Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mayoritas Kandidat Dinasti Politik Menang Pilkada, Jadi Kita Mau Berbuat Apa?

5 Agustus 2020   08:00 Diperbarui: 5 Agustus 2020   08:18 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: CNN Indonesia/Safir Makki

Pembicaraan mengenai dinasti politik belum habis. Kali ini kita bicarakan bagaimana pendapat seorang peneliti mengatakan mayoritas kandidat dinasti politik menang dalam pilkada.

Peneliti politik dinasti jebolan Northwestern University, Amerika Serikat, Yoes Kenawas menyebut lebih dari separuh kandidat terkait dinasti politik di Indonesia memenangkan pemilihan pilkada sejak 2015.

"Dinasti politik hasil pilkada 2015 sampai 2018, ada 202  individu atau total upaya membentuk dinasti politik. Di mana 117 menang, sedangkan 85 lainnya kalah," kata Yoes dalam diskusi virtual "Pilkada Antara Dinasti dengan Kotak Kosong" yang digelar Perludem, dilansir dari CNN Indonesia, 4/8/2020.

Jadi kita mau berbuat apa?

Pertanyaannya, kalau mayoritas kandidat dinasti politik menang pilkada, jadi kita mau berbuat apa?.

Sekarang, ibarat istilah "Nasi sudah menjadi bubur". Maksudnya, para kandidat sudah diusung partai politik pendukung dan tinggal mendaftarkan di KPU, kita mau berbuat apa lagi mencegahnya?.

Kita juga tak bisa melarang orang lain untuk tidak ikut pilkada karena ayahanda, ibu, paman dan lainnya masih menjabat sebagai kepala daerah, maupun Presiden.

Kalau dilarang, maka bisa jadi dikategorikan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) atau hak politik seseorang. Kalau tidak dilarang maka dikategorikan dinasti politik.

Sebab itu, kepada rakyat kita berikan semua nasib kandidat dinasti politik itu, apakah rakyat akan memilih dan mendukung atau tidak. Rakyat jalan satu-satunya juga untuk menghentikan dinasti politik.

Hal lain, partai politik juga berhak menghentikan praktik dinasti politik. Kalau tidak dihentikan, kita pun tidak bisa berbuat banyak.

Nah, dengan demikian, kandidat seperti Bobby, Gibran, Rahayu Saraswati dan Siti Nur Azizah sudah kuat didukung maju dalam pilkada.

Kita tinggal menunggu saja, bagaimana respon masyarakat mendengar dinasti politik ini. Mereka anti dinasti politik atau tidak. Kita lihat nanti di bulan Desember.

Bisa jadi, survei dari peneliti tadi terpatahkan andai kandidat dinasti politik kalah dan bisa jadi survei itu menjadi benar dan kita terima fakta yang ada.

Jika tidak suka dinasti politik, ya kita kritik atau kritisi saja dengan baik dan santun. Kita awasi kinerjanya jika terpilih nanti. Jangan sampai ada praktik-praktik korupsi dinasti politik terjadi.

Kita harus jadi pengkritik sehat dan pengawas yang baik bagi kepala daerah agar dinasti politik tidak menimbulkan perspektif negatif di negeri ini.

Apapun yang terjadi saat ini, kita terima saja karena kita tak bisa berbuat banyak untuk menggagalkan upaya dinasti politik tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun