Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Loker Tanpa Sekat: Merebut Peluang Lewat Otak, Bukan Angka Usia atau Tampang

28 Mei 2025   06:55 Diperbarui: 28 Mei 2025   06:55 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Event job fair yang diselenggarakan Pemkab Bekasi di Convention Center Presiden University, Cikarang Utara, Selasa (27/5/2025). | Istimewa/Kompas.com

Pernahkah merasa seperti pintu kesempatan kerja tertutup hanya karena tanggal lahir di KTP atau bentuk wajah di foto? Di dunia yang katanya modern ini, masih banyak dari kita yang menghadapi tembok tak terlihat saat mencari pekerjaan. 

Tembok itu bernama batasan usia kerja dan kriteria "good looking" atau penampilan menarik. Seolah-olah, pengalaman bertahun-tahun atau otak yang cerdas kalah penting dibanding angka di paspor atau senyuman yang sempurna. 

Ini adalah kenyataan pahit bagi banyak pencari kerja, dan sudah saatnya kita membahasnya terang-terangan.

Coba bayangkan, seorang profesional dengan jam terbang tinggi, yang sudah makan asam garam di bidangnya. Dia punya segudang pengalaman, jaringan luas, dan tahu betul bagaimana menghadapi berbagai masalah di pekerjaan. 

Tapi, begitu melamar pekerjaan, dia malah berhadapan dengan kalimat klise di lowongan: "Usia maksimal 30 tahun." Langsung saja semangatnya runtuh. Padahal, kebijaksanaan dan stabilitas yang dia miliki bisa jadi sangat dibutuhkan oleh perusahaan. 

Namun, hanya karena usia, kemampuannya langsung dikesampingkan. Ini bukan cerita baru, ini adalah realitas yang sering terjadi.

Di sisi lain, ada juga cerita tentang orang-orang yang sangat pintar dan berbakat. Mereka punya ide-ide brilian, kemampuan analisis yang tajam, dan bisa bekerja dengan sangat baik. 

Tapi, mungkin penampilan mereka tidak masuk dalam kategori "good looking" seperti yang diidamkan beberapa perusahaan. 

Rambut berantakan, kulit tidak mulus, atau gaya berpakaian yang dianggap kurang modis, bisa jadi alasan mereka tidak lolos seleksi awal. Seakan-akan, kerja itu ajang adu penampilan, bukan adu kemampuan. Padahal, yang dibutuhkan perusahaan itu kinerja, bukan model majalah.

Situasi seperti ini tentu saja menimbulkan pertanyaan besar, apa sebenarnya yang dicari perusahaan saat merekrut karyawan? Apakah mereka benar-benar mencari orang yang bisa memberikan kontribusi terbaik, atau sekadar memenuhi daftar kriteria yang tidak relevan dengan pekerjaan itu sendiri? 

Jika fokusnya hanya pada usia muda dan penampilan menarik, maka banyak talenta hebat yang akan terbuang sia-sia. Ini kerugian besar, bukan hanya bagi individu, tapi juga bagi kemajuan perusahaan dan bahkan ekonomi secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun