Mohon tunggu...
Juannico AlQodir
Juannico AlQodir Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Anak Mulai Menarik Diri: Peran BK dalam Mengatasi Masalah Sosial Anak SD

14 April 2025   02:25 Diperbarui: 14 April 2025   00:55 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di usia sekolah dasar, anak-anak berada dalam tahap penting perkembangan sosial. Mereka belajar berinteraksi, berteman, dan memahami dinamika hubungan sosial. Namun, tidak semua anak mampu menyesuaikan diri dengan mudah. Beberapa mulai menunjukkan tanda-tanda menarik diri, enggan bergaul, bahkan menghindari aktivitas kelompok. Di sinilah peran guru BK menjadi sangat krusial.

Mengenali Tanda-Tanda Awal

Anak yang pendiam belum tentu pemalu. Tapi jika anak mulai enggan bicara, sering menyendiri, atau terlihat cemas saat harus berinteraksi dengan teman, bisa jadi itu tanda adanya masalah sosial. Guru BK perlu jeli membaca sinyal-sinyal ini.

Melalui observasi dan kerja sama dengan guru kelas, guru BK bisa mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan beradaptasi. Apakah mereka sedang mengalami tekanan emosional? Korban bullying? Atau sedang menghadapi masalah di rumah yang memengaruhi perilaku di sekolah?

Pendekatan Konseling yang Empatik

Guru BK memberikan ruang aman bagi siswa untuk bercerita. Konseling individual menjadi cara efektif untuk membantu anak mengenali perasaannya, mengungkapkan keresahan, dan mencari solusi. Pendekatan yang digunakan harus ramah anak—menggunakan cerita, gambar, atau permainan, agar siswa merasa nyaman.

Dari proses ini, guru BK bisa memberikan arahan yang tidak menghakimi, serta strategi sosial yang sederhana namun efektif: bagaimana menyapa teman, cara bergabung dalam kelompok, dan melatih keberanian berkomunikasi.

Membangun Lingkungan Sekolah yang Inklusif

Selain pendekatan individual, guru BK juga berperan menciptakan iklim sekolah yang ramah dan inklusif. Kegiatan kelas seperti bermain peran, diskusi kelompok, hingga program teman sebaya bisa menjadi sarana membangun kepercayaan diri siswa yang semula tertutup.

Dengan dukungan guru kelas dan teman-teman, siswa yang semula menarik diri mulai terbuka, tersenyum, dan perlahan-lahan merasa diterima.

Penutup: Anak Butuh Didengar, Bukan Dihakimi

Ketika anak mulai menarik diri, itu bukan sekadar fase biasa. Bisa jadi, itu adalah teriakan dalam diam yang butuh dijawab dengan kasih sayang dan perhatian. Di sinilah guru BK hadir—bukan untuk mengubah kepribadian anak, tapi untuk mendampingi mereka menemukan versi terbaik dirinya.

Mari kita bantu anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan siap bersosialisasi. Karena setiap anak berhak merasa diterima dan dicintai di lingkungan sekolahnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun