Sosok Nadiem Makarim sebagai Mendikbud tak habis-habisnya menjadi perbincangan, karena sosoknya yang merupakan pengusaha di bidang jasa transportasi ditunjuk menjadi Mendikbud. Memang sangat fenomenal.
Kemarin, Pak Nadiem dikunjungi oleh organisasi guru untuk mendiskusikan segala apa yang menjadi kendala mereka demi perbaikan Pendidikan kedepan.Â
Kali ini Nadiem Makarim diundang di hadapan Komisi X DPR RI saat rapat kerja di kompleks Senayan (6/11)
Dilansir dari mediaindonesia.com, 8/11/2019, gagasan cerdas Nadiem mengatakan kehadiran teknologi hanya sebatas untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas sebagai sarana pemerataan mutu pendidikan.Â
Hal itu karena anggapan masyarakat bahwa dibawah kepemimpinan beliau akan mengutamakan aspek teknologi.Â
Sebagai pendukung
Bagi saya, pernyataan Nadiem itu sangat cerdas, mengapa? Benar kata beliau bahwa teknologi sebagai sarana pendukung. Saya mencermati bahwa teknologi itu tidak bisa didewakan, dimuliakan dan dijadikan alat satu-satunya bagi proses pemerataan mutu pendidikan.
Teknologi tidak bisa dijadikan alat utama dalam proses mencerdaskan kehidupan rakyat. Kita sering mendengar bahwa banyak negara yang sudah memakai teknologi seperti robot dalam proses pekerjaan dan banyak hal.Â
Akan tetapi, Indonesia jangan mengharapkan itu. Kita harus berdikari. Teknologi bukan dinomorsatukan, jadi setiap pekerjaan harus mengharapkan teknologi.
Yang terpenting itu manusianya yang dibina dan dididik untuk bisa menggunakan teknologi sebagai pembantu, bukan segala-galanya. Sumber daya manusia harus lebih cerdas, lebih berkualitas dan lebih bekerja keras dari teknologi.
Andaipun kita menggunakan teknologi, itu hanya pembantu dalam kondisi sulit.
Beredar isu-isu waktu lalu bahwa di masa kepemimpinan Pak Nadiem diharapkan bisa diluncurkan aplikasi belajar bagi para siswa seperti Ruang Guru. Tentu itu tak masalah, asalkan tetap proses pendidikan di sekolah bersama guru itu yang utama.
Didikan di sekolah dan di rumah mampu membina karakter anak menjadi manusia yang berguna bagi Nusa dan bangsa sedangkan teknologi tidak bisa membina karakter anak.
Sebab itulah, saya sepakat dengan pernyataan dari Pak Nadiem terkait teknologi sebagai pendukung dalam proses pemerataan mutu pendidikan.
Tugas Pak Nadiem adalah memberikan gebrakan bagaimana agar siswa-siswi itu mampu menjadi tonggak kemajuan bangsa, inovatif dan kreatif. Bagaimana diperkuat pendidikan di sekolah dengan pendidikan karakter dan pendidikan mengenai pemakaian teknologi sekarang dengan seimbang.
Selanjutnya, bagaimana agar para guru juga semangat bekerja dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku serta menjamin kesejahteraan mereka.
Sekali lagi, teknologi hanya sarana pendukung saja. Tetapi tetap untuk membentuk SDM yang berkualitas, bermoral dan berdaya saing diutamakan dari manusianya sendiri.
Mari kita dukung Pak Nadiem Makarim yang saat ini sedang banyak mendengar dan akan melakukan eksekusinya nanti setelah selesai mendengar keluhan guru dan masyarakat di seratus hari kepemimpinannya.