapan yang nyata. 

Di tengah tantangan lingkungan yang semakin berat, aksi kecil dari anak-anak ini menjadi pengingat bahwa perubahan itu mungkin. Mereka menunjukkan jalan bagi generasi lainnya untuk mulai peduli.

Ini adalah bukti bahwa pendidikan bukan hanya tentang nilai akademis, tetapi juga tentang membentuk karakter dan kesadaran sosial. 

Sekolah memiliki peran besar dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakatnya.

Anak-anak ini adalah duta-duta kecil yang membawa pesan besar. Pesan bahwa Bumi ini adalah rumah kita bersama, dan kita semua memiliki peran untuk menjaganya. 

Mereka mengajarkan kita bahwa menjaga lingkungan itu mudah, asalkan ada niat dan kemauan untuk memulai.

Melihat semangat mereka, kita bisa optimis bahwa masa depan lingkungan di Indonesia akan lebih baik. 

Generasi muda yang peduli ini akan tumbuh menjadi pemimpin yang juga memprioritaskan kelestarian alam. Mereka akan membawa perubahan yang lebih besar lagi.

Aksi sederhana "Satu Wadah Bekal Sejuta Harapan" ini adalah permulaan. Ini adalah benih kebaikan yang ditanamkan sejak dini, yang diharapkan akan tumbuh menjadi pohon kesadaran lingkungan yang rindang dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

Intinya, apa yang dilakukan siswa-siswi SMP Plus Al Ghifari ini, dengan membawa wadah bekal sendiri sejak Hari Pertama Masuk Sekolah, adalah contoh nyata kepedulian terhadap lingkungan. 

Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab menjaga Bumi bukan hanya milik orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Melalui kebiasaan sederhana ini, mereka menanamkan harapan besar untuk masa depan lingkungan yang lebih bersih dan lestari.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun