Mohon tunggu...
JUBAEDAH HARYANI
JUBAEDAH HARYANI Mohon Tunggu... Blogger dan Penulis

Penulis eksploratif, inovatif, dan terbuka untuk ide-ide baru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jadi Dewasa Itu Mahal: Tagihan, Tanggung Jawab, dan Kesepian

17 April 2025   18:31 Diperbarui: 17 April 2025   18:31 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi seorang perempuan yang sedang termenung (Freepik/jet-po)

Menjadi dewasa sering kali digambarkan sebagai momen penuh kebebasan. Tak ada lagi jam malam, bisa menentukan arah hidup sendiri, dan bebas melakukan apa pun. 

Namun, di balik semua kebebasan itu, ada harga yang harus dibayar, baik secara materi maupun emosional.

1. Tagihan tak pernah libur

Saat masih kecil, kita mengira uang bulanan orang tua itu tak pernah habis. 

Kenyataannya, dewasa berarti harus menghadapi kenyataan bahwa setiap bulan akan ada sederet tagihan yang menunggu. 

Mulai dari listrik, air, sewa kos atau kontrakan, cicilan motor atau KPR, kuota internet, BPJS, hingga iuran kebersihan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, rata-rata pengeluaran per kapita di Indonesia untuk kebutuhan pokok per bulan mencapai Rp2,2 juta. 

Angka tersebut belum mencakup kebutuhan darurat, gaya hidup, maupun alokasi dana tabungan.

2. Tanggung jawab yang menumpuk

Menjadi dewasa juga berarti harus siap memikul berbagai tanggung jawab, baik terhadap pekerjaan, keluarga, maupun diri sendiri.

Kita tidak bisa lagi bersembunyi di balik alasan masih belajar, karena kini dituntut untuk menjadi pribadi yang produktif, stabil, dan dapat diandalkan.

Tak sedikit generasi muda yang harus menjadi penopang ekonomi keluarga. 

Survei DataIndonesia.id mencatat, 46,3% Gen Z di Indonesia termasuk generasi sandwich, dan 73,38% di antaranya merasa bersalah apabila tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga.

Ini merupakan tanggung jawab besar yang tidak semua orang siap menghadapinya, tetapi tetap dijalani karena memang tak ada pilihan lain.

3. Kesepian yang tak terhindarkan

Salah satu hal yang jarang dibicarakan dalam proses menjadi dewasa adalah perasaan kesepian.

Ketika sebagian besar waktu terfokus pada pekerjaan dan tanggung jawab, ruang untuk bersosialisasi semakin sempit. 

Teman-teman lama mulai sibuk dengan urusan masing-masing, dan komunikasi pun perlahan berkurang.

Tekanan sosial juga turut menambah beban, melalui sederet pertanyaan seperti, “Kapan menikah?”, “Sudah punya rumah?”, atau “Kerja di mana sekarang?”. 

Pertanyaan-pertanyaan ini sering kali membuat seseorang merasa tertinggal, meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin.

Hampir satu dari empat orang di seluruh dunia merasa sangat kesepian, menurut survei terbaru Meta-Gallup yang dilakukan di lebih dari 140 negara dan mencakup sekitar 77% populasi orang dewasa di dunia.

Data ini menunjukkan bahwa kesepian adalah tantangan global yang kerap muncul seiring dengan tekanan hidup dan tanggung jawab di usia dewasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun