Mohon tunggu...
Julius Deliawan A.P
Julius Deliawan A.P Mohon Tunggu... https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dentuman Billiard Sosial : Ketika Pemilik Kepentingan Kehabisan Jalan

30 Agustus 2025   14:28 Diperbarui: 30 Agustus 2025   17:02 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi buatan AI

Saya tidak percaya ada satu "dalang" yang bisa memainkan setiap fenomena politik atau sosial layaknya wayang di tangan seorang dalang. Itu narasi yang terlalu simplistik, bahkan cenderung konspiratif. Yang saya percaya adalah ada pemodal, ada pemilik kepentingan, entitas yang hidup dari akumulasi kuasa dan akses. Mereka inilah yang, dalam kebuntuan, kerap menciptakan benturan.

Analoginya sederhana: permainan bilyar. Saat tidak ada bola yang bisa langsung dimasukkan, pemain berpengalaman akan menghantam keras bola putih agar yang lain berhamburan. Dari kekacauan itu, peluang-peluang baru terbuka. Apa yang di meja bilyar adalah taktik permainan; dalam masyarakat, ia berubah menjadi tragedi. Dan sekarang, kita sedang menyaksikan dentuman itu.

Dentuman Jakarta: Dari Jalanan ke Gedung Parlemen

Beberapa jam terakhir, Indonesia terguncang oleh protes yang merebak menjadi kerusuhan di berbagai kota besar: Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, Yogyakarta, hingga Medan. Pemicunya jelas---kematian tragis Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online berusia 21 tahun yang tertabrak kendaraan taktis Brimob dalam aksi protes di Jakarta. Ia adalah korban nyata dari benturan antara rakyat kecil dan instrumen kekuasaan.

Namun apakah kematian Affan semata yang menyulut amarah ini? Saya kira tidak. Tragedi itu hanyalah korek api yang menyentuh tumpukan jerami: ketidakadilan struktural. Saat publik mengetahui bahwa anggota DPR menikmati tunjangan rumah Rp50 juta per bulan di tengah krisis ekonomi, kemarahan menemukan momentumnya.

Kerusuhan pun meledak. Di Makassar, gedung DPRD dibakar, menewaskan tiga orang yang terjebak di dalamnya. Di Jakarta, halte-halte TransJakarta dilalap api, MRT harus membatasi operasional. Polisi menembakkan gas air mata, massa melempar batu dan molotov. Rangkaian ini bukan sekadar "protes," melainkan ledakan sosial.

Logika "Billiard Sosial" dalam Politik Indonesia

Bagi saya, yang terjadi ini tidak bisa dilepaskan dari pola lama: ketika ruang kompromi dan saluran aspirasi tersumbat, benturan diciptakan.

  • Pemilik kepentingan politik akan menggunakan konflik sebagai alat tawar. Instabilitas bisa dipakai untuk menekan lawan, menguji kesetiaan, bahkan membuka jalur distribusi kuasa baru.

  • Pemilik kepentingan ekonomi akan menghitung ulang posisi mereka: siapa yang rugi, siapa yang harus disokong, dan bagaimana kekacauan bisa melahirkan regulasi baru yang menguntungkan.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
    Lihat Vox Pop Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun