Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Rocky: Djoko Tjandra Sebetulnya "Bully" Joko Widodo, Benarkah?

24 Juli 2020   10:58 Diperbarui: 24 Juli 2020   11:05 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: CNN Indonesia/Safir Makki

Sosok Rocky Gerung yang merupakan seorang filsuf, pengamat politik dan juga peneliti Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) salah satu pengkritik Jokowi yang setia.

Baru-baru ini, beliau mengeluarkan kata-kata yang begitu mengejutkan terkait Djoko Tjandra yang sampai sekarang belum juga ditangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan vonis 2 tahun penjara.

Kata Rocky begini, "Jadi, Djoko Tjandra membully Joko Widodo, sebetulnya. Dua Joko yang punya persoalan sekarang dalam politik ini. Jadi kita musti tagih konsistensi dari Joko yang lain, bukan sekedar Djoko Tjandra," imbuhnya dilansir dari CNN Indonesia.com, 23/7/2020.

Pernyataan itu terkait Djoko Tjandra yang belum juga ditemukan atau ditangkap, sekaligus saat Rocky membaca Asia week yang disebutnya memasang judul "How to Rob a Bank And Getaway In Indonesia, (Bagaimana Cara Merampok Bank di Indonesia Lalu Melarikan Diri).

Benarkah?

Pertanyaannya sekarang, benarkah Rocky Gerung "membully" seorang Joko Widodo sesuai pernyataannya tersebut?.

Tidak tepat sebenarnya atau tidak benar kalau "membully" Jokowi. Paling tepat adalah menguji seorang Jokowi agar bisa membantu proses kedatangan Djoko Tjandra ke Indonesia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Seorang Rocky memakai diksi yang sangat dramatis dan sedikit lebay sebenarnya. Seakan-akan Presiden Jokowi yang salah dari semua perbuatan Djoko Tjandra. Padahal, kasus ini terjadi sekitar tahun 2003 lalu dan disidangkan juga tahun tersebut.

Kita tahu bahwa seorang Jokowi bukan Presiden pada tahun tersebut. Presiden Jokowi baru memerintah di Indonesia tahun 2014 sampai 2024 mendatang. Karena itu, pernyataan Rocky tidak tepat.

Seharusnya Rocky mendorong Jokowi agar bisa memulangkan buron Djoko Tjandra ke Indonesia agar pemerintahan beliau dianggap berhasil menegakkan hukum dan ikut serta memberantas korupsi di Indonesia.

Jadi, kalau Djoko Tjandra berhasil ditangkap maka yang harum adalah pemerintahan Jokowi. Pemerintahan sebelumnya berarti tidak sebagus pemerintahan Jokowi sekarang ini dalam proses penegakan hukum khusus kasus Djoko Tjandra.

Sebab itu, Presiden Jokowi bukan "dibully" Djoko Tjandra tapi sedang diuji dan ingin dilihat ketegasannya. Ujian itu yang harus dijawab oleh Presiden Jokowi agar Djoko Tjandra tidak semena-mena dengan hukum di Indonesia.

Kita juga sudah tahu bahwa Djoko Tjandra ada di Malaysia maka sebaiknya lakukan pendekatan politik antar pemimpin negara agar Djoko Tjandra dapat dikembalikan ke Indonesia atau ekstradisi.

Keberhasilan memulangkan Djoko Tjandra dan menjalani masa pidananya akan sedikit "membungkam" oknum yang meragukan seorang pemerintahan Jokowi.

Pemerintahan akan semakin dipercaya. Proses penegakan hukum juga berjalan dengan baik dan akan diikuti oleh pemerintahan di masa akan datang. Itulah yang kita inginkan sekarang ini sebagai negara hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun