Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Asoy Parut Singkong: Dari Kreasi Rumahan, Kekuatan Ekonomi Keluarga Bermula

17 Juni 2025   15:54 Diperbarui: 17 Juni 2025   15:57 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suhada dan Eli, pasangan suami istri yang tinggal di Desa Margaasih, ujung kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, sehari-hari bekerja sebagai petani. Penghasilan mereka dari bertani seringkali tidak bisa ditebak. Terkadang cukup, terkadang kurang, semua tergantung pada hasil panen dan harga pasar. Untuk menambah pemasukan dan memastikan dapur tetap ngebul, mereka memulai usaha sampingan. Usaha ini fokus pada pembuatan camilan tradisional.

Sudah bertahun-tahun Suhada dan Eli membuat kicimpring. Kicimpring ini sejenis kerupuk khas Bandung yang terbuat dari singkong. Selain kicimpring, mereka juga membuat camilan kampung lainnya. Ada keripik singkong, keripik pisang, dan keripik talas. Semua produk ini dibuat dengan modal yang sangat terbatas, memanfaatkan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar desa. Usaha ini memang tidak langsung mengubah hidup mereka, tapi setidaknya membantu memenuhi kebutuhan dasar.

Selasa, 17 Juni 2025, kami mengunjungi rumah Suhada dan Eli. Ada sesuatu yang baru di usaha mereka. Pasangan ini baru saja menciptakan produk olahan singkong yang berbeda. Bahan dasarnya sama-sama singkong, tapi bentuk dan tampilannya tidak seperti kicimpring atau keripik yang sudah ada. Produk baru ini mereka namakan Asoy Parut Singkong.

Asoy Parut Singkong, sesuai namanya, terbuat dari parutan singkong. Meski bahan utamanya sama dengan kicimpring, Asoy Parut Singkong punya bentuk yang sangat unik. Bentuknya panjang-panjang dan tipis, jauh berbeda dari bentuk bulat atau kotak kicimpring. Bentuk yang tidak biasa ini menjadikan Asoy Parut Singkong lebih menarik perhatian pembeli.

Tidak hanya bentuknya yang unik, Asoy Parut Singkong juga punya warna-warni yang cerah. Suhada dan Eli menambahkan pewarna makanan yang aman ke dalam adonannya. Ada warna merah, hijau, dan kuning. Kombinasi warna ini membuat Asoy Parut Singkong terlihat lebih menggoda dan menarik, terutama bagi anak-anak. Rasanya sendiri asin dan gurih, sangat pas untuk camilan sehari-hari.

Proses pembuatan Asoy Parut Singkong dimulai dengan memarut singkong hingga halus. Parutan singkong ini kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu sederhana dan pewarna makanan sesuai keinginan. Setelah adonan tercampur rata, barulah dibentuk menjadi lembaran panjang dan tipis. Proses ini membutuhkan ketelatenan agar bentuknya seragam.

Setelah dibentuk, lembaran Asoy Parut Singkong dijemur di bawah sinar matahari. Penjemuran ini penting untuk mengurangi kadar air, membuat teksturnya renyah saat digoreng, dan tentu saja agar produk bisa disimpan lebih lama. Terik matahari menjadi alat bantu alami yang sangat efisien bagi mereka.

Setelah kering sempurna, Asoy Parut Singkong siap digoreng. Ketika digoreng, Asoy Parut Singkong akan mengembang dan mengeluarkan aroma gurih yang harum. Proses penggorengan juga harus hati-hati agar tidak gosong dan renyahnya pas. Setelah dingin, Asoy Parut Singkong dikemas ke dalam plastik bening.

Setiap bungkus Asoy Parut Singkong yang sudah dikemas dijual seharga Rp5.000. Harga ini dianggap terjangkau oleh banyak kalangan, sehingga produk ini cepat laku. Pemasaran awalnya hanya mengandalkan jaringan kecil mereka.

Suhada dan Eli biasanya mengirim sebagian Asoy Parut Singkong ke pasar Cicalengka. Namun, seiring waktu, permintaan terus meningkat. Banyak pembeli yang tidak lagi menunggu di pasar, melainkan langsung datang ke rumah mereka di Desa Margaasih untuk mengambil pasokan. Dari mulut ke mulut, kabar tentang keunikan dan kelezatan Asoy Parut Singkong menyebar luas.

Permintaan yang begitu besar kadang membuat Suhada dan Eli kewalahan. Mereka harus bekerja lebih keras dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk memproduksi Asoy Parut Singkong. Bahkan, anak-anak mereka kadang ikut membantu setelah pulang sekolah, meringankan pekerjaan orang tua. Ini menunjukkan bahwa produk rumahan sederhana bisa punya daya tarik pasar yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun