Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Super 30", Impian Para Remaja Miskin untuk Masuk Kampus Elit di India

20 Juli 2021   15:14 Diperbarui: 24 Juli 2021   13:58 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak yang bisa dibilang tidak memiliki masa depan selain mengikuti pekerjaan orangtuanya sebagai buruh kasar. Anak-anak yang bahkan mereka sendiri kadang berpikir apakah mereka mampu melakukan hal itu nantinya.

Hal ini terlihat kala Lallan Singh datang ke rumah mereka (jadi rumah itu semacam rumah singgah dimana di dalamnya juga untuk tempat tinggal 30 siswa dan juga tempat mereka belajar) dan memberikan kata-kata yang cenderung menghancurkan mental dan kepercayaan diri mereka bahwa mereka akan gagal untuk bisa lolos ke IIT dan harus menerima nasib mereka sebagai orang dari keluarga miskin. 

Anand harus berusaha keras memotivasi bahwa mereka bisa keluar dari garis kemiskinan itu dan bisa masuk ke IIT, mereka tidak boleh takut dengan tekanan dan intimidasi dari Lallan Singh.

Kemudian saya suka di bagian dimana Anand meminta mereka untuk tampil di depan AOC pada saat perayaan Holi dengan hanya berbicara bahasa Inggris sebagai suatu bentuk hukuman karena mereka kalah dalam kompetisi melawan siswa AOC. 

Awalnya sih mendapatkan penolakan dan mendapatkan ejekan, tapi ya show must go on, dan akhirnya malah kembali lagi pake bahasa Hindi. 

Dari situ saya mendapatkan pelajaran bahwa ok lah kalau kita harus menguasai bahasa Inggris. Apalagi ini konteksnya India di mana bahasa Inggris sepertinya hal mutlak diperlukan dalam pendidikan, tapi pada satu titik saya mendapatkan pelajaran bahwa pada akhirnya kau harus bangga dengan identitas bahasamu sendiri dan tidak harus memaksakan diri untuk 100% perfect dalam bahasa Inggris.

Anand mampu mengajari materi dengan sangat baik, di mana pelajaran dipahami bukan sekadar di dalam kelas tapi bagaimana diterapkan atau ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Bukankah ini juga yang menjadi masalah di sistem pendidikan kita? Banyak siswa dan orangtua yang bertanya, apa sih gunanya belajar ilmu ABCD kalau itu tidak relevan dengan apa yang kita temukan sehari-hari? 

Makanya, saya kalau mengajar materi sosial, selalu saya kaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang mudah mereka temukan agar mereka bisa memahami materi dengan baik. Bukan menghubungkan suatu materi dengan hal-hal yang tidak mereka temukan di dunia nyata. Rasanya susah.

Hal yang bikin saya makjleb adalah saat sang Menteri mengatakan kepada Lallan bahwa dia menciptakan Lallan sebagai bagian dari mafia pendidikan. Kalau orang bisa mendapatkan sesuatu yang berkualitas dan gratis, untuk apa harus membayar mahal? Saya berpikir dalam, bukankah ini juga terjadi dengan kita? 

Banyak orangtua yang berlomba-lomba memasukkan anaknya ke berbagai tempat kursus dengan harapan anaknya bisa masuk ke sekolah favorit, masuk PTN ternama, atau kalau zaman dulu supaya nilai Ujian Nasional mereka bisa sangat baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun