Di tengah ramainya Resital Nasional Angklung 2025 yang digelar di ISBI Bandung pada Sabtu, 10 Mei 2025, seorang siswa kelas 4C SD Plus Al Ghifari Kota Bandung bernama Dilfa Muhammad Qinthari Sapdi tampil memukau. Dilfa, yang lahir di Bandung pada tanggal 20 September 2014, menunjukkan kebolehannya dalam memainkan Piano Angklung Akustik, atau yang akrab disapa PIANIK.
Penampilan Dilfa terasa istimewa karena ia didampingi oleh sang kakek tercinta, Dr. H. Gunawan Undang, M.Si. Kehadiran kakeknya bukan hanya sebagai pendamping, tetapi juga sebagai sosok penting dalam dunia angklung Indonesia. Dr. H. Gunawan Undang sendiri merupakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Penggiat Angklung Indonesia (DPP PPAI), organisasi yang menjadi penyelenggara acara resital tersebut.
Dilfa, yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Dadi Sapdi dan Rikma Pramanik Sundari, tampak percaya diri di atas panggung. Dengan jari-jari kecilnya, ia dengan lincah memainkan nada-nada yang dihasilkan oleh PIANIK. Alat musik unik ini menggabungkan keindahan suara angklung dengan kemudahan memainkan piano.
Resital Nasional Angklung 2025 menjadi wadah bagi para penggiat dan pecinta angklung dari berbagai penjuru Indonesia untuk berkumpul dan menunjukkan keahlian mereka. Acara ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Penggiat Angklung Indonesia (PPAI) sebagai upaya untuk terus melestarikan dan mengembangkan seni musik tradisional angklung di era modern.
Penampilan Dilfa menjadi salah satu sorotan dalam acara tersebut. Di usianya yang masih muda, ia telah menunjukkan kecintaan dan bakat yang luar biasa terhadap angklung. Keberaniannya tampil di hadapan banyak orang, didampingi oleh kakek yang juga merupakan tokoh penting dalam dunia angklung, memberikan kesan yang mendalam bagi para penonton.
PIANIK yang dimainkan Dilfa menjadi simbol perpaduan antara warisan budaya dan sentuhan teknologi. Alat musik ini memungkinkan generasi muda seperti Dilfa untuk lebih mudah mengakses dan memainkan angklung, sebuah instrumen tradisional yang kaya akan nilai sejarah dan budaya.
Kehadiran Dr. H. Gunawan Undang di sisi Dilfa juga menjadi representasi dari pewarisan ilmu dan kecintaan terhadap angklung dari generasi ke generasi. Dukungan keluarga, terutama dari seorang tokoh angklung seperti kakeknya, tentu menjadi motivasi tersendiri bagi Dilfa untuk terus mengembangkan bakatnya.
Resital ini membuktikan bahwa angklung tetap relevan dan menarik bagi generasi muda di era digital ini. Dengan adanya inovasi seperti PIANIK, angklung tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga terus berkembang dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Penampilan Dilfa bukan hanya sekadar pertunjukan musik, tetapi juga sebuah pesan tentang pentingnya melestarikan warisan budaya di tengah arus modernisasi. Semangatnya dalam memainkan PIANIK menunjukkan bahwa kecintaan terhadap tradisi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk yang menarik dan inovatif.
Para penonton yang hadir di ISBI Bandung memberikan apresiasi yang meriah atas penampilan Dilfa. Tepuk tangan dan sorak sorai menjadi bukti kekaguman mereka terhadap bakat muda ini. Keberhasilan Dilfa dalam memainkan PIANIK juga menjadi inspirasi bagi anak-anak lain untuk turut mencintai dan mempelajari angklung.
Resital Nasional Angklung 2025 menjadi momentum penting bagi perkembangan angklung di Indonesia. Acara ini tidak hanya menampilkan keindahan musik angklung, tetapi juga menjadi ajang silaturahmi dan bertukar ide bagi para penggiatnya. Semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap angklung terasa begitu kuat dalam acara ini.