Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... Guru - mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wisata Terapi Pengobatan Gara-gara Saraf Kejepit (HNP)

9 Januari 2021   01:00 Diperbarui: 9 Januari 2021   01:43 4945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Postingan ini saya buat untuk berbagi rasa sakit akibat terkena penyakit saraf kejepit alias HNP.Postingan yang panjang, padahal sudah saya peras agar lebih ringkas lho, hehehe. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Saya mulai merasakan masalah dengan tulang belakang saya pada bulan Juli 2017. Saya mengira itu hanya sakit pinggang saja, mungkin kurang minum atau salah gerak. kebetulan waktu itu saya sedang suka sukanya bermain badminton, dalam seminggu bisa sampai 4-5 kali. bulan Juli Agustus saya ke faskes 1 , oleh dokter ya dikira hanya sakit pinggang biasa, maka selama sebulan saya bolak balik ke faskes 1 , selama 4 kali . selama itu saya masih melakukan badminton secar rutin dengan durasi yang sering lebih dari dua kali seminggu. Tiap nyeri datang (karena obat sudah hilang efek) maka tinggal minum obat pereda nyeriplus banyak air minum. Ya, saya mengira pinggang sakit karena kurangnya minum air putih.

Selama sebulan saya ke faskes I, karena saya tidak mengalami perbaikan maka di rujuk ke tingkat berikutnya yaitu ke dokter saraf di RS Bedah Surabaya. Saya dua kali ke RS bedah, selama dua minggu, namun sepertinya tidak ada perubahan, malah semakin menjadi. Jika sebelumnya hanya bagian pinggang, lama kelamaan menjalar ke bagian pantat dan sendi betis. Puncaknya pada hari sabtu (saya lupa tanggalnya) saya badminton. Sebelum badminton, saya minum obat pereda nyeri dulu, dan memang selama badminton gak sakit ,cuma terasa kaku bagian belakang (low back pain) dimana ini saya tahu kalau seandainya saya tidak minum obat pereda nyeri pasti sakit banget bagian yang kaku tadi.

Malamnya saya tidak bisa tidur nyenyak karena mulai merasakan sakit yang tidak seperti biasanya, sakit yang teramat sangat. Minggu pagi saya tidak bisa bangun dari tidur karena merasakan sakit yang luar biasa, untuk tidur saya tidak mampu, untuk berdiri saya tidak mampu, untuk melakukan aktivitas apapun saya tidak mampu. Saya hanya bisa berbaring saja. Obat pereda nyeri yang saya minum tidak mempan sama sekali. Hari senin, saya langsung ke RS Bedah karena saya tidak mampu lagi untuk bekerja (saya seorang guru) , saat itu juga saya langsung dilakukan MRI. Perlu diketahui, saya dari kost menuju ke RS dengan menahan sakit yang amat sangat. Saya menyeret kaki saya dan memaksa diri saya berjalan menuju ke poli saraf. Saat dilakukan MRI pun saya sangat tersiksa karena seluruh kaki saya sangat sakit. Suster suster di bagian itu bisa melihat bagaimana ekspresi saya yang menahan sakit dan hampir meneteskan air mata karena benar benar sangat kesakitan, tidak mampu berbuat apapun sementara saya sendirian di Surabaya.

Pemeriksaan itu tanggal 18 September, dan saya mengambil hasilnya beberapa hari kemudian namun jadwal untuk bertemu dokter sarafnya seminggu berikutnya karena dokternya tidak selalu ada tiap hari, hanya hari hari tertentu saja. Seminggu setelah itu saya bertemu dengan dokter saraf , dan beliau tidak menjelaskan apapun, hanya langsung merujuk saya untuk bertemu dengan dokter ahli saraf beberapa hari kemudian.

Akhir bulan September saya bertemu dengan dokter ahli saraf di RS Bedah Surabaya (saya lupa namanya) dan beliau langsung menjelaskan bla bla bla yang intinya cincin di tulang belakang saya pecah sehingga cairannya keluar dan menekan saraf. Solusinya hanyalah operasi, tidak dengan jalan yang lain. Fisioterapi menurut dokter tersebut tidak berguna. Jika setuju operasi maka dokter akan membuat rujukan untuk operasi di RSAL Surabaya. Saya menunda dulu.oh ya, dokter tidak menjelaskan secara detail masalahnya ada di bagian mana dari ruas tulang belakang itu, tapi saya mengartikan sendiri  dari dokumen hasil MRI kalau ada masalah di bagian L5S1 (kadang saya menyesal mengapa dokter tersebut tidak memberikan informasi secara detail mengenai masalah ini, cuma garis besar dan langsung vonis operasi, titik)


Perlu diketahui antara bulan Agustus September saya sudah diberitahu teman saya guru olahraga agar banyak renang. Saya pikir itu sudah saya lakukan karena saya sebelumnya memang rutin seminggu sekali renang sekitar 45 menit, Cuma tidak ada efeknya.

Begitu divonis operasi saya jujur kalut, karena saya baca baca tingkat keberhasilan operasi tidak tinggi, ada bekas yang pulihnya tidak akan sama seperti sebelumnya. Apalagi posisi saya di Surabaya sendirian, tidak ada sanak saudara. Sementara kalau mau operasi di Solo (asal saya) harus pindah faskes dulu. Belum lagi waktu pemulihan yang tidak sebentar menurut saya waktu itu (saya menggunakan jasa BPJS). Intinya situasi memaksa saya untuk tidak melakukan operasi.

Sya langsung mendapat rekomendasi dari teman saya untuk melakukan sport massage yang sering menangani atlit atlit cedera. Para ahli pijat ini sebenarnya adalah para guru guru olahraga yang juga melakukan pekerjaan part time sebagai terapis. Saya kesana selama dua minggu namun akhirnya saya hentikan karena selain biayanya mahal juga waktu lama (proses penyembuhan dengan cara seperti ini tidak bisa instan).

Selama saya pijat di sport message ini saya kembali di beritahu bahwa saya harus banyak renang dengan gaya bebas dan punggung untuk memulihkan tulang saya, karena percuma kalau sekedar mengandalkan terapi pijat. Proses pemulihan juga harus ada usaha dari saya sendiri. Selesai terapi sport massage memang lebih enakan, tapi ini hanya berlangsung sebentar, karena esok paginya akan kembali sakit parah seperti semula. Akhirnya saya beralih ke terapi akupuntur di daerahKrembangan. Saya terapi tujuh kali tiap 2/3 hari sekali. Selama saya terapi akupuntur itu, terapisnya kembali menganjurkan selain akupuntur harus banyak berenang dengan gaya bebas dan punggung agar tulang belakang menjadi lebih lurus. Menurut saya, terapi akupuntur ini juga tidak ada perubahan.

Saya sejak bulan September banyak banyak browsing di internet tentang apa itu HNP (Hernia Nukleus Pulposus), penyebabnya, bagaimana menyembuhkannya, dan lain sebagainya. Waktu longgar banyak saya pakai untuk membaca berbagai artikel tentang HNP. Salah satu artikel membahas kesembuhan seseorang melalui pengobatan alternative di Sidoarjo. Saya pun segera kesana untuk melakukan pengobatan dan saya memilih di hari Sabtu. Antriannya cukup banyak, terapinya gak sampai 15 menit, tapi keesokan harinya saya tidak juga membaik seperti testimony orang yang saya baca di internet. Bukan berarti itu bohongan lho, tapi saya percaya, kesembuhan orang beda beda, kalau si A cocok dengan cara itu, belum tentu si B cocok dengan cara yang sama alias semuanya itu cocok cocokan.

Saya sudah berenang tapi durasinya hanya seminggu sekali dan juga tidak lama. Karena tidak ada perubahan, saya direkomendasikan ke Kediri ke pengobatan alternative di Kediri (namanya lupa, tapi terkenal, dulunya pemijat untuk atlet atlet sepakbola, beliau juga memiliki tempat pemancingan). Selesai diterapi (gak sampai 5 menit, ) memang lebih enakan, tapi sehari kemudian rasa sakit itu berangsur angsur muncul. Dan Saya putuskan untuk kembali lagi ke Kediri untuk melakukan pengobatan (saya dari Surabaya ke Kediri naik sepeda motor lho, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa hahaha). Oleh bapak terapi itu, beliau juga mengatakan hal yang sama, bahwa saya harus banyak berenang. Saya menambah frekuensi berenang saya tidak hanya seminggu sekali tapi dua kali kalau saya sempat. saya dua kali ke Kediri dengan waktu selisih 2 minggunan, dan selalu hanya sembuh sebentar saja. Akhirnya saya berpindah ke teman saya di Tulungagung (beliau juga seorang pemijat) tapi situasinya sama, hanya enakan sesudah dipijat saja.

Di bulan oktober 2017 , durasi renang saya tambah 2 kali seminggu tapi sepertinya tidak ada perubahan. Setiap renang baik sewaktu renang maupun sesudah renang, saya merasakan sakit yang luar biasa sewaktu renang. Saya abaikan factor itu, kalaupun makin parah, memang harus operasi ya sudah operasi. Saya mulai banyak mencari informasi tentang operasi HNP seperti apa dan risikonya bagaimana. Saya mulai melihat banyak gerakan /stretching untuk HNP di youtube.

Latihan peregangan yang saya dapat dari youtube itu mulai saya praktikkan. Katanya sih kalau dilakukan rutin tiga hari empat hari bakal sembuh tapi saya melakukan itu lebih dari dua minggu tidak ada perubahan. Saya banyak mengkoleksi video video youtube untuk menyembuhkan HNP, baik dari dalam maupun luar negeri. Pola gerakannya sama tapi ya rasanya seperti buang-buang waktu saja. Selama bulan September dan Oktober saya benar benar ketergantungan dengan obat pereda nyeri (nama obatnya ada kata diklofenak gitu, tapi murah banget sih, maklum pake BPJS jadi yang diberikan dulu waktu di faskes ya obat yang murah,  terus akhirnya saya beli sendiri deh tanpa resep dokter hehehe) pada puncak sakit sakit, saya pernah minum obat Diklofenak sehari sampai 4 kali. Padahal di resep sebelumnya, obat pereda nyeri itu hanya boleh diminum  maks 3 kali  dalam sehari, itu juga atas rekomendasi dokter. Itu pun tidak banyak membantu.

Selama bulan September Oktober saya mulai banyak bolos kerja atau terlambat. Setiap pagi merupakan siksaan terbesar bagi saya karena begitu bangun sudah tidak bisa berdiri, yang ada hanya rasa sakit saja. Saya minum obat pereda nyeri (diklofenak) minum jam 6 pagi, maka rasa sakit baru akan hilang sesudah jam 8 atau 9 pagi sehingga sering terlambat karena saya nunggu sakitnya reda dulu.

Saya mulai focus pada video terapi Kang Abay, dan juga terapi BMCA (anda bisa cari di youtube) . Saya mencari tahu tentang pengobatan BMCA di Surabaya, dan bulan Oktober/Nopember saya putuskan untuk ke pengobatan BMCA di Surabaya. Saya terapi seminggu sekali selama 2 minggu saja. Saya merasa tidak ada perkembangan berarti (selain juga factor biaya sih hehehehe ujung-ujungnya semua berkaitan dengan biaya dan uang tabungan yang terkuras ) maka saya beralih ke pengobatan tradisional lain rekomendasi dari ibu kost saya . Saya dua kali di tempat tersebut yang berada di Royal Plasa. Tapi saya hanya tiga kali saja pijat di tempat tersebut dalam waktu dua minggu karena factor biaya juga (sekali pijat 200 ribu bos, duit darimana hahaha)

Selama saya browsing browsing internet, saya membaca artikel yang menyatakan orang yang terkena HNP memang harus siap siap tamasya wisata kesehatan. Mulai dari nyoba terapi ABCD , hal yang akhirnya saya lakukan. Total kalau pengobatan tradisional maka saya sudah melakukan 7 tempat yang berbeda untuk penyembuhan hehehe. Tapi dari semua artikel yang saya baca disitu , saya ambil kesimpulan bahwa penyembuhan HNP adalah mustahil kalau Cuma mengandalkan dari orang lain (pemijat) tanpa keterlibatan kita, maka dalam artikel tersebut selalu disarankan kita juga proaktif untuk sembuh dengan melakukan latihan latihan peregangan sendiri. Akhirnya saya putuskan untuk tidak nyoba nyoba lagi pengobatan alternative (yah, saya capek dengan berbagai pengobatan tradisional dan besarnya biaya yang harus saya keluarkan).

Saya ulang nonton video terapi Kang Abay maupun BMCA dan saya selalu praktikkan setiap saat. Menurut Kang Abay (saya melakukan chat japri di media sosialnya) dalam sebulan saja rutin melakukan latihan maka akan ada perubahan. Oh iya, semua terapi tradisional yang saya lakukan itu selalu merekomendasikan bahwa operasi merupakan pilihan paling akhir kalau memang harus dilakukan karena tingkat kegagalan yang tinggi (bukan berarti dokter tidak bagus lo, hanya saja mungkin memang belum diijinkan sembuh saja melalui jalan medis).

Saya melakukan excercise sebanyak mungkin dalam satu hari, terutama pas lagi sakit sakitnya . Obat diklofenak mulai saya kurangi. Kalau sakitnya pas lagi parah banget baru saya minum, tapi kalau sakitnya masih bisa di tahan dan tidak sedang dalam pekerjaan berat maka tidak saya minum karena saya kuatir dengan organ dalam saya mengingat saya tiap hari minum obat diklofenak ini. Meminum obat diklofenak ini bisa merusak ginjal/hati dalam jangka panjang makanya tidak boleh terlalu sering minum obat ini.

Saya juga sering curi waktu di siang hari keluar kantor untuk berenang (saya berenang di KODAM Surabaya, habis murah sih Cuma 17 ribu saja di kolam renang lama). Dan durasi renang saya tambah lagi menjadi 3 kali seminggu dan karena itu pas sakit sakitnya saya renang dengan durasi hampir dua jam, saya selalu pakai 30 menit pertama untuk jalan maju mundur , menyamping dengan ketinggian air kolam  seleher hingga menutupi mulut (ketinggian air jangan sampai terlalu rendah karena tujuannya agar seluruh tulang belakang ada di dalam air). Awalnya sih hanya 15 menit (anda bisa cari di youtube, saya dapatkan di youtube juga untuk latihan jalan ini) tapi makin lama saya tambah durasinya hingga 45 menit hanya untuk jalan jalan saja di dalam air, kemudian baru saya pakai untuk renang gaya bebas dan punggung minimal 45 menit.

Penjaga kolam renang (apa ya istilahnya?) karena sering melihat saya renang bertanya kenapa banyak renang kemudian saya ceritakan masalah saya. Ternyata pak penjaga renang ini sering menangani orang orang yang terkena HNP dan membantu terapi untuk penderita itu (lewat renang tentunya). Beliau cerita keberhasilan latihan yang dilakukan di bawah arahannya dari orang orang yag diajarinya untuk berenang. Pada intinya beliau menyarankan (sama seperti terapi terapis ) bahwa hindari operasi kalau benar benar tidak sangat mendesak. Asalkan focus pada renang saja maka itu akan sembuh. Hanya saja menurut beliau (saya lupa namanya) maka yang namanya barang rusak tidak akan pernah sembuh sediakala, begitu juga tulang belakang ini dengan rutin berenang maka kesembuhannya hanya 80 persen. Tapi yang terpenting bisa dipakai untuk aktivitas, namun ya aktivitasnya harus benar benar dijaga agar tidak kambuh.

Saya makin meningkatkan durasi renang 3-4 kali dalam seminggu di bulan Nopember itu. Apakah keadaan sudah membaik? Saya tidak tahu dan sudah lupa. Yang jelas saya mulai mengurangi konsumsi obat diklofenak dan makin memperbanyak latihan peregangan senam yang saya dapat di youtube. Tidak hanya sekali sehari tapi berkali kali dalam sehari kala saya sedang longgar waktunya. Hal ini terutama kalau saya sedang liat film, hehehe jadi sambil liat film di laptop sambil peregangan, daripada liat laptop diam saja mending sambil dipakai untuk peregangan, cari gerakan yang bisa dilakukan sambil liat layar hehehehe.

Bulan Nopember saya memesan obat herbal yang saya dapat infonya dari grup bersahabat dari HNP yaitu herbal Oslina Osman (dianggap promosi gak ya, terserah deh kalau dianggap promosi) . Anda bisa cari di facebook atau tanya mbah gugel. Saya pesan dan dikirim obat untuk konsumsi sebulan. Bayarnya? Murah kok , sukarela (tapi anda bisa menghargai sendiri kira kira berapa ya harganya). Bu Oslina juga menyatakan bahwa minum herbal ini juga harus disertai dengan peregangan/ renang untuk penyembuhan, jadi gak cuma minum herbal. Di Bulan Desember saat waktu tes tes dan libur sekolah, itu saya benar benar focus hanya peregangan sendiri tiap saat, berenang bisa saya lakukan sampai 5 kali seminggu (mumpung libur dan waktu kosong dan saya renang di malam hari) serta konsumsi herbal dari oslina Osman pertanggal 24 Nopember.

Pertengahan Desember saya kembali pesan herbal Oslina Osman karena sudah mau habis pertanggal 25 Desember. Dan saya sudah tidak mau lagi terapi terapi karena buang buang duit sih hehehe, jadi saya hanya fisioterapi sendiri (renang, peregangan sendiri) serta konsumsi herbal. Pertengahan Januari 2018 saya mulai mencoba badminton kembali setelah lima bulan berhenti badminton hehehe. Awal Januari saya merasakan diri saya membaik makanya pertengahan Januari saya mulai beranikan diri badminton. Dan akhirnya ya saya badminton lagi. Herbal dari Oslina masih sisa lebih dari setengah bulan mungkin. Tapi yang jelas tidak lagi saya konsumsi karena bulan Januari saya merasa diri ini mulai membaik. Obat herbalnya sendiri akhirnya saya buang di bulan Julikarena sudah tidak mungkin saya konsumsi lagi dan saya merasa sudah cukup baik.

Oh iya, bulan Januari kalau gak salah saya minta rujukan sih ke RS sutomo dari faskes begitu, tapi dari faskes menyarankan ke RS bedah untuk minta rujukan tapi rujukan untuk operasi, kalau untuk second opinion memang gak bisa dikasih rujukan, harus pakai biaya sendiri. Maka saya pakai biaya sendiri. Kondisi saya sudah sangat membaik Cuma penasaran saja. Saya bawa hasil MRI kala itu, katanya sih kalau dilihat dari MRI memang harus operasi gak ada kemungkinan lain, termasuk fisioterapi sekalipun, tapi yang menjelaskan panjang lebar adalah semacam dokter praktik S2 gitu, bukan dokter sarafnya, kalau mau janjian bisa diatur waktu. Karena saya tidak ada waktu longgar dan bisa buang buang waktu ijin kerja ya saya abaikan saja.

Apakah saya sudah sembuh? Saya tidak tahu karena untuk tahu harus pakai MRI sementara kalau MRI sendiri, bayarnya 2.8 juta (ini saya tanya ke petugasnya kalau gak pakai BPJS berapa bayarnya gitu) sementara kalau pakai BPJS jelas tidak mungkin, karena saya tidak ada masalah kok minta MRI, minta MRI harus jelas da nada rujukan dari dokter. Saya pikir saya juga tidak mau MRI lagi karena takutnya malah itu masih menjepit tapi otot saya lebih kuat. Karena pernah baca baca versi dokter (termasuk kata dokter ahli saraf dulu) dia berkata renang tidak akan menyembuhkan karena kondisinya masih akan menjepit namun karena otot nya sudah makin kuat akibat banyak renang maka rasa sakitnya bisa ditekan. Kalau saya mikirnya adalah karena otot otot punggungnya makin kuat maka posisi cairan bisa didorong kembali masuk ke dalam cincin. Ini pemikiran logis saya sebagai orang awam lho, bukan dari kalangan medis.

Mulai februari 2018 hingga awal agustus 2018 saya sudah malas gak pernah lagi peregangan . Renang pun sudah hampir gak pernah. Kalaupun mau renang hanya seminggu sekali itupun juga hanya 20-25 menit, padahal pas dulu dulu lagi sakit sakitnya saraf saya bisa kuat renang hamper 120 menit dan bisa sampai 5 kali seminggu, mungkin karena dulu keinginan saya untuk sembuh sangat besar dan gak ingin operasi jadi tekad yang kuat bikin saya gak terasa bisa renang selama itu dan sesering itu , kalau sekarang disuruh renang 5 kali seminggu, jangankan lima kali, seminggu sekali saja udah malas, kalaupun mau ya paling 40 menit sudah cukup wkwkwkwkw. Saya sekarang mulai kembali badminton seminggu dua kali sejak februari 2018.

Saya merasa saya kena HNP ini karena olahraga terlalu diforsir dan kurang pemanasan makanya saya gak berani terlalu ngoyo badminton dan pemanasan benar benar saya perhatikan agar tidak terulang kembali kasus HNP yah ditambah saya pernah ada riwayat jatuh 5 tahun lalu sih yang mungkin efeknya baru kerasa beberapa tahun kemudian (ini saya bca baca artikel di internet lho)

Bukan berarti sembuh total, kadang kalau lelah atau gimana ada rasa mengganjal di tulang belakang bawah saya, dan itu menjadi penanda saya untuk berhenti dan beristirahat sejenak dan tidak terlalu memaksakan diri. Tapi kalau sekedar untuk beraktivitas normal sih sudah bisa saya lakukan , tidak seperti dulu dimana untuk melakukan apapun gak bisa dan baru bisa beraktivitas sesudah minum obat diklofenak.

Inilah pengalaman saya dari awal hingga akhir, agar bisa menjadi inspirasi. Cara yang saya lakukan belum tentu cocok dengan anda, ini hanya referensi. Sekalian ini saya sertakan contoh foto MRI saya. terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun