Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Nikah Jenis Transaksional

20 Juni 2019   09:38 Diperbarui: 20 Juni 2019   09:44 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Cinta tanpa pengorbanan dalam pernikahan akan menjadi sinetron. Meski kelihatan indah, namun sinetron cinta tidak akan tahan lama."

Waktu masih sendirian, ingin punya pacar. Baru punya pacar, susah untuk dipisahkan. Inginnya lengket terus. Di sisi lain ada yang tidak pakai pacaran langsung tancap gas ke pernikahan. Jenis manakah yang kita alami?  

Ada 4 jenis alasan seseorang terikat dalam ikatan pernikahan yang resmi, yaitu bisa menikah karena terpaksa, dipaksa, transaksional dan cinta. Semua ada ceritanya masing-masing.

Terpaksa
Kenapa koq dikatakan terpaksa? Karena kalau mau disuruh memilih sesungguhnya belum siap atau belum mau menikah. Seperti sepasang anak muda lagi pacaran, lalu kebablasan hingga hamil dan dilanjutkan dengan pernikahan. Padahal di antara mereka belum tentu terbangun cinta.

Atau akibat pacaran yang digerebek, lalu dinikahkan. Dan yang paling sering terjadi dikarenakan rasa kasihan. Ini bukan karena mencintai, tetapi karena iba dengan alasan tetentu. Akibatnya demi pasangannya supaya bisa bahagia atau tujuan tertentu, maka terpaksa mau menikahi atau dinikahi.

Dipaksa
Bicara pernikahan yang dipaksa teringat akan kisah novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli. Pernikahan ini terjadi dalam sebuah tekanan yang kalau tidak dilakukan akan membahayakan pihak yang lain. Akhirnya suka atau tidak suka dan cinta atau tidak cinta harus tetap menikah.

Hal ini pernah terjadi pada seseorang yang memiliki orangtua yang telah sakit-sakitan bahkan dikatakan parah, namun anaknya lebih suka men-jomblo dulu. Kemudian oleh orang-orang yang ada di sekitar gadis itu memaksanya untuk menikah dengan seseorang yang telah disediakan oleh keluarga besarnya. Akhirnya menikah pula.

Transaksional
Ini kayak dunia perdagangan aja yach ... . Apa benar ada? Sejarah mencatat pernikahan transaksional ini terjadi. Apalagi zaman peperangan antar kerajaan. Demi untuk perdamaian, maka kerajaan yang kalah akan mempersembahkan permaisuri atau anaknya untuk dipersembahkan kepada kerajaan yang menang. Ingat kisah 700 istri dan 300 gundik King Solomon yang hidup sekitar 3000 tahun yang lalu?

Gimana dengan sekarang? Tetap ada, tetapi tidak se-vulgar zaman dulu. Demi menyelamatkan aset perusahaan, maka anaknya dinikahkan dengan seseorang konglomerat. Politikus bisa memanfaatkan anaknya untuk dinikahkan demi mengamankan kedudukannya. Atau sang politikus itu menikahi seseorang, demi untuk mengejar jabatan tertentu. Ini pun terjadi untuk para agen rahasia lintas negara (spy), bisa menikahi penduduk setempat.

Ada lagi seorang ibu muda yang baru sehari menikah, lalu mengajukan perceraian. Lalu ada yang bertanya, "Ngapain nikah?" Intinya lebih baik disebut janda, daripada perawan yang tidak laku.

Cinta
Manusia butuh untuk dicintai dan mencintai. Meski telah memiliki orangtua yang mencintai dan dicintai, seakan belum sempurna, kalau tidak memiliki pasangan pribadi yang mencintai dan dicintai.

Pernikahan yang didasari dengan cinta inilah yang paling sering didengar untuk saat ini daripada ketiga jenis sebelumnya. Namun demikian, apakah pernikahan yang berbekal dengan cinta ini, pasti akan membuat pernikahannya pasti langgeng?

Apa pun yang terjadi dalam pernikahan, nasi telah jadi bubur. Tidak perlu disesali dengan apa yang telah terjadi. Sekarang tinggal, bagaimana bubur tadi enak untuk dinikmati? Kan ..., bisa jadi bubur ayam, ikan atau daging. Sesuai selera masing-masing.

Pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral. Disatukan melalui janji dengan menghadirkan dan di hadapan para saksi, yaitu: Sang Pencipta, hamba-Nya, pasangan mempelai, orangtua, keluarga, handai taulan dan bisa jadi masyarakat luas (jika seorang yang nge-top).

Kedua mempelai telah bersaksi dan berjanji akan sehidup semati dengan pasangannya di hadapan banyak saksi. Kalau gagal mengarungi mahligai pernikahan ini, maka telah mengingkari janjinya dan membohongi para saksi tadi.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun