Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Anak Sekolah, Sampah, dan Konservasi Kura-Kura: Misi Penyelamatan dari Sumbernya

27 Mei 2025   18:33 Diperbarui: 27 Mei 2025   18:33 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 23 Mei, dunia merayakan Hari Penyu dan Kura-kura Sedunia. Perayaan ini dimulai sejak tahun 2000 oleh American Tortoise Rescue. Tujuannya sederhana tapi penting yakni untuk menarik perhatian semua orang di dunia agar lebih peduli pada kura-kura dan penyu. 

Di samping itu, hari itu juga mendorong kita untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan spesies-spesies ini yang sekarang banyak terancam punah. Perayaan ini dilakukan di mana-mana dengan berbagai cara, mulai dari kegiatan sosial, belajar tentang kehidupan kura-kura dan penyu, sampai membuat kerajinan tangan berbentuk kura-kura dan penyu.

Di Kota Bandung, Jawa Barat tepatnya di SMA Plus Al Ghifari, Hari Penyu dan Kura-kura Sedunia punya arti khusus. Pada Jumat, 23 Mei 2025, siswa-siswi sekolah ini tidak hanya merayakan, tapi langsung beraksi. Mereka mengadakan kegiatan bersih-bersih lingkungan sekolah dan area sekitar Sungai Cinambo. 

Acara itu sengaja digabungkan dengan program rutin sekolah, yaitu Jumat Bersih. Ini adalah cara yang bagus untuk menunjukkan bahwa kepedulian pada lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil dan rutin yang ada di sekitar kita.

Kegiatan membersihkan sampah ini sangat penting. Kenapa? Karena sampah-sampah yang kita buang sembarangan, apalagi yang ada di dekat sungai, bisa terbawa air. Sungai-sungai itu pada akhirnya mengalir ke laut. 

Di laut, ada banyak penyu. Di darat, ada kura-kura. Sampah ini bisa jadi masalah besar untuk mereka. Bahkan, sampah bisa membunuh kura-kura dan penyu. Ini adalah ancaman nyata yang harus kita hadapi bersama.

Penyu dan kura-kura itu sebenarnya makhluk yang luar biasa. Mereka sudah ada di bumi sejak zaman dinosaurus. Cangkang mereka yang keras itu seperti rumah sekaligus benteng pertahanan. 

Gerakan mereka yang lambat bukan berarti tidak penting. Justru, di balik kelambatan itu, ada filosofi kesabaran dan ketahanan yang luar biasa. Tapi sekarang, mereka menghadapi musuh yang sangat berbahaya yaitu sampah.

Sampah, khususnya sampah plastik, adalah masalah besar. Plastik itu sulit terurai. Kalau dibuang ke lingkungan, dia akan bertahan sangat lama, ratusan bahkan ribuan tahun. 

Bida dibayangkan, botol minum plastik yang kita pakai sebentar saja, bisa terus ada di bumi jauh setelah kita tidak ada. Nah, sampah-sampah inilah yang seringkali berakhir di sungai lalu ke laut, tempat tinggal penyu.

Ketika sampah plastik sampai ke laut, penyu bisa mengira kantong plastik sebagai ubur-ubur, makanan favorit mereka. Begitu dimakan, plastik itu akan menyumbat saluran pencernaan penyu. Mereka jadi tidak bisa makan lagi, akhirnya kelaparan, dan bisa mati. 

Lalu, banyak juga penyu yang terjerat jaring ikan bekas, tali, atau cincin plastik yang mengambang di laut. Lilitan ini bisa melukai tubuh penyu, membuat mereka tidak bisa bergerak, berenang, atau mencari makan, sampai akhirnya mati lemas.

Tidak hanya penyu laut, kura-kura darat juga terancam oleh sampah. Tumpukan sampah di darat bisa merusak habitat alami mereka. Kura-kura jadi sulit mencari makan atau tempat berlindung. Bayangkan saja, rumah mereka jadi kotor dan penuh barang berbahaya. 

Bahkan, di pantai-pantai tempat penyu bertelur, tumpukan sampah bisa menghalangi induk penyu untuk naik ke darat dan bertelur. Kalaupun telur menetas, anakan penyu yang baru lahir akan kesulitan berjalan menuju laut karena terhalang sampah.

Ini semua menunjukkan bahwa masalah sampah itu tidak hanya soal kebersihan. Ini adalah masalah kehidupan, masalah keberlangsungan makhluk hidup lain di bumi. Kura-kura dan penyu punya peran sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Terutama penyu laut. 

Mereka membantu menjaga kesehatan terumbu karang. Terumbu karang itu seperti kota bawah laut, tempat tinggal dan mencari makan bagi ribuan jenis ikan dan makhluk laut lainnya. Kalau terumbu karang rusak, seluruh ekosistem laut bisa terganggu.

Jadi, kalau penyu dan kura-kura punah karena sampah, bukan hanya mereka yang hilang. Akan ada dampak besar pada seluruh rantai kehidupan di laut, bahkan di darat. 

Ini berarti, kalau kita peduli pada lingkungan laut, pada terumbu karang, dan pada kehidupan di bumi, kita harus peduli pada penyu dan kura-kura. Dan cara paling langsung untuk peduli pada mereka adalah dengan mengelola sampah kita.

Di sinilah peran anak-anak sekolah jadi sangat penting. Mereka bukan hanya generasi yang akan mewarisi bumi ini, tapi juga generasi yang bisa membuat perubahan sekarang. 

Dengan belajar tentang masalah sampah dan hubungannya dengan kura-kura, mereka bisa jadi agen perubahan. Anak-anak bisa mulai dari diri sendiri, lalu menyebarkan kesadaran ini ke teman-teman, keluarga, bahkan masyarakat.

Bagaimana caranya? Pertama, pendidikan. Guru-guru di sekolah bisa menjelaskan dengan jelas bagaimana sampah itu berbahaya. Bukan hanya sekadar "jangan buang sampah sembarangan", tapi "sampahmu bisa membunuh penyu". 

Mereka bisa menunjukkan gambar-gambar, video, atau bahkan cerita tentang penyu yang terluka karena sampah. Ini akan membuat anak-anak lebih mengerti dan peduli.

Kedua, aksi nyata di sekolah. Sekolah bisa jadi contoh yang baik. Misalnya, dengan mendorong siswa untuk tidak lagi memakai botol minum sekali pakai. Ganti dengan botol minum isi ulang. 

Bawa bekal makanan dari rumah pakai kotak makan, daripada beli jajan dengan kemasan plastik. Kalau semua siswa melakukan ini, sampah plastik di sekolah bisa berkurang drastis.

Ketiga, pemilahan dan daur ulang. Di sekolah, perlu ada tempat sampah yang jelas untuk memilah sampah organik dan anorganik. Anak-anak harus diajari cara memilahnya sejak dini. 

Mungkin bisa juga ada "bank sampah sekolah" di mana siswa bisa mengumpulkan sampah daur ulang dan hasilnya bisa dipakai untuk mendukung kegiatan sekolah atau bahkan disumbangkan ke lembaga konservasi penyu. Ini mengajarkan mereka tentang tanggung jawab dan nilai ekonomi dari sampah.

Keempat, kampanye dan penyebaran kesadaran. Anak-anak sekolah bisa jadi duta lingkungan cilik. Mereka bisa membuat poster-poster kreatif tentang bahaya sampah bagi penyu, menulis slogan-slogan yang menarik, atau membuat video pendek. 

Ini bisa dipamerkan di mading sekolah, di media sosial, atau bahkan dipresentasikan di depan kelas lain atau orang tua.

Kelima, kegiatan bersih-bersih. Seperti yang dilakukan siswa SMA Plus Al Ghifari, kegiatan bersih-bersih lingkungan itu sangat efektif. Bukan hanya membersihkan tempat, tapi juga membangun kesadaran bersama. 

Ketika anak-anak ikut langsung membersihkan sampah di sekitar sungai atau pantai (jika ada), mereka akan melihat sendiri betapa banyaknya sampah dan bahayanya. Pengalaman ini akan menanamkan rasa tanggung jawab yang lebih dalam.

Dengan semua cara ini, sekolah bisa menjadi pusat penting dalam upaya konservasi. Anak-anak tidak hanya belajar teori di kelas, tapi juga merasakan langsung dampaknya dan ikut serta dalam solusinya. 

Mereka akan tumbuh menjadi generasi yang lebih peduli pada lingkungan, lebih bertanggung jawab pada sampah yang mereka hasilkan, dan lebih sadar akan pentingnya menjaga keseimbangan alam.

Ini adalah misi penyelamatan yang dimulai dari sumbernya: sampah. Dan yang paling penting, misi ini dimulai dari bangku sekolah, di mana pikiran-pikiran muda dibentuk dan hati-hati yang peduli ditumbuhkan. 

Melalui pendidikan dan aksi nyata tentang pengelolaan sampah, kita memberi harapan besar bagi kelangsungan hidup kura-kura dan penyu, sekaligus menjaga kesehatan bumi untuk masa depan kita semua.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun