Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya "Rem" Tubuh: Kenapa Olahraga Saat Imun Berulah Itu Fatal?

15 Juli 2025   07:51 Diperbarui: 15 Juli 2025   07:51 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahaya berolahraga saat kondisi kurang sehat. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Selamat pagi. Hari ini, saya ingin berbagi sebuah cerita yang sangat penting, sebuah pelajaran berharga dari pengalaman pribadi yang mungkin bisa menyelamatkan kalian dari risiko serius. 

Ini bukan hanya tentang olahraga, tapi tentang bagaimana kita mendengarkan sinyal dari tubuh kita sendiri. Judulnya adalah "Pentingnya 'Rem' Tubuh: Kenapa Olahraga Saat Imun Berulah Itu Fatal?"

Kita semua tahu olahraga itu baik. Bersepeda, lari, berenang, atau sekadar jalan kaki, semuanya bermanfaat untuk menjaga tubuh tetap bugar dan sehat. Saya sendiri punya hobi bersepeda. 

Setiap sepekan sekali, saya selalu menyempatkan diri untuk gowes bersama teman-teman. Ini rutin kami lakukan, sudah jadi jadwal tetap yang tidak boleh dilewatkan.

Namun, ada satu kejadian yang membuka mata saya lebar-lebar tentang bahaya memaksakan diri. Waktu itu, seperti biasa, kami bersepeda. Cuaca cerah dan semangat kami pun membara. 

Tapi, salah satu rekan saya, sebut saja Adi, kondisinya sedang tidak fit. Dia bilang badannya sedikit pegal dan tenggorokannya agak sakit. Kami sudah menyarankan dia untuk istirahat saja di rumah, tapi Adi menolak.

Adi bilang, "Ah, paling cuma kecapekan sedikit. Nanti pas gowes juga hilang pegalnya. Sayang kalau dilewatkan, sudah siap-siap begini." 

Dia memang sangat menyukai bersepeda, jadi wajar kalau dia tidak mau ketinggalan. Tapi, naluri saya sudah mengatakan ada yang tidak beres.

Kami pun memulai perjalanan. Awalnya semua baik-baik saja. Adi masih bisa mengikuti ritme kami. Namun, setelah beberapa kilometer, saya mulai melihat Adi tertinggal. 

Napasnya mulai terdengar berat dan gerakannya jadi kurang stabil. Saya coba mendekat dan bertanya, "Di, yakin kuat? Mending putar balik saja" Tapi dia hanya mengangguk pelan, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia baik-baik saja.

Pemandangan di depan kami mulai ramai dengan aktivitas orang-orang. Kami melewati sebuah pasar kecil di pinggir jalan. Tiba-tiba, tanpa aba-aba, sepeda Adi oleng. 

Dia kehilangan kendali, dan dalam sepersekian detik, dia menabrak seorang pejalan kaki yang sedang melintas. Suara benturan terdengar keras. Adi terlempar dari sepedanya dan langsung tak sadarkan diri di aspal.

Panik melanda kami. Kami segera menghampiri Adi dan pejalan kaki yang ditabraknya. Untungnya, pejalan kaki itu hanya mengalami luka ringan, kaget, dan beberapa lecet. 

Tapi kondisi Adi jauh lebih parah. Wajahnya pucat pasi, dan dia tidak merespons panggilan kami. Kami segera memanggil bantuan darurat.

Setelah Adi dibawa ke rumah sakit, dokter menjelaskan bahwa Adi mengalami kelelahan ekstrem dan penurunan daya tahan tubuh yang parah. 

Kondisi tubuhnya yang sedang "berulah" atau sakit ringan, ditambah dengan aktivitas fisik berat seperti bersepeda, menyebabkan tubuhnya kolaps. Ini adalah pelajaran pahit yang tidak akan pernah saya lupakan.

Memahami Sinyal Tubuh: Kapan Imun Berulah?

Pengalaman Adi mengajarkan saya betapa pentingnya mendengarkan tubuh kita sendiri. Tubuh kita itu seperti mesin yang canggih, dan dia punya sistem peringatan dini yang sangat baik. 

Ketika ada yang tidak beres, dia akan mengirimkan sinyal. Sinyal ini bisa berupa rasa pegal yang tidak biasa, tenggorokan sakit, bersin-bersin, sedikit pusing, atau bahkan hanya merasa sangat lelah meskipun sudah cukup tidur.

Itu adalah tanda-tanda bahwa sistem imun kita sedang "berulah" atau sedang bekerja keras melawan sesuatu. Mungkin ada virus yang masuk, atau tubuh sedang dalam proses pemulihan dari aktivitas sebelumnya. 

Memaksakan diri berolahraga saat kondisi imun sedang seperti ini sama saja dengan membebani mesin yang sedang rusak.

Misalnya, kalau kalian merasa demam ringan. Itu artinya tubuh sedang meningkatkan suhunya untuk melawan infeksi. 

Jika kalian berolahraga, suhu tubuh akan makin naik, dan itu bisa membahayakan organ dalam. Jantung kalian juga akan bekerja lebih keras dari biasanya, padahal sedang tidak dalam kondisi prima.

Atau ketika kalian merasa flu berat. Hidung mampet, batuk, dan badan terasa lemas. Memaksakan olahraga hanya akan memperburuk pernapasan kalian dan membuat tubuh semakin kelelahan. 

Pemulihan akan jadi lebih lama, dan kalian bisa saja terkena komplikasi lain yang lebih serius.

Sinyal lain yang sering diabaikan adalah nyeri otot yang tidak wajar atau kelelahan kronis. Banyak orang berpikir bahwa rasa sakit itu bagian dari latihan. Padahal, jika rasa sakit itu terus-menerus dan tidak hilang setelah istirahat cukup, itu bisa jadi tanda ada yang salah. 

Olahraga dalam kondisi seperti itu bisa menyebabkan cedera yang lebih parah atau memperlambat proses penyembuhan.

Intinya, tubuh kita punya batasan. Kita harus menghormati batasan itu. Jangan pernah merasa "sok kuat" atau meremehkan sinyal-sinyal kecil yang dikirimkan oleh tubuh. 

Lebih baik istirahat sebentar dan pulih sepenuhnya, daripada memaksakan diri lalu malah berakhir dengan masalah yang lebih besar, seperti yang dialami Adi.

Mendengarkan tubuh adalah bentuk tanggung jawab diri. Ini adalah bagian dari kecerdasan emosional dan fisik. 

Kita harus belajar untuk mengenali kapan tubuh kita membutuhkan istirahat, bukan malah mendorongnya hingga batas kemampuan. Ini adalah prinsip dasar untuk hidup sehat dan aman.

Kapan Harus Berhenti dan Bagaimana Memberi "Rem" pada Tubuh?

Lalu, bagaimana kita tahu kapan harus memberi "rem" pada tubuh? Aturan sederhananya adalah: jika kalian merasa tidak enak badan dari leher ke atas (seperti pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat), kalian mungkin masih bisa melakukan olahraga ringan. 

Tapi jika gejalanya sudah di bawah leher (seperti batuk berat, nyeri dada, nyeri otot seluruh tubuh, demam, mual, diare), hentikan olahraga sama sekali.

Lebih spesifik lagi, jika kalian demam, hindari olahraga berat sampai setidaknya 24 jam setelah demam mereda tanpa bantuan obat penurun panas. 

Jika kalian merasa sangat lelah, lesu, atau pusing, itu juga tanda jelas untuk tidak berolahraga. Tubuh kalian sedang membutuhkan energi untuk memulihkan diri, bukan untuk beraktivitas berat.

Memberi "rem" pada tubuh itu berarti memprioritaskan istirahat. Itu bukan berarti kalian menyerah atau malas. 

Itu justru tindakan cerdas dan bertanggung jawab. Istirahat yang cukup adalah bagian penting dari proses pemulihan dan penguatan sistem imun.

Selain istirahat total, pastikan juga asupan nutrisi kalian cukup. Makan makanan bergizi seimbang, minum air putih yang banyak, dan tidur yang berkualitas. 

Ini semua akan membantu sistem imun kalian bekerja optimal untuk melawan apapun yang sedang "berulah" di dalam tubuh.

Setelah merasa pulih sepenuhnya, mulailah berolahraga secara bertahap. Jangan langsung memaksakan diri kembali ke intensitas semula. Dengarkan lagi tubuh kalian. 

Jika ada rasa tidak nyaman, kurangi intensitasnya atau ambil istirahat lebih lanjut. Proses ini butuh kesabaran.

Ingat, olahraga yang kita lakukan tujuannya adalah untuk kesehatan dan kebugaran jangka panjang, bukan untuk pamer kekuatan atau ego. 

Kecelakaan seperti yang dialami Adi bisa dicegah jika kita mau sedikit lebih peka terhadap kondisi tubuh. Keselamatan diri adalah yang utama, dan juga keselamatan orang lain di sekitar kita.

Jadi, teman-teman sekalian, mari kita jadikan pengalaman ini sebagai pengingat. Tubuh kita adalah aset paling berharga. Dengarkanlah sinyalnya, berikan "rem" saat dibutuhkan, dan jangan pernah memaksakan diri saat imun berulah. 

Lebih baik menunda satu sesi olahraga daripada menghadapi konsekuensi fatal yang tidak kita inginkan.

Kesimpulan

Pengalaman pahit dari rekan saya menjadi pengingat penting: memaksakan olahraga saat kondisi tubuh tidak prima, atau saat imun berulah, bisa berakibat fatal. 

Mendengarkan sinyal tubuh untuk beristirahat adalah sebuah "rem" yang wajib kita tekan demi kesehatan dan keselamatan diri, serta orang lain. 

Prioritaskan pemulihan, karena tubuh yang kuat adalah modal utama untuk menjalani hidup yang produktif dan aman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun