Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Anak Mandiri Berani atau Anak Kolaboratif Tangguh: Siapkan Mereka untuk Dunia Usaha Nyata

29 Juni 2025   06:56 Diperbarui: 29 Juni 2025   06:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Market Day di SD Plus Al Ghifari: siswa belajar berwiraswasta sejak dini. Tampak siswa sedang melayani pembeli. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Indonesia, sebuah bangsa yang besar dan tangguh, dikenal sebagai bangsa pejuang yang diberkahi dengan kekayaan sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Di negeri ini, ada banyak sekali pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Beberapa orang memilih untuk menjadi pegawai, baik sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun pekerja swasta. Namun, semakin banyak pula yang memilih jalan wiraswasta, yaitu membuka lapangan pekerjaan sendiri. 

Dalam dunia wiraswasta ini, ada dua jalur utama yang bisa ditempuh yakni menjadi solopreneur yang mandiri, atau memilih jalur kolaboratif dengan bermitra.

Baik menjadi solopreneur maupun bermitra adalah dua pilar penting yang dapat menjadi benteng ekonomi keluarga yang kokoh. Keduanya menawarkan jalan menuju kemandirian finansial dan berkontribusi pada kemajuan ekonomi bangsa secara keseluruhan. 

Pilihan antara keduanya bukanlah tentang mana yang lebih baik, melainkan mana yang paling sesuai dengan karakter, visi, dan sumber daya yang dimiliki. 

Yang jelas, menanamkan jiwa kewirausahaan sejak dini adalah langkah krusial untuk menyiapkan generasi penerus yang tangguh di masa depan.

Hal ini terlihat nyata dari inisiatif yang dilakukan oleh SD Plus Al Ghifari Kota Bandung. Sekolah ini telah sukses menggelar kegiatan Market Day, sebuah program yang sangat inspiratif. 

Wakil Kepala Sekolah SD Plus Al Ghifari bidang Akademik, Meili Nurmeiliani, S.Ag., pada Sabtu, 28 Juni 2025, menjelaskan bahwa Market Day adalah bagian dari program Expo P5 yang diselenggarakan pada 16 Juni 2025. 

Dalam acara ini, anak-anak peserta didik terlibat langsung dalam praktik berdagang aneka makanan, minuman, pernak-pernik, aksesori, dan berbagai barang lainnya. 

Kegiatan ini bukan sekadar bermain-main, melainkan sebuah laboratorium nyata untuk melatih dan mengajarkan anak-anak menjadi pengusaha tangguh.

Menariknya, saat praktik berdagang, anak-anak tidak hanya dilatih menjadi solopreneur. Mereka juga menunjukkan kolaborasi antar pedagang. Misalnya, beberapa anak mungkin bekerja sama dalam satu stand, atau bahkan berbagi tips dan trik jualan antar stand yang berbeda. 

Semua ini mencerminkan betapa pentingnya saling bekerja sama dalam berbisnis, bahkan sejak usia muda. Ini adalah gambaran miniatur dunia usaha yang sesungguhnya, di mana kemandirian dan kolaborasi saling melengkapi.

Solopreneur: Membangun Kemandirian Sejak Dini

Menjadi solopreneur berarti seseorang menjalankan bisnisnya sendiri, dari awal hingga akhir. Ini memerlukan kemandirian yang luar biasa dan keberanian untuk mengambil risiko. 

Dalam konteks parenting, menyiapkan anak menjadi solopreneur berarti melatih mereka untuk menjadi individu yang memiliki inisiatif tinggi, mampu mengambil keputusan sendiri, bertanggung jawab penuh atas tindakan mereka, dan memiliki ketahanan mental untuk menghadapi kegagalan.

Bagaimana cara menanamkan jiwa solopreneur pada anak sejak dini? 

Pertama, dorong mereka untuk memiliki ide-ide sendiri. Berikan ruang bagi anak untuk berkreasi, sekecil apa pun idenya. Jangan langsung membatasi atau mengkritik. 

Kedua, ajarkan mereka untuk menyelesaikan masalah secara mandiri. Ketika anak menghadapi kendala, jangan langsung memberikan solusi. 

Bimbing mereka untuk berpikir, mencari alternatif, dan menemukan jalan keluar sendiri. 

Ini membangun ketangguhan dan keterampilan pemecahan masalah yang esensial bagi solopreneur.

Ketiga, berikan mereka tanggung jawab. Mulai dari tugas rumah tangga sederhana hingga proyek kecil yang mereka kelola sendiri. 

Misalnya, biarkan mereka merencanakan dan mengelola uang saku mereka untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan. 

Keempat, biasakan mereka menghadapi kegagalan dengan positif. Seorang solopreneur pasti akan menghadapi kegagalan. 

Ajari anak bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan akhir dari segalanya. 

Dorong mereka untuk bangkit, menganalisis apa yang salah, dan mencoba lagi dengan pendekatan yang berbeda. Ini adalah fondasi dari resiliensi seorang solopreneur.

Kelima, stimulasi kreativitas dan inovasi. Biarkan anak bebas bereksperimen dengan berbagai hal, bahkan jika itu terlihat tidak biasa. 

Dorong mereka untuk berpikir out of the box. Solopreneur sukses seringkali adalah individu yang mampu melihat peluang di tempat yang tidak terlihat oleh orang lain. 

Memberikan mereka kesempatan untuk berinovasi, meskipun hanya dalam lingkup permainan, akan sangat membantu mengembangkan pola pikir ini.

Kemitraan: Memupuk Kolaborasi dan Adaptasi

Di sisi lain, jalur kemitraan melibatkan kerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Ini membutuhkan kemampuan kolaborasi yang tinggi, komunikasi yang efektif, dan kemampuan beradaptasi dengan berbagai karakter. 

Dalam konteks parenting, menyiapkan anak menjadi individu yang mampu bermitra berarti melatih mereka untuk menjadi bagian dari sebuah tim, menghargai pendapat orang lain, berkompromi, dan berkontribusi secara positif dalam kelompok.

Bagaimana cara menanamkan jiwa kolaboratif pada anak sejak dini? 

Pertama, libatkan mereka dalam aktivitas kelompok. Ini bisa berupa permainan tim, proyek sekolah yang melibatkan kolaborasi, atau bahkan tugas rumah tangga yang dikerjakan bersama anggota keluarga. 

Kedua, ajarkan mereka pentingnya berbagi dan berkompromi. Dalam kemitraan, tidak semua keinginan bisa terpenuhi. 

Anak perlu belajar bahwa terkadang mereka harus mengalah demi kebaikan bersama, atau menemukan titik tengah yang menguntungkan semua pihak.

Ketiga, latih keterampilan komunikasi mereka. Kemitraan yang efektif sangat bergantung pada komunikasi yang jelas dan terbuka. 

Ajari anak untuk mengungkapkan ide-ide mereka dengan lugas, mendengarkan orang lain dengan saksama, dan memberikan umpan balik yang konstruktif. 

Keempat, dorong empati dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam tim, setiap individu memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. 

Anak perlu memahami dan menghargai perbedaan ini, serta belajar bagaimana memanfaatkan kekuatan satu sama lain.

Kelima, berikan mereka pengalaman memecahkan masalah bersama. Ketika ada konflik atau tantangan dalam kelompok, bimbing anak untuk bekerja sama dengan anggota tim lain untuk mencari solusi. 

Ini melatih mereka untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menemukan solusi yang menguntungkan seluruh pihak. 

Kemampuan untuk bernegosiasi dan mencapai konsensus adalah keterampilan kunci dalam kemitraan.

Keduanya Adalah Pilihan Terbaik

Penting untuk dipahami bahwa Solopreneur dan Kemitraan bukanlah dua konsep yang saling bertentangan, melainkan dua sisi dari koin yang sama dalam dunia kewirausahaan. 

Bahkan seorang solopreneur pun pada akhirnya akan membutuhkan kolaborasi, setidaknya dengan klien, pemasok, atau bahkan freelancer yang membantunya. 

Demikian pula, seorang mitra yang sukses harus memiliki kemandirian dan inisiatif pribadi yang kuat agar bisa memberikan kontribusi maksimal dalam tim.

Oleh karena itu, tugas kita sebagai orang tua dan pendidik adalah menyiapkan anak-anak kita dengan bekal kedua kemampuan ini. 

Kita tidak perlu memilih mana yang lebih baik, karena keduanya bisa menjadi pilihan terbaik, tergantung pada situasi dan kondisi yang mereka hadapi di masa depan. Yang terpenting adalah menanamkan fondasi yang kuat, yaitu jiwa wirausaha.

Memberikan anak kesempatan untuk merasakan langsung pengalaman berdagang seperti di Market Day SD Plus Al Ghifari adalah langkah yang sangat tepat. 

Di sana, mereka belajar kemandirian saat menyiapkan dan menjual dagangan mereka sendiri. Mereka juga belajar kolaborasi saat berinteraksi dengan teman-teman pedagang lain, pelanggan, dan bahkan mengatur stand bersama. 

Ini adalah pendidikan yang holistik, menyiapkan mereka tidak hanya untuk dunia sekolah, tetapi juga untuk dunia usaha nyata yang penuh dinamika.

Pada akhirnya, tujuan kita adalah membesarkan generasi yang tidak hanya pandai secara akademis, tetapi juga berani berinisiatif, tangguh menghadapi tantangan, mampu bekerja sama, dan adaptif terhadap perubahan. 

Anak-anak yang memiliki kombinasi jiwa solopreneur dan keterampilan kolaborasi akan menjadi aset berharga bagi diri mereka sendiri, keluarga, dan tentu saja, bagi kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Mari kita siapkan mereka sebaik mungkin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun