- Masalah Double-Spending: Blockchain menyelesaikan ini dengan mencatat semua transaksi dalam buku besar yang tidak dapat diubah, seperti dijelaskan di Wikipedia.
- Serangan 51%: Dalam teori, penyerang yang mengendalikan lebih dari 51% daya komputasi jaringan dapat mengontrol blockchain.Â
   Namun, ini hampir tidak mungkin untuk jaringan besar seperti Bitcoin (~640 exahashes/second) dan Ethereum (>33.8 juta ETH di-stake), menurut Investopedia.
Masa Depan Blockchain
   Blockchain terus berkembang, dengan fokus pada skalabilitas (seperti solusi layer-2), efisiensi energi (dengan adopsi PoS), dan integrasi dengan teknologi lain seperti AI dan IoT. Menurut Stanford Online, aplikasi blockchain mulai merambah ke pelacakan data, mata uang nasional, dan token non-fungible (NFTs), menunjukkan potensi besar di berbagai industri.
Kesimpulan
Blockchain adalah teknologi yang mengubah cara kita bertransaksi dan menyimpan data, dengan potensi untuk merevolusi banyak sektor. Dengan memahami cara kerjanya, kita dapat lebih menghargai inovasi ini dan potensi yang ditawarkannya untuk masa depan yang lebih transparan dan aman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI